Wednesday, February 21, 2018

Be With You (The Series) Serie Ketiga : SANDRA

BE WITH YOU
by. A. Rafianti

Serie Ketiga : SANDRA

Catatan : Cerita ini cerita fiksi, jika ada kesamaan nama dan peristiwa itu cuma kebetulan saja, dan karena ini fiksi fantasi, jadi kerajaan Fillmore Green itu tidak ada di peta hehe.

Be With You serie ketiga ini merupakan lanjutan (sekuel) dari Be With You Serie kedua walau tokoh utama ceritanya berbeda.

Untuk lebih mengenal sosok Sandra, sebelum membaca kisahnya di serie ketiga ini ada baiknya membaca serie kedua-nya terlebih dahulu.  SELAMAT MEMBACA  💗💗👀😉



BAB SATU



Sandra menutup kupingnya, tapi suara dentuman musik dari kamar Philip masih tetap terdengar. Philip adalah pemilik rumah tempat Sandra tinggal sekarang. Sandra bersama sama temannya Ivanka dan Sassy menyewa kamar di rumah Philip.

Rumah Philip terdiri dari empat kamar, masing masing kamar dilengkapi kamar mandi sendiri sendiri. Dua kamar terletak di lantai bawah lengkap dengan dapur, ruang makan, ruang tivi, ruang tamu dan garasi dan dua kamar terletak di lantai atas. Fasilitas di lantai atas hanya ruang tivi balkon, dan jemuran saja. Jadi penghuni lantai atas kalau ingin masak harus turun ke bawah untuk masak di dapur yang ada di lantai bawah.

Balkon di lantai atas cukup luas dan langsung menghadap ke jalan raya karena rumah Philip terletak di sisi jalan raya yang cukup besar.

Di balkon itu diletakkan sofa yang panjang dan empuk dengan meja kaca yang besar di depan sofa itu.

Dulu, yang tinggal di lantai atas adalah Sandra dan Bianca. Mereka berdua sering menghabiskan waktu di balkon. Tapi lebih sering di pagi dan malam hari karena kalau di siang hari udaranya cukup panas. Mereka berdua suka mengamati bintang bintang yang berkelap kelip di langit Fillmore Green yang cerah.

Namun sejak Bianca menikah dengan Putra Mahkota Fillmore Green dan pindah ke Crown Palace, kamar Bianca jadi kosong. Sejak kosong itulah, Philip, pemilik rumah itu menempati kamar Bianca dan tidak mau menyewakannya lagi pada siapapun.

Selama ini, selama rumah Philip dikontrakan pada orang lain, Philip tinggal bersama seorang temannya tidak jauh dari tempat pekerjaannya. Philip bekerja sebagai salah satu karyawan hypermarket sebagai seorang supervisor.

Usia Philip tidak berbeda jauh dengan Sandra yaitu sekitar 28-tahunan. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang keduanya laki laki. Ibu Philip sudah meninggal dunia karena sakit dan mewariskan rumah miliknya di Hall of City ini pada Philip sementara adik Philip, Joseph, mendapatkan sebuah rumah di Redwood, sebuah kota yang terletak tidak jauh dari Hall of City.

Ayah mereka yang orang Amerika kembali ke California dan tinggal di sana. Ayah Philip mengelola sebuah bar di sana dan tidak menikah lagi. Sesekali Philip pergi ke California mengunjungi ayahnya. Sesekali juga ia pergi ke Redwood mengunjungi adiknya.

Sejak Philip tinggal di kamar bekas Bianca tinggal, ia selalu ribut sama Sandra. Philip sering membuat ruang tivi atau balkon berantakan dengan bekas makanan atau snack yang sudah dimakannya, atau bekas kaleng kaleng minuman soda kesukaannya yang ada di sembarang tempat. Sandra sering marah marah karena hal itu. Sandra akhirnya membereskan ruang tivi dan balkon dan mengepelnya hingga bersih dan wangi. Tapi di kesempatan lain Philip bikin kotor lagi.

Kebiasaan Philip sangat berbeda dengan Bianca yang sama sama menyukai kebersihan dan kerapihan seperti Sandra. Sehingga dulu, Sandra dan Bianca sama sama saling bantu untuk menjaga tempat mereka tetap bersih dan wangi. Mereka menyapu dan mengepel ruang tv dan balkon bila kebetulan mereka sempat. Mereka melakukannya secara bergantian.

Kebiasaan Philip lainnya yang bikin Sandra sakit kepala adalah kesukaannya mendengarkan musik dengan volume keras.

Sassy dan Ivanka mungkin tidak terlalu terganggu dengan musik yang diputar Philip karena kamar mereka terletak di kamar bawah. Tapi kamar Sandra berhadapan langsung dengan kamar Philip sehingga suara musiknya terdengar dengan jelas.

“Philip, kecilkan! Aku mau istirahat! Aku baru pulang kerja!” Sandra menggedor gedor pintu kamar Philip.

Philip membuka pintu dengan wajah kesal. “Kalau kau tidak betah tinggal di sini, lebih baik kau cari tempat lain, masih banyak yang ingin menyewa kamar dirumahku ini.”

“Aku betah, tapi bisakah kau kecilkan suara CD playermu? Aku mau tidur.”

“Tidak.”

Sandra akhirnya masuk ke kamar Philip, menarik kabel listrik dari CD Player Philip, mengangkat CD player itu dan membantingnya ke lantai. CD Player itupun langsung terbelah dua.

“APA YANG KAU LAKUKAN?” teriak Philip kaget.

“Mematikan musikmu. Aku tadi minta kau mengecilkan volume musikmu tapi kau tidak mau, jadi AKU MATIKAN.”

“Kau gila, CD playerku jadi rusak, KAU HARUS MENGGANTINYA.”

“Nanti aku ganti kalau aku sudah tidur, SEKARANG AKU MAU TIDUR DULU.’

“Keluar dari rumahku sekarang Sandra, aku tidak butuh penyewa gila seperti dirimu.”

“Aku tidak mau,”  Sandra berlari ke kamarnya dan menguncinya.

“SANDRA!” Philip menggedor gedor pintu kamar Sandra, tapi Sandra tak membukanya.

Sandra lalu naik ke tempat tidur dan siap siap untuk tidur.

~

~

Bangun tidur Sandra langsung mandi. Ia lalu mengenakan baju favoritnya yaitu kaos, jeans, sepatu boot dan jaket parka yang panjang.

Sandra lalu mengambil tas ranselnya yang terbuat dari bahan jeans dan memasukkan laptop, dompet, handphone, peralatan kosmetik dan dua buah baju ke dalam tasnya. Sandra ingin menemui ibunya di The Metropolis karena sudah lama Sandra tidak menemui ibunya. Besok Sandra libur sehari, sehingga ia bisa menginap semalam di tempat ibunya.

Sebelum pergi, Sandra memasukkan 200 Euro ke dalam amplop, menuliskan permintaan maaf di atas amplop itu, lalu memasukkan amplop berisi uang itu ke bawah pintu kamar Philip. Uang itu ia berikan untuk mengganti CD Player Philip yang sudah dirusak olehnya. Sama dengan sebagian negara negara di eropa lainnya, mata uang di Fillmore Green adalah Euro.

Sandra lalu mengunci pintu kamarnya, turun ke lantai bawah dan mengetuk kamar Ivanka.

Ivanka segera membuka pintu. “Ada apa?” tanya Ivanka heran melihat Sandra yang mau pergi.

“Aku pinjam mobilmu sampai besok bisa? Nanti aku isi penuh bensinnya.”

“Besok pagi aku kerja.” Jawab Ivanka.

“Besok kau kerja naik taksi saja. Aku cuma pinjem sehari kok, besok sore sudah kukembalikan.”

“Kenapa kau tidak nyewa mobil saja Sandra?”

“Malas ah. Aku suka mobilmu. Praktis,  nyaman.”

“Mobilku bukan jenis mobil mewah,” Ivanka tertawa. “Kau bahkan bisa kredit mobil seperti mobilku kalau kau mau, gajimu kan lebih besar dari aku.”

“Iya, tapi separuh gajiku untuk membiayai kedua adikku kuliah.”

“Berarti dengan kata lain kau tidak bisa kredit mobil sebelum adik adikmu selesai kuliahnya?”

“Tidak juga.” Sandra nyengir, “bisa sih kredit mobil, tapi aku kan kerja selalu dijemput oleh mobil perusahaan. Kalau bepergian di sekitar Hall of City aku sukanya naik kendaraan umum, jadi kalau punya mobil juga pasti jarang kugunakan. Aku menyetir mobil untuk siatuasi tertentu saja seperti mau menemui ibuku malam malam begini.”

“Kau mau menemui ibumu?”

“Ya.

“Nginap berapa lama?”

”Cuma semalam.”

“Ya sudah kalau gitu kau pakai mobilku, besok aku kerja pakai taksi.”

“Ini untuk ongkos taksinya,” Sandra menyerahkan 50 Euro pada Ivanka.

“Tidak usah Sandra.”

“Tidak mau, kau harus menerimanya, aku sudah merepotkanmu.”

“Baiklah,” Ivanka tersenyum dan menerima uang dari Sandra. “Hati hati menyetirnya ya.”

“Oke.”

“Aku ambilkan dulu kunci mobilnya.”

“Oke.”

~ ~

Sandra menyetir mobil sambil mendengarkan musik. Ia suka jenis musik apa saja. Tapi musik yang paling ia sukai adalah Rhythm & Blues. Salah satu penyanyi favoritnya adalah Khalid Donnel Robinson.

Ia saat ini sedang mendengarkan lagu Young dumb & broke dan bernyanyi nyanyi mengikuti lantunan suara Khalid.


While we’re young dumb
Young, young dumb and broke
Young dumb
Young, young dumb and broke
Young dumb
Young dumb
Young Young dumb and broke
Young dumb broke high school kids
Yadadadadadadada
Yadadadadadada
Yadadadadadadadada
Young dumb




Sedang asik asiknya Sandra bernyanyi Casey tiba tiba meneleponnya. Casey adalah teman Bianca di tempat kerja Bianca dulu. Tapi karena suatu kali Sandra, Casey dan Bianca pernah makan malam bersama karena ditraktir Luke, teman Bianca juga, Sandra jadi kenal dengan Casey.

Tadinya Sandra tidak begitu dekat dengan Casey, tapi beberapa kali Luke mentraktir mereka lagi. Kali ini tanpa Bianca, karena sejak jadi isteri Putera Mahkota Fillmore Green kebebasan Bianca tidak seperti dulu lagi. Dari sanalah Sandra dan Casey jadi dekat.

“Ada apa?” tanya Sandra sambil mengecilkan volume musik di mobil yang dikendarainya. Sandra menerima telepon menggunakan earphone.

“Aku sudah tak tahan,” keluh Casey, “aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi di rumah Tanteku.”

“Memang kenapa sih?”

“Setiap pulang kerja, rumah selalu berantakan. Ruang tamu kotor, ruang makan kotor, cucian bekas makan menumpuk, di ruang makan tidak ada makanan apa apa, aku harus mengepel seluruh ruangan di rumah dulu, mencuci piring dulu, masak dulu, baru bisa tidur. Kau bayangkan tiap hari aku harus seperti itu, aku capek sekali.”

“Kau kan tidak harus masak, kau bisa beli makanan jadi.”

“Tidak ah, mahal, aku harus hemat. Kupikir tanteku punya masakan apa sehingga aku bisa ikut makan, tapi aku tak pernah disisakan apapun olehnya. Aku jadi terpaksa masak untuk makan malamku. Aku benar benar bisa stress tinggal disini terus.”

“Dulu dulu kau tidak pernah mengeluh seperti ini Cas,”

“Itu karena anak perempuannya dan bayinya belum tinggal di rumah ini, sejak mereka berdua tinggal di rumah ini, aku selalu tidak bisa beristirahat dengan tenang.”

“Memang anak tantemu berapa sih?”

“Tiga orang. Satu orang, laki laki, paling tua sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri, yang kedua perempuan baru punya bayi, tinggal di sini sekarang, dan yang terakhir laki laki, belum berkeluarga juga tinggal di sini. Kami di sini sekarang jadi enam orang bersama paman, suami bibiku.”

“Yang perempuan itu, yang punya bayi, tadinya tinggal dimana? Suaminya mana?”

“Dia tadinya tinggal di Giltown City. Suaminya selingkuh. Mereka sekarang sedang dalam proses cerai. Sejak proses cerai itulah ia tinggal di rumah ibunya.”

Sandra diam. Ia maklum dengan situasi yang dihadapi Casey. Casey tidak punya pilihan selain tinggal dengan bibinya. Ibunya meninggal sejak Casey berumur sembilan tahun. Ibunya meninggal karena sakit. Casey tidak tahu siapa ayahnya karena ibunya tidak pernah cerita. Orangtua Casey sejak kecil adalah orangtua tunggal. Hanya ibunya yang Casey kenal sebagai orangtuanya.

Sejak ibunya meninggal Casey lalu diurus oleh adik ibunya. Sekolah Casey dibiayai oleh mereka. Casey tidak kuliah. Lulus sekolah senior high ia langsung bekerja di tempat jasa pengiriman paket tempat ia dan Bianca kerja dulu. Setelah itu, Luke, temannya yang seorang Photographer menawari Casey kerja di studio miliknya, Casey pun kerja disana hingga sekarang.

Sejak bekerja hingga sekarang Casey belum pernah meninggalkan rumah Tantenya. Ada keinginan bagi Casey untuk pergi tapi keinginannya itu selalu ia tahan. Tapi sekarang ia tak tahan lagi dengan semuanya.

“Apakah Philip tidak mau menyewakan kamarnya?” suara Casey terdengar lagi. “Aku akan sangat berbahagia kalau aku bisa menempati kamar bekas Bianca dulu.”

“Kalau kau berharap seperti itu, itu cuma mimpi. Philip tidak akan kemana mana.”

“Tidak bisakah kau membujuknya Sandra?”

“Tidak. Tapi coba nanti aku tanya Sassy. Sassy mau menikah sebentar lagi, aku tidak tahu kalau sudah menikah Sassy mau tetap tinggal di sana atau pindah ke tempat suaminya.”

“Mudah mudahan Sassy pindah,” harap Casey. “Aku ingin sekali tinggal di rumah itu bersamamu.”

“Ya, mudah mudahan. Nanti aku tanyakan pada Sassy, setelah itu aku menghubungimu lagi, ok?”

“Oke. Terima kasih Sandra.”

“Sama-Sama Casey.”

~ ~

Restoran cepat saji milik Tante Sandra di The metropolis menjual kentang goreng, ayam goreng tepung, ayam goreng mentega, kentang tumbuk, sup jagung manis, sup makaroni, perkedel daging dan aneka minuman soft drink serta jus buah buahan.

Restoran itu cukup laris. Hampir setiap hari restoran itu penuh dengan orang orang yang ingin makan di sana, termasuk malam ini.

Sandra tadi memesan sup jagung manis, perkedel daging dan ayam goreng mentega untuk menu makan malamnya.

Sekarang makanannya sudah habis dan ia menunggu ibunya selesai bekerja pada jam sepuluh malam nanti. Sandra masih harus menunggu sejam lagi. Sambil menunggu ia akhirnya membuka laptopnya dan melihat berbagai macam berita di internet.

Salah satu hal yang paling ia sukai kalau membuka internet seperti ini adalah mencari tahu tentang Princess Sabrina, puteri kecil lucu imut yang paling ia sayangi didunia ini. Princess Sabrina adalah puteri pertama dari Bianca dan Prince Larry.

Princess Sabrina punya instragram sendiri. Jumlah followernya melebihi follower kakeknya King Theodore, dan ayahnya Prince Larry. Instagram milik Princess Sabrina dikelola oleh ibunya sementara instagram milik ibunya dinonaktifkan.

Hampir semua kegiatan Princess Sabrina ditampilkan di instagram itu termasuk saat Princess Sabrina bepergian dengan ayah dan ibunya naik pesawat kerajaan. Foto fotonya sangat lucu dan menggemaskan. Seluruh masyarakat Fillmore Green sangat menyayanginya, sehingga walaupun Princess Sabrina sekarang sudah berusia tujuh bulan, hadiah untuknya masih terus mengalir ke Crown Palace seperti saat ia baru lahir dulu. Princess Sabrina mempunyai fans yang sangat banyak.

Sandra ingin sekali menggendong dan mencium Princess Sabrina lagi. Princess Sabrina sekarang sudah bisa telungkup. Ia tambah berat kalau digendong. Sandra cukup sering main ke Crown Palace untuk menengok Princess Sabrina. Dan kalau sudah main ke sana, ia betah menggendong Princess Sabrina walaupun badannya mulai terasa berat.

“Tantemu bilang, ibu boleh pulang dan beristirahat sekarang,” Ibu Sandra tiba tiba sudah duduk di hadapan Sandra. “Salah satu teman ibu meneleponnya dan bilang kau datang ke sini menemui Ibu, jadi Tantemu mengijinkan ibu pulang cepat. Ayo ke kamar ibu.”

“Kamar ibu masih di belakang restoran ini?” tanya Sandra.

“Masih.”

“Baiklah, aku bereskan laptop ini dulu. Yang menutup dan mengunci restoran ini siapa?”

“Karyawan Tantemu yang lain.”

“Ooh.” Sandra lalu sibuk mematikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya.

“Ayo Bu, aku sudah ngantuk sekali.”

~

Sandra terbangun dan mendapati pesan dari ibunya di pintu kulkas kecil yang ada di kamar ibunya. Kamar ibu Sandra terletak di belakang restoran milik tante Sandra. Ibu Sandra tinggal di belakang restoran dengan dua teman lainnya yang perempuan. Masing masing tinggal di kamar masing masing sehingga ada tiga kamar disana.

Tante Sandra tinggal di rumahnya sendiri yang cukup mewah, masih di wilayah The Metropolis. Tante Sandra menikah dengan seorang pengusaha kaya. Sejak menikah Tante Sandra membangun usaha sendiri yaitu membuka usaha restoran cepat saji. Ia mempunya delapan cabang restoran cepat saji di seluruh Fillmore Green.

Restoran yang ada di The Metropolis ia serahkan dalam pengawasan kakaknya, yaitu Ibu Sandra.

Sandra menguap dengan kepala pusing. Ia masih merasa ngantuk. Ia membaca pesan ibunya yang menyuruhnya menghangatkan makanan di microwave untuk sarapan. Ibunya sekarang sedang pergi berbelanja ke pasar tradisional.

Sandra mengeluh. Ia ingin sekali mengantar ibunya berbelanja. Tapi ia lupa mengatakan hal itu pada ibunya semalam sehingga ibunya pergi tanpa membangunkan dirinya.

Entah kenapa, tiba tiba perasaan sedih mendera hati Sandra. Sandra sedih karena ibunya harus bekerja keras seperti itu. Semalam ibu baru tidur jam sebelas malam dan jam enam pagi sudah harus pergi ke pasar tradisional untuk mendapatkan ayam, daging, sayuran, dan buah segar.

Sejak bercerai dengan ayahnya, ibunya harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan kedua adiknya. Untung selepas senior high Sandra mendapat pekerjaan sebagai pramugari sehingga meringankan beban ibunya.

Ibunya tidak sanggup membiayai kuliah anak anaknya sehingga Sandra tidak kuliah. Tapi Sandra ingin kedua adik laki lakinya kuliah sehingga kelak mereka bisa menjadi orang yang sukses. Sandra rela menyisihkan gajinya untuk membiayai kuliah kedua adiknya; Matthew dan Aaron.

Mereka berdua sekarang kuliah di The Metropolis University dan berada di tahun terakhir mereka. Selama kuliah mereka berdua tinggal di asrama kampus.

Matthew kuliah di bidang hukum, sementara Aaron mengambil jurusan manajemen industri.

Beda umur antara Mathew dan Aaron adalah satu tahun. Matthew lebih tua satu tahun dari Aaron sementara Sandra beda usia lima tahun dari Matthew.

Sandra akhirnya bangun dari tidurnya. Ia menghangatkan makanan yang sudah dimasak ibunya  pagi pagi untuknya di microwave lalu mengambil handuk dan mandi. Setelah mandi Sandra sarapan lalu ia menemui ibunya yang sudah pulang dari berbelanja dan sekarang sedang sibuk mencuci sayuran segar dan buah buahan segar yang baru dibelinya untuk kemudian dimasukkan ke dalam kulkas besar di dapur restoran.

“Bu, ibu mau nggak punya restoran sendiri?” tanya Sandra sambil memperhatikan kegiatan ibunya.

“Pasti mau dong.” Jawab ibunya.

“Kalau ibu punya restoran sendiri, ibu ingin jual makanan apa?”

Ibunya tampak merenung. “Dulu waktu kecil, ibu punya tetangga yang pintar sekali bikin cokelat. Namanya Mrs. Stanley. Mrs Stanley punya pohon cokelat sendiri. Ketika cokelat cokelat itu sudah matang, ia mengolah cokelat itu menjadi cokelat yang manis. Ibu saat itu diajari ia membuat cokelat. Mrs. Stanley kemudian menitipkan cokelatnya di toko kelontong kepunyaan Mr. Dale. Cokelat bikinannya ternyata sangat disukai anak anak di daerah dimana kami tinggal. Sejak saat itu ibu punya keinginan punya toko cokelat sendiri.”

“Dan membuatnya sendiri?” tanya Sandra.

“Ya,” ibunya tertawa, “dan membuatnya sendiri. Tapi ibu tidak punya keahlian apa apa dalam membuat cokelat. Ibu harus belajar lagi.”

“Jadi berarti ibu lebih suka punya toko cokelat sendiri daripada punya restoran?”

“Ya, sepertinya begitu. Kenapa memangnya? Kau mau membelikan ibu toko cokelat untuk ibu kelola?”

“Ya, mau sekali.” Sandra tersenyum lebar.

“Terima kasih Sayang untuk perhatianmu, semoga keinginanmu kelak bisa terlaksana.”

“Amin.”

“Sekarang kau mau apa? Jalan jalan atau apa gitu. Ibu minta maaf tidak bisa menemanimu karena harus bekerja.”

“Tidak apa apa Bu, aku mau ke asrama Matt dan Aaron dulu. Setelah itu aku mau keliling The Metropolis sebentar. Nanti sebelum pulang aku mampir lagi ke sini untuk pamit pada ibu.”

“Oke, hati hati ya. Sampaikan salam ibu untuk Matt dan Aaron.”

“Oke. Sampai nanti Bu.”

“Sampai nanti Sandra.”

 ~ ~

“Ini apa?” Matthew memandang amplop yang disodorkan Sandra padanya dengan bingung. Sementara Aaron yang sudah lebih dulu menerima amplop yang ternyata berisi uang itu sedang asik menghitung uangnya.

“Ini uang.” Komentar Aaron sambil masih terus menghitung.

“Aku tahu ini uang, tapi untuk apa uang ini. Sekarang masih pertengahan bulan. Jatah bulanan kita masih dua minggu.”

“Aku sedang ada rejeki,” Sandra tersenyum.

“Rejeki?” tanya Aaron, “wow.”

“Bosmu memberi bonus?” Matthew memandang Sandra penasaran.

“Bukan bosku, tapi dari usaha sampinganku yang lain.”

“Usaha sampingan?”

“Aku belum bica cerita banyak. Sudah terima saja uang ini, ok. Jangan khawatir, ini uang halal, aku tidak mencurinya.”

“tapi ini banyak sekali,” komentar Matthew.

“Kau tidak mau?” tanya Aaron, “sini buatku saja.”

“Enak saja.”

Sandra tertawa. Ia bahagia bisa bertemu dengan adik adiknya seperti itu. Harapan Sandra dari mereka cuma satu, mereka belajar dengan baik dan lulus dengan nilai yang baik.

“Aku pergi sekarang. Aku ingin membeli beberapa keperluan untuk ibu, lalu kembali pada ibu untuk pamit dan pulang lagi ke Hall of City.”

“Makasih banyak Sandra untuk uangnya,” ujar Aaron.

“Tentu.” Sandra tersenyum, “kalian, harus hidup dengan benar dan lurus. Jauhi masalah oke?”

“Okey. Salam buat ibu ya San.” Matthew bangun dari duduknya mengikuti Sandra yang juga bangun dari duduknya.

“Akan kusampaikan.”

“Aku mencintaimu,” Matthew memeluk Sandra erat.

“Aku juga mencintai kalian.” Sandra balas memeluk Matthew. Lalu ia memeluk Aaron dan pergi dari kamar mereka sambil melambaikan tangan.

~

Habis bertemu Matthew dan Aaron Sandra berbelanja di salah satu Mall terbesar di kota The Metropolis. Ia membeli beberapa gaun yang cantik untuk ibunya, lengkap dengan tas dan sepatu.

Ia juga membeli long coat untuk dirinya sendiri. Sandra hobi sekali mengoleksi coat. Dimana mana di tiap kesempatan berbelanja ia selalu membeli coat yang terbuat dari berbagai macam bahan.
Tak lupa ia juga membelikan Ivanka coat yang modelnya sama dengan kepunyaannya tapi warnanya berbeda. Ivanka sudah berbaik hati meminjamkan mobilnya jadi Sandra menghadiahi Ivanka coat yang cantik.

Ibunya terharu menerima pemberian dari Sandra. Ia berpesan agar Sandra jangan terlalu menghambur hamburkan uangnya. Sandra hanya tersenyum. Sandra bilang, ia membelikan baju untuk ibunya hanya sesekali, tidak terlalu sering.

Sandra kembali ke Hall of City jam empat sore. Perjalanan dari The Metropolis ke Hall of City ditempuh kurang lebih dua jam setengah. Kalau sedang tidak macet, perjalanan bisa ditempuh hanya selama dua jam saja.

Hall of City berada ditengah tengah kota kota besar lainnya di Fillmore Green. Di sekeliling Hall of City terdapat kota The Metropolis sebelah Barat, Redwood di sebelah Timur, Giltown City di sebelah selatan dan Parklane di sebelah Utara.


~

BAB DUA




Lord Egar berjalan sedikit tergesa ke ruang kerjanya. Sekretarisnya baru memberitahunya kalau Sandra ingin bertemu dengannya, padahal ia sedang rapat dengan para karyawannya. Entah untuk keperluan apa Sandra ingin bertemu dengannya. Empat bulan yang lalu Lord Egar dan Sandra sudah menandatangani surat kesepakatan bahwa Sandra akan menerima uang 10% dari tiap satu boneka Princess Sabrina yang berhasil dijual oleh Lord Egar.

Lord Egar sudah memulai bisnis bonekanya empat bulan yang lalu. Dan selama empat bulan itu pula – setiap bulannya – ia selalu mengirimkan uang pada rekening Sandra dari hasil penjualan boneka Princess Sabrina.

Pada mulanya Lord Egar memproduksi boneka Princess Sabrina dalam jumlah terbatas, seperti saran Prince Larry, sahabatnya, yang juga ayah dari Princess Sabrina yang memberinya ijin untuk memproduksi boneka Princess Sabrina.

Lord Egar memasok boneka Princess Sabrina ke toko mainan yang besar saja di sebagian kota besar di Fillmore Green. Tapi tanpa ia duga, sambutan masyarakat begitu baik terhadap boneka itu sehingga ia memproduksi lebih banyak lagi. Anak anak perempuan kecil ternyata sangat menyukainya.

Kini, boneka Princess Sabrina dengan mudah dapat ditemui di seluruh wilayah Fillmore Green.

Memasuki ruang kerjanya, Lord Egar disambut suara tawa cekikikan yang membahana. Lord Egar mengerutkan kening mencari asal suara tersebut, setelah matanya beredar ia akhirnya berhasil menemukan asal suara tersebut yang ternyata berasal dari laptop Sandra.

Sambil masih mengerutkan kening Lord Egar menghampiri Sandra dan melihat ke arah Laptop Sandra. Dan ia langsung mundur saking terkejutnya. Saat melihat laptop Sandra ia disambut senyum menyeringai dari hantu perempuan yang ada di laptop tersebut.

“Demi Tuhan, itu apa Sandra?” teriaknya.

“Ini hantu,” jawab Sandra santai. “Tepatnya hantu Thailand.”

“Hantu Thailand?”

“Iya, dia bunuh diri karena pacarnya selingkuh, terus sekarang ia menghantui pacarnya dan selingkuhannya. Ia membalas dendam terhadap mereka.”

“Itu film atau kisah nyata?”

“Film.”
“Film? Kau nonton film hantu Thailand di ruang kerjaku?”

“Ya, karena Anda lama datang menemuiku, jadi aku nonton film hantu sambil menunggu Anda.”

“Dan kenapa hantu Thailand? Kau mengerti bahasanya?”

“Tidak, aku tidak mengerti bahasanya. Film hantu Thailand itu kebanyakan lebih seram dari film hantu hantu lainnya.”

“Baiklah, tapi bisakah kau menontonnya pakai earphone saja dan tidak dengan suara keras begini? Aku terganggu dengan suara cekikikannya.”

“Itu hanya efek suara Mr. Maxmillian. Masa Anda takut dengan suara begini.”

“Aku tidak takut. Siapa yang bilang aku takut. Cuma berisik. Kenapa kau tidak pakai earphone saja?”

“Mana seru. Keseruan nonton film hantu itu suaranya yang menegangkan.”

“Apa kau benar benar perlu nonton film hantu ditempatku dan tidak ditempat lainnya?” tanya Lord Egar kesal sambil duduk di hadapan Sandra.

“Kalau Anda sudah siap ngobrol denganku, akan kumatikan laptopku.”

“Matikan sekarang juga. Kau mau bicara apa?”

“Baiklah,” Sandra tersenyum sambil mematikan laptopnya. “Sudah mati laptopnya.”

“Oke,” Lord Egar memperhatikan Sandra yang kini memasukkan laptopnya ke dalam tasnya. Jarak antara Lord Egar dan Sandra cukup jauh karena mereka duduk di antara meja yang panjang yang biasa digunakan rapat di ruang kerja Lord Egar, “apa yang ingin kau bicarakan?”

“Aku ingin Anda menghentikan pemberian uang 10% dari tiap penjualan boneka miniatur Princess Sabrina.”

“Menghentikan pemberian uang?” Lord Egar menatap Sandra tak percaya. “Setahuku, tidak ada orang yang tidak suka mendapatkan uang, apalagi cuma cuma, dan kau ingin aku berhenti memberimu uang?”

“Masalahnya, aku sudah mendapat terlalu banyak, ini cukup bagiku.”

Lalu hening. Mereka sama sama terdiam sambil bertatapan.

“Empat bulan yang lalu kau yang minta 10% dari tiap boneka Princess Sabrina yang terjual sebagai kompensasi dari hak ciptamu karena kau yang pertama kali menciptakan boneka Princess Sabrina ini,” akhirnya Lord Egar bicara lagi, “sekarang kau tidak menginginkan uang 10% itu lagi?”

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Karena aku merasa tidak berhak. Seperti aku bilang tadi, aku sudah mendapat cukup. Aku tidak bekerja apa apa tapi aku terus mendapat uang darimu.”

“Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa memenuhi permintaanmu.”

“Bagaimana mungkin tidak bisa? Anda tinggal menghentikan mengirim uang ke rekening pribadiku saja, sudah selesai.”

“Tapi aku tidak bisa dan tidak mau. Suka tidak suka kau menerimanya aku akan terus mengirimkan uang itu padamu. Bagiku, uang itu tetap hakmu.”

“Boneka Sabrina sudah terjual puluhan ribu. Uang yang masuk ke rekeningku banyak sekali. Itu cukup bagiku untuk membiayai adik adikku kuliah.”

“Aku heran padamu, tidakkah kau punya keinginan lain? Beli rumah misalnya atau beli mobil atau beli apalah yang ingn kau beli. Kau bisa berbuat apa saja dengan uang itu.”

“Tidak, untuk diriku tidak, mungkin untuk keluargaku ya, tapi diriku tidak.”

“Kalau begitu senangkan keluargamu dengan uang itu.”

“Kenapa sih Anda tidak menghentikannya saja Mr. Maxmillan. Itu benar benar hal yang mudah untuk dilakukan.”

“Tapi aku tidak mau. Seperti dirimu, aku juga mendapat untung banyak dari bisnis ini. Modal awalku sudah kembali. Sekarang modal yang kukeluarkan untuk memproduksi lagi dan lagi adalah dari keuntungan yang aku peroleh. Lalu aku mendapat untung lagi begitu seterusnya, keuntunganku berlipat ganda.”

Sandra memijit kepalanya yang tiba tiba terasa sakit. Dia tak habis pikir kenapa Lord Egar masih ngotot memberinya uang.

“Boneka Princess Sabrina dijual di seluruh Fillmore Green?”

“Ya.”

“Dan laku?”

“Semua anak perempuan cilik dan bahkan gadis remaja di Fillmore Green ingin memiliki boneka Princess Sabrina.”

“Permintaan untuk boneka itu masih banyak?”

“Masih, dan sekarang permintaan dari luar negeri juga ada. Aku sedang mempersiapkan untuk mengekspornya.”

“Anda mau mengekspornya juga?” teriak Sandra tak percaya.

“Ya, dan permintaannya juga jadi beraneka macam. Yang tadinya aku memproduksi boneka Princess Sabrina dalam pakaian bayi, sekarang ada yang minta dalam pakaian olah raga, atau dalam mantel bulu, dan terakhir pakaian berkuda.”

“Pakaian berkuda?” tanya Sandra tak percaya.

“Ya. Pakaian berkuda. Padahal Princess Sabrina masih bayi. Mana bisa dia berkuda walau kuda poni sekalipun.”

“Ya Tuhan.” Sandra kembali memijit kepalanya yang sakit, “aku mengucapkan selamat pada Anda Mr. Maxmillian karena bisnis Anda di bidang boneka Princess Sabrina ini sukses besar. Tapi aku sudah tidak mau dilibatkan dalam sukses besar Anda. Itu semua uang Anda, modal Anda, Anda yang berhak menerimanya, jangan berbagi lagi denganku, please?”

“Ada hal lain yang ingin kau sampaikan? Karena aku akan kembali rapat.”

“Tidak, itu saja yang ingin kusampaikan.”

“Dengan sangat menyesal aku katakan bahwa aku tidak bisa melakukan  permintaanmu, maaf.”

“Tapi...”

“Sampai bertemu lagi Sandra.” Lord Egar berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. “Kalau mau meneruskan nonton film hantu Thailandmu silahkan, aku tidak berada di ruangan ini lagi.”

“Mr Maxmillian, tunggu.. aku..”

“Aku kelebihan uang Sandra. Dan aku ingin berbagi uangku denganmu, itu keputusanku. Terserah mau kau apakan uangmu, itu hakmu. Aku harap kedepannya tidak akan ada lagi percakapan mengenai hal ini lagi.”

“Aku harap kedepannya Anda mau berpikir waras untuk menghentikan semua pemberianmu padaku.”

Lord Egar tidak menjawab kata kata Sandra tapi pergi meninggalkan Sandra begitu saja.

~ ~


“Menurutmu aku yang aneh atau Mr. Maxmillian yang aneh?” tanya Sandra ke arah Bianca. Sebelum pulang ke rumah kontrakannya Sandra mampir dulu ke Crown Palace untuk menemui Bianca dan Princess Sabrina. Sayang Princess Sabrina sekarang sedang tidur nyenyak setelah minum susu beberapa saat yang lalu.

“Menurutku kalian berdua aneh,” jawab Bianca sambil tersenyum, ‘kau aneh tidak mau dapat uang lagi, Egar juga aneh tidak mau menghentikan pemberian uang sesuai permintaanmu. Kalian berdua aneh.”

“Masalahnya aku merasa tidak enak saja Bianca.”

“Tapi kalau Egar tidak keberatan kenapa harus kau ributkan. Terima saja Sandra, itu rejekimu, jangan kau tolak.”

“Yah memang sih,” gumam Sandra sambil memperhatikan Princess Sabrina yang tidur nyenyak, “kenapa tiap aku kesini dia selalu tidur nyenyak seperti ini? Padahal aku ingin sekali menggendongnya.”

“Kau harus datang malam kalau ingin menggendongnya. Malam hari ia segar, siap bercanda dengan siapa saja yang ingin mengajaknya bercanda.”

“Malam hari kalau tidak sedang bekerja aku sedang beristirahat,” keluh Sandra.

“Kau masih bekerja?” tanya Bianca.

“Masihlah, memang kenapa?”

“Dengan uang yang kau punya sekarang, tidak bekerja pun kau bisa.”

“Tidak, aku terbiasa bekerja. Aku terbiasa sibuk. Badanku nanti malah akan terasa sakit kalau tidak melakukan sesuatu.”

Sandra lalu bangkit dari duduknya dan memperhatikan boneka Princess Sabrina yang diproduksi Lord Egar yang ditata di lemari boneka milik Princess Sabrina.

“Boneka produksi Mr. Maxmillian bagus banget, sangat berbeda dengan bikinanku dulu.”

“Tapi tetap kau yang pertama kali menciptakan. Dan ide itu benar benar cemerlang. Kurasa itulah bentuk penghargaan Egar padamu. Ia menghargai idemu yang hebat itu.”

“Dulu,” Sandra tersenyum, “waktu ingin memberi Princess Sabrina hadiah aku bingung sekali mau memberi apa. Kupikir saat itu, Princess Sabrina pasti sudah mendapatkan semuanya dari orang orang. Aku ingin sesuatu yang aneh, yang beda. Jadi aku bikin boneka itu. Aku beli bahan bahannya. Aku mendesain bentuknya, lalu aku minta seorang tukang jahit langgananku untuk menjahitnya untukku.”

“Kau memang selalu beda Sandra, idemu selalu tak disangka sangka, itulah keistimewaanmu.”

“Mungkin.” Sandra akhirnya mengambil tasnya. “Aku pulang sekarang, mau istirahat. Nanti sore aku terbang ke London.”

“Baiklah, terimakasih sudah mengunjungiku.”

“Sama sama. Terima kasih sudah mau menerimaku. Aku menyayangimu Bianca.” Sandra memeluk Bianca erat.

“Aku juga menyayangimu, Sandra.”


 ~ ~

BAB TIGA



Matthew menguap terus terusan. Ia sedang tidur nyenyak waktu diculik Sandra untuk ikut dengannya. Ia menolak ikut dengan Sandra tapi Sandra memaksanya. Sandra bahkan mengambilkan jaket untuk Matthew dan memakaikan jaket itu pada Matthew.

Matthew adalah adik Sandra yang punya rambut beda sendiri. Kalau Sandra dan Aaron punya rambut cokelat terang, rambut Matthew pirang seperti ayah mereka. Tinggi tubuh Matthew paling tinggi diantara mereka bertiga. Sementara badan Matthew cukup tegap dan atletis. Matthew suka sekali olahraga berenang.

Dulu, saat Sandra berpikir ia tidak bisa membiayai Matthew kuliah, ia akan menjadikan Matthew seorang model. Tapi ternyata Sandra mendapat pekerjaan dengan gaji lumayan besar sehingga ia bisa membiayai kuliah Matthew dan Aaron sekaligus.

Matthewpun tidak harus jadi model. Namun begitu, saat Matthew jalan jalan di mall atau sekedar hang out dengan teman temannya selalu saja ada agensi model yang menawari Matthew pekerjaan.

Tapi Matthew ingin belajar dengan serius. Ia ingin lulus kuliah dengan nilai yang bagus, lalu bekerja di firma hukum yang bonafid dan menjadi pengacara yang handal.

Karena hal itu pula kerja Matthew belajar melulu. Matthew hampir jarang pergi kencan walau ia termasuk salah satu pria yang jadi idola di kampusnya.

Berbeda dengan Matthew, kerja Aaron kencan melulu. Kalau dibikin presentase, Aaron lebih banyak kencan dari belajar, 60% kencan dan 40% belajar. Matthew sering mengingatkan Aaron untuk tidak mengecewakan kakaknya yang sudah menaruh harapan pada mereka berdua, tapi Aaron selalu berkelit bahwa nilainya rata rata A semua.

Setelah berhasil menculik Matthew, Sandra akhirnya pergi ke bioskop untuk menjemput Aaron. Aaron saat ini sedang nonton bioskop berdua pacarnya, Karen.

Sampai di bioskop Sandra menelepon Aaron terus terusan agar keluar dari Bioskop. Aaron baru duduk di dalam kursi bioskop selama 15 menit, tapi Sandra memaksanya untuk ikut dengannya.

“Ada apa sih?” gerutu Aaron ketika akhirnya menemui Sandra dan Matthew di loby bioskop. “Kasihan Karen nonton sendiri. Mana film horor lagi.”

“Kenapa juga harus nonton film horor,” celutuk Sandra.

“Kan kau yang ngajarin. Dari kecil aku dan Matthew terus terusan dicekoki film horor olehmu. Jadi sekarang udah nggak ada takutnya kalau nonton film horor.”

“Ya, iyalah, ngapain mesti takut sih, itu semua kan trik kamera.” Ujar Sandra.

“Sekarang kalian mau apa?” tanya Aaron lagi.

Matthew angkat bahu tanda tidak tahu. Ia masih terus terusan menguap.

“Ayo, kau ikut denganku,” Sandra menarik tangan Aaron dan Matthew berbarengan.

“Tapi Karen...”

“Bilang padanya kau ada keperluan mendadak.”

“Haduh Sandra, tidak bisa nanti apa keperluan mendadaknya.”

“Tidak bisa. Bukan keperluaan mendadak namanya kalau nanti. Namanya juga mendadak ya berarti seketika, tiba tiba, saat ini juga.”

“Ya, sudahlah, terserah.” Aaron akhirnya menelepon Karen yang sepertinya langsung dibalas Karen dengan omelan. “Tuh kan Karen marah,” gerutu Aaron.

Sandra lalu menyetop taksi dan memaksa adiknya masuk ke taksi. Matthew duduk di depan dan langsung tidur lagi. Ia tak perduli mau dibawa kemana.

Aaron duduk di belakang bersama Sandra dan langsung menelepon Karen lagi, merayu Karen agar tidak marah.

Setelah dua puluh menit perjalanan, Sandra akhirnya meminta supir taksi menghentikan taksinya.

Aaron celingukan melihat tempat yang mereka tuju, ternyata sebuah dealer mobil.

“Wah keren, kau mau beli mobil Sandra?” tanyanya setelah turun dari taksi.

“Tidak, bukan aku, tapi kalian. Kau dan Matt.”

“Aku?” teriak Aaron. “Aku tak punya uang!”

“Aku apalagi!” Matthew menimpali.

“Tidak masalah, uangnya dariku. Ayo, kalian pilih mobil yang kalian suka, aku yang bayar.”

“KAU APA?” teriak Matthew kaget. “Gajimu tidak bakalan cukup untuk kredit mobil. Pengeluaranmu terlalu banyak Sandra.”

“Siapa bilang aku mau beli kredit. Aku mau beli cash.”

“APA?!”

~

Aaron tampak gembira berlari ke sana ke sini melihat lihat mobil yang ada di dealer mobil yang mereka datangi, sementara Matthew duduk cemberut di samping Sandra. Matthew sama sekali tidak antusias.

“Kenapa sih malah cemberut gitu? Ayo pilih mobilnya,” Sandra memperhatikan Matthew gemas.

“Aku tidak mau. Sebelum kau cerita darimana sumber uangmu, aku tidak mau.”

“Sumber uangku dapat dipercaya, bukan uang haram, bukan berasal dari tindakan kriminal apapun. Aku serius, aku punya bisnis lain disamping pekerjaanku dan bisnisku ini berhasil. Tapi aku belum bisa cerita sekarang. Suatu saat nanti aku akan cerita. Ayolah Matt, aku tak punya waktu lagi, dua minggu kedepan aku akan sibuk sekali.”

“Baiklah, kalau kau memaksa. Tapi kenapa tidak beli satu mobil saja, aku dan Aaron bisa menggunakannya bergantian.”

“Tidak, kalian nanti pasti punya keperluan yang berbeda beda. Ini keinginanmu dari dulu kan Matt, punya mobil sendiri. Dulu, kau dan Aaron selalu rebutan memakai mobil ayah, sekarang...” Sandra terdiam sejenak, “sekarang kau dan Aaron bahkan tidak pernah pakai mobil lagi karena ayah tidak memberikan mobilnya pada kalian.”

“Ya, baiklah.” Matthew akhirnya berjalan menghampiri Aaron, dan mulai ngobrol dengan Aaron tentang mobil yang akan mereka pilih.

Dua jam kemudian, Sandra sudah duduk manis di depan kasir untuk melakukan proses pembayaran. Sandra membayar dengan cara mendebit dari rekening pribadinya. Ia menyerahkan salah satu debit card nya pada kasir yang terus terusan tersenyum manis padanya dan pada .. Matthew.  Kasirnya perempuan dan sangat cantik, sepertinya ia suka pada Matthew. Tapi seperti biasa, Matthew selalu acuh jika diperhatikan perempuan. Apalagi perempuan itu suka padanya.

Aaron memilih mobil jenis sedan sementara Matthew memilih mobil jenis jeep. Mereka bisa membawa pulang mobil mereka dalam seminggu kedepan setelah pengurusan surat surat atau dokumen yang diperlukan beres.

~ ~

“Selamat siang Casey cantik, aku membawakan masakan cina untukmu untuk makan siang kita.” Sandra berdiri di depan Casey sambil menunjukkan tas plastik yang berisi masakan cina yang baru dibelinya.

“Wah, asik sekali. Makasih Sandra. Kebetulan, aku sudah lapar.”

“Kau sedang sibuk?” tanya Sandra memperhatikan orang orang yang berada di ruangan depan studio foto Luke.

“Tidak, tidak terlalu, Viola bisa menghandle sementara kita makan.”
“Viola? Karyawan baru?”

“Ya,” Casey tersenyum, “Luke kadang perlu aku untuk merias klien yang minta dirias sehingga aku suka ikut Luke pergi keluar. Sementara aku keluar kan harus ada yang stand by di studio, jadi Luke merekrut dua karyawan lagi. Satu untuk mengurusi pelanggan di ruang depan sini. Satu lagi untuk memoto klien yang ingin difoto di sini. Luke sering keluar, jadi kalau ada orang yang minta difoto di studio selalu harus menunggu Luke datang. Karena hal itu pula ia merekrut fotographer lain untuk membantu dirinya.”

“Sekarang Luke juga sedang keluar?”

Yup.”

“Sayang sekali, padahal aku beli masakan cinanya tiga porsi.”

“Tidak apa apa, satu porsi untuk Viola saja.”

“Ya, kau benar,” Sandra tersenyum, “sebentar, aku ambilkan.” Sandra lalu mengambil satu porsi chaw mein dan satu porsi jiaozi dan menyerahkannya pada Casey.

“Wow, wanginya saja sudah sedap.” Casey tertawa. Ia lalu pergi menghampiri Viola dan memberikan makanan dari Sandra pada Viola.

“Kita makan dimana?” tanya Sandra setelah Casey kembali.

“Di halaman belakang saja, yuk. Disana ada taman yang cukup indah dan kursi taman untuk duduk duduk. Ayo.”

“Oke,” Sandra langsung mengikuti langkah Casey.

Setelah duduk di kursi taman mereka lalu membuka bungkus makanan mereka masing masing dan memakannya.

“Aku ke sini mau bilang kalau Sassy ternyata akan keluar dari rumah kontrakan.” Ujar Sandra sambil mengunyah chaw Mein. Chaw Mein adalah mie goreng kering yang renyah yang biasa disajikan dengan daging ayam atau daging sapi. Sandra meminta kedua daging itu dicampur jadi satu untuk kemudian dicampur dengan mie goreng yang lezat tersebut.

“Sungguh?” teriak Casey senang. “Jadi aku bisa pindah kesana?”

“Ya.” Sandra tersenyum, “tadinya teman Sassy yang akan menempati kamar Sassy, tapi aku memohon mohon padanya agar memberikan kamar itu padamu, akhirnya Sassy setuju.”

“Terimakasih Sandra, kau baik sekali.”

“Sama sama.”

“Sassy pindah ke tempat tunanagannya?”

“Ya, ke apartemen tunangannya.”

“Kapan mereka menikah?”

“Tiga bulan lagi.”

“Oh.” Casey kini mengambil jiaozi dengan menggunakan sumpit dan mencelupkannya ke dalam sausnya, lalu memasukkan kemulutnya dan mengunyahnya dengan lahap.

Jiaozi adalah sejenis siomay yang isinya terdiri dari daging ikan atau udang yang dimasak sampai matang lalu dibungkus oleh adonan yang terbuat dari campuran tepung terigu, tepung kanji dan air. Untuk sausnya, terbuat dari saus cabai yang dicampur wijen, irisan daun ketumbar, bawang putih dan air.

“Nanti, kau bantu aku ya memindahkan barang barangku. Kita naik taksi saja.”

“Oke, tidak masalah.”

“Kapan aku mulai bisa pindah?”

“Mungkin lusa, Sassy sedang mengepak barang barangnya sekarang.”

“Aku bahagia sekali bisa terlepas dari bibiku untuk pertama kalinya. Kau yang terbaik Sandra. Aku menyayangimu.” Seru Casey lagi. Ia benar benar tak sabar untuk pindah ke rumah kontrakan Sandra secepatnya.

“Aku juga menyayangimu Casey,” ujar Sandra sambil tersenyum.

~



Minggu pagi yang cerah ini Luke nampak mondar mandir membawakan barang barang Casey dari kamar Casey ke mobilnya.

Casey mau pindah ke rumah kontrakan Sandra sekarang. Sebelum pindah Casey mengecat kamar peninggalan Sassy terlebih dahulu. Tapi baru sebagian kamarnya ia cat, Luke tiba tiba menawarkan diri untuk membantu Casey mengecat kamar. Jadinya Luke yang menyelesaikan pengecatan kamar Casey.

Sekarang kamar Casey sudah siap dihuni dan tidak terlalu bau cat lagi. Dan dengan alasan tidak ada kegiatan, akhirnya Luke manawarkan diri untuk membawakan barang barang Casey dengan menggunakan mobilnya ke rumah kontrakan Sandra Minggu pagi ini.

Tante Casey tampak tak senang Casey pindah. Ia sangat terbantu dengan kehadiran Casey. Rumah selalu bersih dan wangi kalau ada Casey karena Casey rajin membersihkan rumah. Sekarang, kalau Casey pergi, entah siapa yang mau membersihkan rumahnya.

Tapi Casey tak perduli. Bukan ia tak mau mengerti kondisi Tantenya, tapi Casey berpikir bahwa sekarang adalah saatnya dia mandiri.

Melihat Luke bolak balik seperti itu membantunya, membuat Casey jadi terharu. Sejak awal mula kenal Luke dulu, Casey sudah menyukai Luke. Luke pria yang ramah dan menyenangkan. Dan Casey jatuh hati padanya.

Sayang Luke tidak memiliki perasaan yang sama dengan Casey. Luke sudah punya pacar. Nama pacarnya Molly. Ia seorang model. Luke bertemu Molly saat ia mendapat pekerjaan bikin kalender dari perusahaan tour and travel. Dan Molly-lah yang jadi model kalender tersebut. Molly mempromosikan perusahaan tersebut dengan berbagai gaya. Saat di pantai, saat di gunung, saat di galeri galeri, saat makan di restoran eksklusif dan lain sebagainya.

Setelah semua barang Casey masuk ke mobil Luke, Casey akhirnya pamit pada Tantenya, Omnya dan anak anak mereka. Casey bilang pada Tantenya kalau Tantenya perlu apa apa tinggal menelepon saja, lagipula tempat Casey kerja dekat dengan rumah tantenya, bisa jalan kaki, karena dulu Luke membeli rumah tetangga Casey untuk dijadikan studio foto. Tantenya bisa datang ke tempat kerja Casey kapan saja kalau ia ingin.

“Tantemu wajahnya nggak enak dilihat,” ujar Luke saat ia mulai mengendarai mobilnya. “Cemberut gitu.”

“Tante tidak setuju aku pindah.” Keluh Casey, “kalau tidak sekarang, kapan lagi aku bisa mandiri dan terlepas dari kehidupan mereka?”

“Kau banyak membantu mereka, Casey, bukan secara keuangan, tapi tenagamu.”

“Ya, itulah alasan kenapa aku ingin keluar dari rumah itu secepatnya. Aku capek sekali, aku hampir tak punya waktu untuk beristirahat. Berbeda kalau aku tinggal sendiri. Mau bangun siang pun tak apa apa, tak ada yang marah marah.”

“Ya, kau benar.”  Luke lalu mengendarai mobilnya dalam diam hingga mereka sampai dirumah kontrakan Sandra.

Sandra sudah menunggu mereka di teras rumah.

“Selamat datang Casey,” serunya, “ayo aku bantu kau mengeluarkan barang barangmu.”

“Terimakasih Sandra.” Casey tersenyum.

“Selamat datang dirumahku cantik,” Philip ikut ikutan menyambut Casey.

“Hati hati dengan buaya yang satu itu Cas,” ujar Sandra mengingatkan.

“Buaya, hah, sejak kapan aku jadi buaya,” omel Philip.

“Satu satunya orang yang perlu kau waspadai dirumah ini cuma dia.” Komentar Sandra lagi, “yang lain aman.”

“Philip, bisakah aku tinggal di kamar bekas Bianca? Kita tukar tempat?” harap Casey lagi. Ia pernah menanyakan hal itu pada Philip sebelumnya tapi ditolak mentah mentah oleh Philip.

“Tidak.” Jawab Philip langsung.

Casey menyerah, ia akhirnya memasukkan barang barangnya ke dalam kamar sambil dibantu Sandra dan Luke.

Selesai memasukkan semua barangnya, Sandra memberikan jus apel pada Luke dan Casey. Philip tidak Sandra beri, membuat Philip kesal.

“Kenapa sih kau pilih kasih gitu,” omel Philip lagi.

“Apelnya di kulkas masih banyak. Bikin sendiri kalau mau jus.”

Philip pergi ke kulkas, mengambil apel dan menggigitnya langsung. Setelah makan apel ia lalu minum segelas air putih.

“Sudah, aku sudah bikin jus.”

“Kapan?” tanya Sandra, “aku tidak dengar suara blender bunyi.”

“Di sini, di perutku, mereka, apel dan air putih itu tercampur dengan sendirinya.”

“Ya Tuhan, cukup satu saja orang seperti dia, jangan banyak, aku bisa gila,” Sandra langsung berdoa.

“Terimakasih jusnya, Sandra,” Casey tersenyum “sudah habis jusnya. Rasanya segar sekali.”

“Sama sama Casey.”

 “Terimakasih juga Luke, sudah membantuku.” Ujar Casey pada Luke.

Anytime.” Luke tersenyum, “ngomong ngomong aku lapar, ada restoran yang enak disekitar sini Sandra?”

“Ada, restoran pasta. Favorit Bianca dulu. Ayo, kita kesana. Casey kau mau ikut atau aku bungkuskan saja?”

“Dibungkus saja. Aku masih harus menata barang barangku.”

“Oke, kami makan duluan dulu disana ya, nanti untukmu aku bungkus.”

“Oke, makasih Sandra, makasih Luke.”

“Sama-sama.” Jawab Sandra.

“Aku dibungkus juga ya Sandra,” seru Philip.

“Enak saja. Bikin omelet telur saja sana!” seru Sandra sambil mengikuti Luke ke mobil Luke.

Sepeninggal Sandra dan Luke, Casey berteriak gembira. Ia meloncat loncat senang di atas tempat tidur.

“Baru kali ini aku lihat orang pindah segembira ini,” komentar Philip memperhatikan Casey dari pintu kamar.

“Sejak kecil, aku baru keluar rumah sekarang. Ini moment terbesar dalam hidupku.” Ujar Casey sambil tertawa gembira.

~ ~

“Untuk kesuksesan Sassy di tempat baru,” Ivanka mengangkat minumannya diikuti oleh Sandra, Casey dan Philip.

“Untuk kesuksesan Sassy,” seru Sandra.

Mereka berlima sedang berada di sebuah restoran Jepang. Sassy yang mentraktir mereka semua sebagai tanda perpisahan dengan mereka.

“Aku sedih meninggalkan kalian,” ujar Sassy.

“Tapi hidup harus terus berlanjut Sassy,” Ivanka tersenyum menatap Sassy. “Kalau saja tunanganmu mau tinggal di kamarmu, kau tidak harus pergi.”

“Dia sudah punya apartemen.” Ujar Sassy lagi. “Apartemen itu kepunyaan dia, bukan menyewa. Jadi sayang kalau tidak ditempati.”

“Kau benar,” seru Casey. “Karena kalau tidak begitu, aku tidak bisa tinggal disana.”

Semua tertawa.

“Kalau kau kangen pada kami, sering sering main ya?” ujar Sandra sambil mengunyah Sushi.

“Ya, tentu. Kalian juga harus datang ke pernikahanku.”

“Kami akan datang,” Ivanka tersenyum lagi, “kau jangan khawatir.”

“Terimakasih,” Sassy balas tersenyum, “ayo habiskan makanannya, apa ada yang mau tambah?”

“Aku,” seru Philip langsung, “aku mau nambah.”

“Kau salah Sassy, harusnya kau jangan menawari. Dia pasti tambah!” tunjuk Sandra pada Philip.

“Masalahmu denganku sebenarnya apa sih San? Yang traktir Sassy kenapa kamu yang tidak suka?” seru Philip kesal ke arah Sandra

Sandra tertawa. Dia suka kalau berhasil membuat Philip marah.


~ ~

BAB EMPAT



Sandra merapatkan mantel kamarnya. Udara saat ini sedang dingin. Untuk menghalau udara dingin itu pula Sandra akhirnya bikin teh hangat.

Ia sesekali menyeruput minumannya sambil memperhatikan instagram Lord Egar di laptopnya.

Lord Egar tampil dalam berbagai gaya di foto foto yang diunggahnya di Instagram miliknya. Ia sepertinya lebih suka mengunggah foto foto saat berolahraga daripada kegiatan lainnya.

Ia mengunggah foto saat berkuda, baik sendiri, berdua dengan Prince Larry, atau bertiga dengan Prince Larry dan Lord Andreas. Prince Larry dan Lord Andreas adalah sahabat Lord Egar sejak mereka masih kecil.

Di foto lain ia berdiri di depan mobil sportnya sambil tersenyum. Lalu sedang berada di dalam mobil sportnya berdua Prince Larry sambil melambaikan tangan.

Foto lainnya lagi saat ia olahraga ski di Swiss. Lalu ada juga saat dia olahraga paragliding. Ia tampak tertawa senang saat terbang di udara.

Lord Egar merupakan salah satu tokoh pria yang saat ini sangat disukai para wanita di Fillmore Green. Banyak gadis gadis yang mengidolakan dirinya. Dulu, ketika sahabatnya Prince Larry dan Lord Andreas belum menikah, mereka bertiga yang menjadi idola, tapi sekarang, tinggal Lord Egar yang digandrungi para gadis tersebut karena hanya Lord Egar diantara mereka bertiga yang belum menikah.

Pekerjaan sehari hari Lord Egar adalah pengusaha di bidang konstruksi. Selain bekerja sebagai seorang pengusaha, Lord Egar juga menjabat sebagai governor di district Hall of City. Tugasnya adalah memimpin (membina, mengawasi, mengkoordinasi) penyelenggaraan pemerintah di wilayah Hall of City.
Ia berkantor di sebuah gedung pemerintah di pusat kota Hall of City. Namun begitu ia berkantor juga di perusahaannya. Jadi ia mempunyai dua kantor sekaligus, tergantung urgensi-nya ia perlu ada dimana. Namun prioritas utamanya adalah bekerja sebagai seorang governor.

District districk di Fillmore Green seperti Hall of City, Redwood, Giltown City, The Metropolis, The Villages, Parklane dan yang lainnya dikepalai oleh seorang Governor yang merupakan seorang bangsawan.

Ayah Lord Egar adalah seorang bangsawan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Fillmore Green. Sekarang ayahnya sudah pensiun dan menikmati hari hari tuanya di mansion mereka di Redwood.

Ayah Lord Egar hidup berdua dengan isteri keduanya karena ia sudah bercerai dengan isteri pertamanya, yang juga merupakan ibu kandung Lord Egar.

Ayah Lord Egar hanya mempunyai satu orang anak yaitu Lord Egar, dari isteri keduanya ia tak punya anak.

Ada satu foto di instagram itu dimana Lord Egar dan ayahnya sedang berdiri di depan Mansion mereka di Redwood. Mereka sama sama tersenyum ke arah kamera. Dan senyum keduanya mirip. Menurut versi Sandra, senyum keduanya sama sama memikat.

Entah sejak kapan, Sandra menyukai senyum Lord Egar. Tapi bukan senyum Lord Egar saja yang Sandra sukai, tapi keseluruhan dirinya. Dan Sandra merasa yakin, alasan utama ia terpikat pada Lord Egar adalah karena kemurahan hatinya. Bukan karena ketampanan wajahnya, atau kekayaannya atau gelar kebangsawanannya atau kepopulerannya, atau jabatan kenegaraannya, tapi karena kemurahan hatinya.

Hingga detik ini Sandra masih tak mengerti kenapa Lord Egar masih mengiriminya uang padahal Sandra sudah memintanya menghentikan pengiriman uang itu.

Walau Lord Egar ingin berbagi kesuksesannya dalam bisnis boneka Princess Sabrina dengannya, tapi menurut Sandra hal itu tetap tidak masuk akal. Harusnya ia menghentikan semuanya dan menikmati kesuksesannya sendiri saja tidak harus mengajak Sandra segala, tapi ia tak mau. Seingat Sandra ia pernah bilang ia kelebihan uang.

Kenapa uangnya tidak ia sumbangkan pada orang lain yang membutuhkan. Gerutu Sandra dalam hati. Bukannya Sandra tak butuh uang. Tapi Sandra merasa bahwa ia tak pantas mendapatkan uang itu lagi darinya. Uang yang Sandra terima sudah lebih dari cukup.

Rasa antusias Sandra menyaksikan foto foto Lord Egar di instagram berakhir ketika difoto terakhir yang Lord Egar upload ia sedang bersama pacar terbarunya menghadiri suatu acara.  Perempuan itu, siapapun itu, nampak tersenyum ceria ke arah kamera. Dan sialnya, ia cantik sekali. Sandra langsung menutup laptopnya dengan kesal. Ia menghabiskan teh hangatnya dulu sebelum akhirnya naik ke tempat tidur untuk tidur.


~
Lord Egar memejamkan matanya. Lama penerbangan yang harus ia tempuh dari Hall of City ke Big Metropol adalah selama dua jam. Dan ia memutuskan untuk tidur saja di pesawat, karena begitu  tiba di Big Metropol nanti ia akan sibuk sekali.

Di Big Metropoli  ia diundang sebagai pembicara dalam suatu diskusi tentang tata kota yang baik. Sebagai governor dari ibukota negara Fillmore Green, yaitu Hall of City,  Lord Egar terkenal akan kepemimpinannya yang handal.

Ia mampu menata Hall of City menjadi kota yang ramah lingkungan. Ia banyak membangun taman taman hijau di beberapa titik di pusat kota sehingga air hujan dapat terserap dengan baik. Banyaknya pohon dan banyaknya bangunan di Hall of City cukup seimbang. Sehingga Hall of City sering dijadikan contoh oleh kota kota lainnya di Fillmore Green untuk terus maju dan berkembang.

Lord Egar berencana tidur selama sejam saja sebelum akhirnya nanti ia makan siang. Tadi seorang pramugari yang bernama Dawn yang menyambutnya saat ia tiba di pesawat dan melayaninya saat ia duduk di kursi pesawat dengan memberinya caviar   dan minuman champagne. Seperti biasa, jika bepergian naik pesawat terbang Lord Egar selalu naik first class.

Sejam kemudian ketika Lord Egar membuka matanya, senyum manis Sandra yang pertama kali ia lihat. Lord Egar sangat terkejut, ia menyangka ia sedang bermimpi, tapi senyum Sandra tidak hilang dari pandangannya.

“Selamat Siang Tuan, saya datang ke sini ingin menanyakan apakah Anda siap untuk memesan makan siang Anda. Karena kalau sudah siap, chef  kami nanti akan datang pada Anda menanyakan langsung apa yang ingin Anda pesan.”

“Sandra, apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau bersikap formil seperti itu?”

“Saya ke sini menanyakan apakah Anda siap untuk...”

“Sandra, apa yang kau lakukan disini?” teriak Lord Egar tak sabar.

“Aku sedang bekerja Tuan.”

“BEKERJA?” teriak Lord Egar lagi. Ia benar benar tak percaya Sandra bekerja sebagai pramugari. Bukan masalah jenis pekerjaannya. Tapi kenapa ia harus bekerja.

“Iya, aku sedang bekerja.”

“Kau kaya! Kau tidak harus bekerja!”

“Sst.. bisakah Anda mengecilkan suara Anda, penumpang lain jadi melihat kearahku, mereka pasti berpikir aku benar benar kaya seperti yang Anda katakan.”

“Kau memang kaya Sandra. Kau seorang milyuner sekarang. Eksport boneka Princess Sabrina-ku sukses di beberapa negara Eropa dan Amerika. Tidak bekerja pun tidak masalah buatmu. Kau dapat uang banyak setiap bulan.”

“Tapi aku ingin bekerja. Kembali ke pertanyaanku tadi, saya ingin menanyakan apakah Anda siap untuk memesan makan siang Anda.”

“Tidak, aku tidak siap. Dan bisakah kau berhenti bersikap formil seperti itu padaku?”

“Tidak bisa. Aku harus sopan seperti ini pada para penumpang.”

“Tapi aku orang yang kau kenal Sandra.”

“Tapi tetap saja aku harus bersikap sopan. Baiklah, nanti temanku Dawn akan kesini bertanya pada Anda apakah Anda siap untuk memesan makan siang Anda.”

“Kau mau kemana?”

“Bertanya pada penumpang lain tentang apakah mereka siap memesan makan siang mereka.” Sandra tersenyum, “sampai jumpa lagi Tuan. Semoga penerbangan Anda menyenangkan.” Sandra pun berlalu dari tempat duduk Lord Egar.

Ketika Dawn datang menghampiri Lord Egar, Lord Egar langsung bertanya tentang Sandra padanya.

“Miss Ricardo?” Dawn mengerutkan kening. Ia tak melihat keistimewaan apapun pada diri Sandra kecuali sikap pemberontaknya yang menyebalkan. Kalau bicara soal cantik, ia merasa dirinya lebih cantik kemana mana dibanding Sandra. Lalu kenapa Lord Egar Maxmillian, pria yang paling diincar gadis gadis se Fillmore Green bertanya soal diri Sandra padanya?

“Ya, Sandra Ricardo. Apakah ada pekerja lain dengan nama yang sama?”

“Ti.. tidak. Hanya dia. Ya, benar, dia bekerja di Fillmore Airlines.”

“Sudah berapa lama?”

“Hampir sepuluh tahun.”

“Wah, sudah lama juga. Apakah dia sudah keliling dunia karena pekerjaannya ini?”

“Sudah. Dia sudah pergi kemana mana, dia senior sekarang, jadi tugas yang diberikan padanya berbeda dengan para junior yang masih terbang di wilayah domestik.” Dawn mulai kesal dengan pertanyaan Lord Egar. “Anda sudah siap memesan makan siang Anda?”

“Apakah dia sudah punya kekasih?” Lord Egar masih tertarik bertanya soal Sandra.

Dawn mulai menggertakan gigi. “Tidak. Setahuku kalau di Fillmore Airlines tidak ada. Entah kalau diluar perusahaan kami. Pilot pilot atau teman kerja pria yang lain takut padanya.”

“Takut?”

“Ya, dia galak seperti singa.”

“Oke kalau begitu, aku siap memesan makan siangku.”

“Baik Mr. Maxmillian, akan aku panggilkan chefnya sekarang.”

“Ya. Terimakasih.”


~ ~


Sandra baru beristirahat sebentar ketika Dawn menghampirinya dengan wajah cemberut. “Ada pria tampan di first class bertanya tentangmu, dia adalah..”

“Mr. Maxmillian,” lanjut Sandra, “dia temanku. Dan kau jangan bad mood gitu. Dia punya pacar. Mau kuperlihatkan wajah pacarnya?”

Dawn tidak mengiyakan, tidak juga menolak. Sandra langsung mengambil handphonenya dan membuka instagramnya. “Lihat, cantik kan?”

Dawn memperhatikan dengan seksama wanita yang ditunjuk Sandra. Wanita itu sangat cantik. Dia mempunyai lesung pipit di kedua pipinya. “Yah, cukup menarik.”

“Cukup?” teriak Sandra. “Perempuan ini sangat menarik, bukan cukup menarik. Jadi kuharap buang wajah tidak enakmu jauh jauh. Aku tidak ada hubungan apa apa dengan Mr. Maxmillian.”

“Lalu kenapa dia terus terusan bertanya tentang dirimu dan pertanyaannya cukup antusias?”

“Itu karena...” Sandra terdiam sebentar, “karena menurut dia, aku seharusnya tidak usah bekerja.”

“Tidak usah bekerja?” Dawn heran.

“Ya, tidak usah bekerja. Usulannya aneh kan? Bagaimana aku bisa membiayai kuliah kedua adikku kalau aku tidak bekerja?”

“Ya, sangat aneh.”

“Ngomong ngomong,” Sandra tersenyum, “aku harus kembali ke bisnis class. Siapa tahu ada yang memerlukan bantuanku.”

“Oke.” Sahut Dawn dengan wajah sedikit ceria.

~ ~



Sandra sedang berjalan ke tempat istirahatnya ketika tangannya tiba tiba ada yang memegang. Ternyata Lord Egar.

“Apa yang Anda lakukan?” tanya Sandra kaget.

“Berapa lama kau menginap di Big Metropol ?” tanya Lord Egar.

“Hanya semalam, untuk beristirahat saja. Besok aku kembali ke Hall of City lagi, penerbangan pagi.”

“Bagus, kalau begitu kau bisa menemaniku selama aku di Big Metropol.”

“Tidak, aku tidak bisa, aku mau beristirahat.”

“Istirahatnya nanti saja. Pokoknya nanti aku tunggu kau di bandara Big Metropol.”

“Tapi aku tidak bisa langsung pergi begitu saja, aku masih harus lapor ke kantor dulu dan...”

“Tidak apa apa, akan kutunggu.”

~ ~

Sandra terus terusan menguap. Lord Egar sedang berpidato di sebuah acara diskusi yang dilakukan oleh governor Big Metropol yang juga dihadiri oleh beberapa governor lainnya.

Acaranya sudah berlangsung hampir satu jam, dan Sandra terus terusan menguap saking ngantuknya. Ia tadi harus bangun pagi pagi sekali karena ada penerbangan ke The Villagers pagi pagi sekali. Setelah itu ia kembali ke Hall of City. Ia harus berangkat lagi di penerbangan siang ke Big Metropol. Ia merasa lega karena mendapat waktu istirahat semalam di Big Metropol dan ditempatkan di sebuah hotel bintang lima yang mempunyai kerjasama dengan Fillmore Airlines.

Setelah tugasnya selesai dalam penerbangan ke Big Metropol, ia ingin langsung beristirahat tapi ternyata Lord Egar langsung menculiknya ke acara diskusi tentang tata kota.

Sandra juga merasa pakaiannya kurang formil dibanding yang lain. Ia hanya mengenakan jeans, sepatu hak tinggi dan baju baby doll. Dia tidak punya persiapan apapun untuk acara ini karena Lord Egar mengajaknya tiba tiba.

Sebenarnya tadi Sandra bisa memberontak dan melarikan diri dari Lord Egar. Tapi Sandra tidak enak dengan kebaikan Lord Egar selama ini padanya yang terus mengiriminya uang.

“Anda teman kencan Mr. Maxmillian?” tanya seorang ibu yang usianya seusia nenek Sandra.

“Apa?” Sandra kaget.

“Anda teman kencan atau pacar Mr. Maxmillian?” tanya wanita itu lagi. Ia duduk disamping Sandra, di kursi deretan ketiga.

“Bukan,” Sandra berbisik, “kenapa Anda berpendapat aku teman kencannya?”

“MataMr. Maxmillian dari tadi terus menerus melihat ke sini. Kupikir ada apa di pojok sini, ternyata ada dirimu,” wanita itu tertawa.

“O ya?” Sandra terkejut dengan kata kata wanita itu, “aku tidak memperhatikan.”

“Aku jelas jelas memperhatikan,” wanita itu masih tertawa, “untuk cowok setampan dia, aku pasti memperhatikan.”

Sandra hanya tersenyum mendengarkan kata kata wanita itu.

“Kalau aku masih muda, aku pasti sudah mengejar Mr. Maxmillian.” Komentar wanita itu lagi.

“Sepertinya saat ini banyak gadis yang mengejarnya,” komentar Sandra.

“Anda cemburu?”

“Aku?” Sandra tertawa, “sudah aku bilang, aku bukan..”

“Sst… dia memperhatikan dirimu lagi.”

Sandra melihat apa yang dibilang wanita yang duduk disampingnya, dan benar saja Lord Egar sedang memperhatikan dirinya.

“Kurasa, itu karena aku terus terusan menguap,” bisik Sandra pada wanita itu lagi. “Aku ngantuk sekali. Aku mau ke toilet dulu, aku mau cuci muka. Permisi.”

“Ya, tentu.”

Sandra segera pergi meninggalkan gedung pertemuan itu, ia lalu mencari toilet. Setelah membasuh mukanya dan mencuci kedua tangannya dengan sabun dan mengeringkannya Sandra kembali ke ruangan itu. Tapi rupanya acaranya sedang break minum teh. Sandra langsung mencari Lord Egar. Ketika ia berhasil menemukannya, langkahnya langsung terhenti karena banyak wanita yang berebut minta foto dengannya.

Ya Tuhan, keluh Sandra dalam hati. Aktor bukan, penyanyi bukan, olahragawan bukan, kenapa acaranya seperti jadi acara jumpa fans begini.

Sandra akhirnya berjalan ke arah meja tempat makanan dan minuman disediakan. Ia lalu mengambil beberapa kue. Perutnya terasa lapar. Sekarang jam empat sore, tadi dia makan siang jam dua belas siang. Pantas saja perutnya bunyi minta diisi.

Sandra baru selesai memakan kue kue renyah yang sangat lezat dan ingin mengambil air minum ketika Lord Egar menyodorkan secangkir mochacinno hangat padanya.

“Terimakasih,” ujar Sandra sambil tersenyum.

“Sama sama.”

“Acara jumpa fansnya sudah selesai?”

“Jumpa fans?”

“Iya, tadi banyak wanita yang ingin foto dengan Anda.”

“Sandra bisakah kau memanggilkku dengan sedikit lebih bersahabat dan tidak formil seperti ini? Kau bisa memanggil namaku saja.”

“Baiklah.” Ujar Sandra sambil kembali tersenyum. “Anda tahu, aku juga ingin foto dengan Anda,” Sandra masih formai memanggil Lord Egar, “boleh?” Sandra tiba tiba mengeluarkan ponselnya dan we-fie dengan Lord Egar. “Ayo tersenyum.”

Tapi Lord Egar tidak tersenyum.

“Sayang sekali,” komentar Sandra, “Anda sedang cemberut, padahal foto ini mau aku upload ke instagramku.”

“O, ya?”

“Ya. Selain hasil dari foto ini kurang bagus, aku juga takut pacar Anda cemburu. Jadi tidak jadi deh aku upload,” Sandra tertawa.

“Pacarku atau pacarmu yang cemburu?” tanya Lord Egar langsung.

“Aku tidak punya pacar,” gumam Sandra sambil menyeruput mochacinno hangatnya.

“Itu kabar yang sangat menarik.” Gumam Lord Egar, “kenapa? Para pria takut padamu?”

Karena aku jatuh cinta padamu, ujar Sandra dalam hati. “Tidak, untuk apa mereka takut.”

“Ya, siapa tahu,”

“Maaf mengganggu Nona, tapi bisakah aku berfoto dengan Mr. Maxmillian?” tanya seorang ibu yang menghampiri Sandra dan Lord Egar dan sepertinya memaksa Sandra untuk berdiri dari duduknya.

Sandra berdiri dengan kesal.

“Resiko punya pacar terkenal memang seperti itu Nona, Anda harus maklum dan banyak sabar,” ujar seorang pria di samping Sandra.
“Pacar?”

“Ya, Mr. Maxmillian pacar Anda bukan? Ia begitu perhatian pada Anda dan matanya selalu menatap Anda mesra.”

Ya Tuhan, ada apa ini, keluh Sandra dalam hati. Sudah dua orang berkomentar Lord Egar adalah pacarku. .

“Acara apa lagi yang harus aku hadiri setelah acara ini?” Sandra bertanya pada Lord Egar setelah ibu yang minta foto tadi pergi.

“Bertemu dengan teman temanku di Big Metropol ini dalam suatu acara jamuan makan malam.”

“Aku tidak membawa gaun. Aku ke sini untuk pergi bekerja bukan untuk menghadiri acara jamuan makan malam.”

“Tidak masalah, setelah acara diskusi ini selesai, kita masih punya waktu tiga jam untuk mencari gaun untukmu.”

“Baiklah, terserah Anda saja.” Sandra kembali duduk ke tempat ia tadi duduk dan memejamkan mata. “Aku mau tidur di sini sekarang. Bangunkan aku setelah acara diskusi itu selesai.”

~ ~

Acara jamuan makan malam itu dilaksanakan di sebuah rumah seorang penguasaha yang sangat indah dan cantik.

Yang hadir dalam acara jamuan makan malam itu selain para politisi, para bangsawan  dan para pejabat adalah para selebritis.

Sandra tidak pernah hadir dalam acara jamuan makan malam di kalangan atas seperti ini sebelumnya. Ia pernah diundang ke Crown Palace oleh Bianca untuk menghadiri acara jamuan makan malam di Crown Palace, tapi teman temannya saat itu adalah yang ia kenal dan berasal dari kalangan yang sama seperti dirinya, bukan berasal dari kalangan high society  seperti ini.

Berada di tengah tengah mereka membuat Sandra merasa special. Kalau Sandra tidak tahu Lord Egar sudah punya pacar, ia pasti akan merasa tersanjung karena malam ini Lord Egar terus terusan memegang tangannya, dan kadang memeluk dirinya. Gaun yang ia kenakan malam ini juga Lord Egar yang memilih. Tadi mereka berburu gaun itu sama sama. Dan hanya dalam waktu sejam sudah mereka dapatkan. Setelah mendapatkan gaun itu, mereka beristirahat sebentar di hotel tempat Sandra menginap. Lord Egar membatalkan kamar hotel yang sudah dipesannya dan dibayarnya di hotel lain dan langsung memesan kamar di hotel tempat Sandra menginap.

“Kau harus hati hati dengannya,” Lord Andreas, salah satu sahabat Lord Egar ternyata juga ada di sana. Ia dan isterinya Raquel sedang ada bisnis dengan pemilik rumah. Hanya orang orang tertentu yang Lord Egar perkenalkan pada Sandra, dan salah satunya Lord Andreas dan isterinya.

“Memang kenapa aku harus hati hati?”

“Sudah banyak gadis yang ia bikin patah hati.”

“Jangan dengarkan dia Sandra.” Komentar Lord Egar.

“Tidak, aku ingin mendengarkan. Jadi berapa gadis yang sudah dibuat patah hati olehnya?”

“Sebentar aku hitung dulu.” Lord Andreas mulai menghitung, “Amber, Annete,  Janet, Donna, ehm.. siapa lagi ya, sebentar…”

“Tutup mulutmu Andreas!” Seru Lord Egar kesal, ia lalu mengajak Sandra pergi dan memperkenalkan Sandra pada yang lain.

Sekarang Sandra sedang tertawa tawa dengan Lady Britanny, nyonya rumah di acara jamuan makan malam ini, entah apa yang mereka perbincangkan.

Lord Egar hanya memperhatikan Sandra dengan perasaan berdebar. Ia sangat menyukai Sandra, sejak melihat Sandra di suatu televisi membocorkan rencana pernikahan Prince Larry dan Bianca, sejak saat itu ia menyukainya.

Beberapa kali di beberapa kesempatan ia pernah bertemu Sandra. Di Crown Palace, menjelang pernikahan Prince Larry dan Bianca, di King Palace saat pertunangan Prince Larry dan Bianca, di Green Palace saat resepsi pernikahan Prince Larry dan Bianca, dan di Cape Field sesudah Prince Larry dan Bianca menikah, tapi selama itu ia hanya memperhatikan dan belum mau menegur. Bianca saat itu sudah memperkenalka Sandra padanya, tapi ia masih menjaga jarak dengan Sandra. Ia baru berkomunikasi dengan Sandra setelah ia berminat memproduksi boneka Princess Sabrina, yang notabene hak ciptanya ada pada Sandra.

Ketika Sandra meminta padanya untuk berhenti mengiriminya uang, Lord Egar tidak mau mengabulkan permintaan Sandra karena ia takut hubungannya benar benar terputus dengan Sandra. Untuk itulah kenapa ia mempertahankan perjanjian kerjasama diantara mereka agar ia bisa terus berhubungan dengannya, walau sebatas teman.

Lord Egar jatuh cinta padanya. Tapi tidak seperti pada gadis gadis yang lain, ia tak ingin menjadikan Sandra sebagai kekasihnya, karena ia merasa ia tidak akan merasa kuat kalau kelak ada masalah diantara mereka dan mereka  harus berpisah.

Kalaupun kelak ada hubungan dengan Sandra, Lord Egar ingin Sandra menjadi isterinya, bukan kekasihnya.

~


“Terimakasih sudah menemaniku malam ini, juga tadi sore,” Lord Egar tersenyum ketika mengantar Sandra ke kamar hotel.

“Sama sama.”

“Sekarang kau benar benar bisa beristirahat.”

“Yah, dengan jam tidur selama tujuh jam, kurasa aku akan segar lagi besok,” Sandra tertawa. “Anda besok pulang jam berapa?”

“Mungkin sore. Tadinya mau pulang siang, tapi Andreas mengajakku berkuda bareng di ranch mertuanya tidak jauh dari Big Metropol. Aku sudah cukup lama tidak bertemu dengannya, jadi ya, kupikir besok ide yang bagus untuk bertemu dengannya.”

“Anda betul. Saat kita punya kesempatan untuk bersama dengan sahabat kita sebaiknya kita tidak menyia nyiakan kesempatan itu karena mungkin kita akan susah bertemu dengannya lagi karena kesibukan masing masing.”

“Kau benar,” Lord Egar kembali tersenyum, “selamat beristirahat Sandra, hati hati dalam penerbangan besok.”

“Terimakasih, selamat beristirahat juga Mr. Maxmillian.” Sandra melambaikan tangan pada Lord Egar lalu membuka pintu kamarnya.

Sandra baru mau tidur ketika Bianca meneleponnya.

“Halo Bianca, senang mendengar suaramu lagi,” sahut Sandra gembira.

“Raquel baru meneleponku dan mengirimkan foto kau berdua dengan Egar. Menurut Raquel kalian mesra sekali, apakah terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui Sandra?”

“Tidak Bianca, kau jangan khawatir, tidak terjadi apa apa.”

“Kau yakin? Karena selain kata Raquel kalian mesra, kataku juga kalian mesra, aku baru melihat foto kalian berdua, dan menurutku bajumu agak terlalu seksi.”

Sandra tertawa, “Aku hanya menemani Mr. Maxmillian makan malam karena dia memintaku, aku bertemu dengannya di pesawat saat aku kerja, jadi acara malam ini tidak direncanakan, serba dadakan.”

“Oh, begitu,” ujar Bianca, “sebenarnya sih..” Bianca terdiam sejenak.

“Sebenarnya kenapa Bianca?”

“Sebenarnya tidak masalah bagiku kalau kalian benar benar punya hubungan khusus, hanya saja seperti gadis gadis lain, kau harus siap patah hati, kelemahan Egar cuma satu, ia selalu tidak pernah serius membina hubungan dengan siapapun, entah kenapa, aku hanya takut kau kecewa.”

“Terima kasih atas perhatianmu Bianca, tapi aku akan baik baik saja.”

“Baiklah kalau begitu, selamat beristirahat Sandra. Mimpi indah.”

“Mimpi indah untukmu juga Bianca, sampaikan ciumku untuk si kecil.”

“Akan kusampaikan,” Bianca tertawa, “mencium si kecil sekarang jadi hobiku.”

~



BAB LIMA


Hari cukup terik ketika Sandra kembali ke Hall of City Airport. Dari bandara Sandra naik taksi kerumahnya seperti kebiasaannya selama ini. Padahal ongkos taksi dari bandara di Hall of City sangat mahal. Tapi sekarang uang tidak masalah bagi Sandra. Biasanya Sandra akan ikut mobil perusahaan. Tapi mobil itu masih setengah jam lagi berangkat, nunggu teman Sandra yang lain yang juga mau pulang. Sandra malas menunggu. Ia ingin cepat beristirahat, makanya ia menggunakan taksi.

Sampai dirumah, ia heran melihat mobil Aaron ada di halaman. Garasi di rumah Philip paling tidak menampung dua mobil, tapi karena halaman rumah cukup luas, dua mobil masih bisa masuk ke halaman sehingga bisa menampung empat mobil sekaligus.

Dulu, waktu ada Sassy, mobil Sassy dan Philip yang selalu ada di garasi sementara mobil Ivanka harus rela diparkir di halaman. Tapi sejak Sassy pindah, mobil Ivanka menggantikan mobil Sassy masuk garasi sehingga tidak ada lagi mobil yang harus diparkir di halaman.

Tapi sekarang mobil Aaron parkir di halaman. Sandra segera masuk ke dalam rumah. Aaron tidak meneleponnya kalau mau datang, ia takut terjadi sesuatu. Sandra langsung mencari Aaron di lantai bawah, tapi tak ada, iapun segera pergi ke lantai atas. Aaron ternyata sedang asik ngobrol dengan Philip di balkon atas.

Ada apa Aaron? Kenapa kau tidak meneleponku kalau mau kesini?” tanya Sandra langsung.

“Tidak apa apa. Aku kebetulan sedang ke sini mengantar temanku. Jadi aku mampir. Kata Philip kau pulang sebentar lagi jadi aku tunggu. Aku tidak mau menelepon takut kau terburu buru. Padahal tidak ada keperluan mendesak.”

“Kau tahu jadwal kerjaku Philip?” tanya Sandra heran. “Dan kenapa kau dirumah siang siang begini?”

“Aku dapat shift malam. Aku tadi bertanya pada Casey tentang jadwal kerjamu.”

“Ooh,” Sandra lalu duduk di hadapan mereka, di sebuah kursi plastik.

“Kau sudah makan Aaron?”

“Sudah tadi dengan temanku sebelum ke sini.”

“Aku curiga dia pasti bukan temanmu tapi pacarmu. Kau mengantar Karen ke sini kan?”

“Tidak, bukan Karen, aku sudah putus dengannya, dia pemarah, aku malas pacaran sama orang pemarah. Pacaran itu kan buat senang senang bukan buat marah marah.”

“Persis kakakmu itu Aaron. Dia pemarah.” Celutuk Philip.

“Diamlah Philip,” seru Sandra.

“Tuh kan pemarah!”

“Kalau bukan Karen, berarti gadis lainnya?”

Aaron tertawa, “ya seperti itu, tapi masih dalam tahap pendekatan sih, belum jadian.”

“Bagiku tidak masalah kau pacaran Aaron, asal nilai nilaimu tetap dijaga, tetap baik.”

“Jangan khawatir boss, nilaiku A semua.” Kembali Aaron tertawa.

“Kau mau langsung pulang? Atau menginap di sini semalam?”

“Kalau boleh nginep aku ingin nginep. Besok aku kuliah sore.”

“Ya sudah, nginap saja kalau begitu.” Putus Sandra, “aku buka kamarku dulu.”

“Mobil adikmu keren Sandra,” ujar Philip melihat Sandra bangun dari duduknya, “dia bisa kredit mobil masa kau tidak.”

Sandra melirik ke arah Aaron, Aaron memberi kode pada Sandra dengan menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. Sandra tersenyum.

“Ya, itu kebanggaanku. Tidak apa apa aku tidak punya mobil asal adikku punya.” Komentar Sandra. “Hey, aku punya ide. Bagaimana kalau nanti malam kita makan malam bersama dengan menggunakan mobil Aaron. Aku yang traktir.”

“Asik,” seru Aaron langsung.

“Makan malam dimana?” tanya Philip “kenapa harus naik mobil segala, memang jauh, lagipula aku harus kerja.”

“Di Parklane, di restoran favorit Bianca. Restoran Seafood. Kau bolos kerja saja Philip. Ayolah sekali kali pergi bersama. Nanti aku ajak Casey dan Ivanka juga. Ok?”

“Entahlah.” Jawab Philip, “lihat saja nanti.”

“Aku mau menelepon Mr. Lorenzo sekarang untuk booking tempat.” Sandra mengeluarkan handphonenya dan menelepon Mr. Lorenzo untuk booking tempat. Ia pernah meminta nomor telepon Mr. Lorenzo pada Bianca.

Setelah menelepon Mr. Lorenzo ia menelepon Casey dan Ivanka. Keduanya mau ikut. Sandra juga menelepon Luke, tapi Luke sedang ada pekerjaan nanti malam dan menolak ajakannya.

“Aku, Aaron, Casey dan Ivanka siap siap untuk makan malam gila gilaan nanti malam. Kau yakin tidak mau ikut?”

Philip nampak menimbang nimbang, “baiklah, aku ikut.”

Sandra tertawa, “kau yakin?”

“Tidak terlalu sih, tapi kupikir tidak masalah aku bersenang senang sesekali.”


~

Mobil yang dikemudikan Aaron melaju cukup kencang membelah jalanan ibukota Hall of City menuju Parklane. Mereka pergi dari rumah jam enam. Mereka akan tiba di restoran Mr. Lorenzo jam sembilan malam karena perjalanan ke restoran Mr. Lorenzo ditempuh kurang lebih tiga jam perjalanan.

Philip duduk didepan menemani Aaron. Ia benar benar bolos kerja. Ia dan Aaron menyanyikan lagu yang diputar di mobil Aaron. Mereka nyanyi penuh percaya diri walau suara mereka sumbang. Sementara Sandra duduk di belakang bersama Casey dan Ivanka.

“Kau baik sekali Sandra,” seru Ivanka pada Sandra. “Pertama kau selalu memenuhi isi kulkas kita sehingga stok makanan untuk kita masak selalu ada. Sekarang, kau mau mentraktir kami. Terima kasih banyak.”

“Sama sama Ivanka,” Sandra tersenyum, “kebetulan aku sedang ada rejeki.”

“Gajimu naik ya?” tanya Casey.

“Kurang lebih begitulah,” ujar Sandra lagi.

“Aku belum pernah ke restoran Mr. Lorenzo,” ujar Ivanka lagi. “Restoran itu sangat terkenal sekarang. Selalu susah booking tempat disana. Temanku pernah melakukannya dan tidak pernah berhasil. Selalu penuh dan sudah dibooking orang. Kau berhasil melakukannya.”

“Aku bawa bawa nama Bianca.” Sandra tertawa. “Mr. Lorenzo selalu menyiapkan satu tempat untuk Bianca kalau kalau Bianca ingin datang ke tempatnya untuk makan di sana. Bianca yang membuat restorannya jadi sangat terkenal seperti sekarang.”

“Pantesan,” Casey tertawa. “Kapan kapan kalau aku ingin makan di sana dengan teman teman kerjaku, taktikmu akan kupakai.”

“Coba saja. Pasti manjur.”

“Memang Bianca pernah makan di sana setelah menikah?” Ivanka penasaran.

“Pernah, beberapa kali. Tapi tempatnya jadi ramai karena banyak bodyguard berseliweran dan petugas keamanaan kerajaan yang berjaga jaga disana. Bagaimanapun Prince Larry akan menjadi King di Fillmore Green menggantikan ayahnya nanti. Jadi penjagaan terhadap dirinya dan keluarganya luar biasa ketat.”

“Iya sih,” komentar Ivanka. “Tapi apa enaknya makan dijaga superketat begitu.”

“Bianca bilang awal mulanya juga dia merasa kurang nyaman, tapi lama kelamaan jadi terbiasa.”

“Aku salut sama Bianca,” ujar Casey sambil tersenyum, “walau kini ia sudah menjadi anggota keluarga kerajaan, ia tak pernah melupakanku. Ia masih meneleponku sesekali, menanyakan kabarku, menanyakan kabar Luke, menasehati ini itu.”

“Ya, Bianca orangnya memang menyenangkan,” Sandra setuju.

“Bianca juga pernah meneleponku,” Ivanka tertawa, “dia kaget Sassy pindah dari tempat kita. Terus waktu aku bilang Sassy akan menikah, ia bilang ia ingin sekali datang, tapi lihat situasi nanti bagaimana, karena acaranya takut bentrok dengan acara lain yang harus ia ikuti. Dalam satu bulan ia punya jadwal kegiatan yang harus ia lakukan atau jadwal acara yang harus ia kunjungi. Ia sibuk sekali.”

“Aku jadi kangen padanya,” Sandra tertawa, “kapan kapan aku ingin mengusulkan padanya kita liburan sama sama dan acara liburan kita diselipkan pada jadwal acaranya yang padat itu, hahaha.”

“Usulmu asik, coba saja.” Casey ikut tertawa.

~ ~


Restoran Mr. Lorenzo penuh seperti biasanya. Berbeda dengan saat dulu pertama kalinya Sandra makan disana, sekarang restoran Mr. Lorenzo sudah direnovasi jadi dua tingkat.

Jadi yang makan bukan hanya di bawah saja, tapi bisa makan diatas sambil menikmati keindahan pemandangan laut.

Tapi menurut Sandra, masih tetap asik makan dibawah, tepatnya di pinggir pantainya langsung, bukan didalam restorannya karena bisa bersentuhan dengan pasir pantai secara langsung.

Sandra memilih memasak sendiri makanan yang akan mereka makan. Para pelayan langsung menyediakan alat alat yang mereka butuhkan, baik alat untuk membakar ikan atau kompor untuk merebus ikan.

Sayur sayuran, bumbu dan peralatan memasak lainnya beserta sendok, garpu, piring turut mereka sediakan. Hanya minuman yang mereka sajikan sesuai dengan pesanan Sandra dan teman teman.

Sandra langsung mengajak Casey dan Ivanka ke ruang pemilihan ikan yang terletak di dekat dapur restoran. Disana banyak sekali ikan segar,  udang segar, kerang segar, kepiting segar. Mereka tinggal memilih apa yang mereka inginkan, sebanyak yang mereka mau lalu pilihan mereka ditimbang dan dikalkulasi berapa harga totalnya.

Setelah memilih aneka ikan dan udang segar, mereka mulai memasak ikan ikan itu. Casey memilih membuat sup seafood. Ia memasukkan potongan ikan tuna, udang segar dan irisan cumi kedalam sup yang dibuatnya, dicampur dengan wortel, buncis, tomat, sawi putih dan kentang. Bau masakan bikinan Casey harum tercium.

Sandra memilih membakar udang dan cumi. Ivanka menyiapkan saus untuk udang dan cumi bakar mereka. Ia mencampurkan olive oil, cuka (sedikit), garam, lada, jeruk dan kecap asin.

Sementara Aaron memilih untuk menggoreng gurame. Guramenya sudah dibumbui oleh salah satu koki Mr. Lorenzo sehingga Aaron tinggal menggorengnya saja.

Setelah semua masakan mereka matang, mereka lalu makan dengan lahap. Mereka makan sambil bercerita ini itu. Mereka tertawa tawa dengan gembira.

“Semua masakan ini lezat.” Ivanka nampak kekenyangan. Ia tak sanggup makan apapun lagi. “Kapan kapan aku akan datang ke sini lagi.”

“Lezat dan murah. Mr. Lorenzo tidak menaikkan harga seafood di restorannya walau restorannya sudah terkenal,” Casey tersenyum.

“Terima kasih Sandra untuk traktirannya,” Philip tertawa kearah Sandra sambil menghabiskan makanan yang tersisa.

“Sama sama,” balas Sandra. Seharusnya kalian berterima kasih dari Lord Egar, karena uang itu darinya, lanjut Sandra dalam hati.


~ ~

BAB ENAM


Suara gemericik air terdengar cukup jelas di telinga Sandra. Sandra memejamkan matanya menikmati suara tersebut. Ia sekarang sedang duduk di sebuah bangku taman, tidak jauh dari suara gemericik air yang berasal dari taman yang indah tidak jauh darinya.

Matahari juga bersinar cukup terik menembus pohon ek yang manaungi Sandra yang sedang duduk. Sinarnya terasa hangat di kulit.

Suara kicau burung bersahutan menambah keeksotikan suara di sekelilingnya. Sandra selalu menyukai sound of nature, suara alam seperti yang ada disekelilingnya. Suara gemericik air, burung berkicau dan suara desiran angin yang terdengar sesekali adalah paduan suara yang enak untuk didengar. Juga termasuk suara hujan, kalau hujan sedang turun.

Sandra saat ini sedang berada di Lotus Village, rumah peristirahatan Prince Larry dan Bianca. Sandra secara iseng mengusulkan pada Bianca untuk memasukkan jadwal beristirahat di salah satu rumah peristirahatannya  di luar Hall of City dan mengundang teman temannya ke sana. Tanpa ia duga Bianca setuju, menurut Bianca ia juga perlu beristirahat dari aktifitas yang cukup melelahkan dirinya.

Maka Bianca mengundang Sandra, Casey dan Ivanka berlibur akhir pekan di rumah peristirahatannya di Lotus Village. Ia juga mengundang Sassy dan Luke, tapi mereka tak bisa ikut. Sassy akan menghadiri pameran wedding Exibition bersama tunangannya, sementara Luke harus bekerja seperti biasa.

Sandra dan teman teman pergi ke Crown Palace dengan menggunakan mobil Ivanka, dari Crown Palace mereka akan pergi bersama sama Bianca dan keluarganya dengan mobil yang berbeda.

Sandra, Casey dan Ivanka ditawari untuk naik salah satu mobil mewah Prince Larry lengkap dengan supirnya, tapi Ivanka tidak mau. Menurut Ivanka ia lebih nyaman naik mobil sendiri.

Saat menunggu Bianca dan keluarganya packing, Philip tiba tiba menelepon Sandra. Philip bertanya kenapa rumah sepi sekali. Sandra lalu bercerita pada Philip bahwa ia akan menghabiskan akhir pekan di salah satu rumah peristirahatan milik Putera Mahkota Kerajaan Fillmore Green, Philip langsung ngotot pengen ikut. Ia memohon pada Sandra agar minta ijin pada Bianca.

Sandra akhirnya bertanya pada Bianca dan Bianca mengijinkan. Philip langsung packing dan pergi ke Crown Palace dengan menggunakan taksi.

Di pintu gerbang komplek istana, Philip tertahan cukup lama karena diperiksa secara detail, hal itu memang rutin dilakukan pada siapapun yang pertama kali berkunjung ke komplek istana Normand, karena penjagaan keamanan di istana komplek Normand sangat ketat.

Setelah Philip tiba di Crown Palace, Sandra lalu mengenalkan Philip pada Bianca dan Prince Larry. Philip senang sekali akhirnya bertemu Bianca juga. Dulu waktu Bianca menyewa rumahnya, mereka tidak pernah bertemu. Bianca selalu mentransfer uang sewa kamarnya pada Philip.

Philip akhirnya pergi satu mobil dengan Sandra, Ivanka dan Casey. Karena merasa kesal kenapa Philip tiba tiba ikut, Ivanka akhirnya menyuruh Philip yang mengemudi. Philip akhirnya yang mengemudi ke Lotus Village. Perjalanan ke Lotus Village dari Hall of City ditempuh kurang lebih empat jam perjalanan.

Sampai di Lotus Village sudah mendekati jam makan siang. Mereka beristirahat sebentar di kamar masing masing sebelum akhirnya makan siang bersama di teras rumah yang sangat sejuk dan asri karena disekitar teras tumbuh beraneka macam bunga yang cantik cantik. Kebanyakan yang tumbuh adalah bunga mawar, bunga iris, bunga lily dan beberapa bunga tulip.

Lotus Village memiliki dua puluh kamar. Jadi baik Sandra, Ivanka, Casey maupun Philip menempati kamar sendiri sendiri. Fasilitas di kamar mereka seperti di hotel bintang lima, ada Jacuzzi segala.

Selesai makan siang, Casey dan Ivanka memutuskan beristirahat di kamar masing masing. Bianca langsung menidurkan Princess Sabrina untuk tidur siang. Prince Larry sedang berada di ruang santai, menerima telepon entah dari siapa. Philip entah dimana Sandra tak perduli.

Mereka semua akan berkumpul lagi di ruang santai nanti sore pada saat minum teh. Mereka akan ngobrol dan saling bertukar cerita.

Sementara saat ini semua orang beristirahat, Sandra memutuskan untuk duduk duduk dibangku taman seperti ini. Mendengarkan gemericik air, kicauan suara burung dan desiran angin yang datang menerpa.

“Kau tidak istirahat saja seperti Casey dan Ivanka?” suara Philip tiba tiba terdengar di samping Sandra, membuat Sandra kesal.

“Kenapa sih kau iseng menggangguku? Tidak ada tempat lain apa di sini yang bisa kau datangi?”

“Tidak, di sini paling nyaman.” Philip tertawa. “Terima kasih sudah mengajakku ke sini ya Sandra. Ini pengalaman luar biasa untukku. Tidak setiap hari rakyat jelata seperti aku bisa bergaul dengan Putera Mahkota dan keluarganya.”

“Kau harusnya mengucapkan terima kasih pada Bianca, karena Bianca mengijinkan kau ikut.”

“Sudah, aku sudah berterima kasih pada Bianca. Tapi aku tetap ingin berterima kasih padamu karena kalau kau tidak membujuknya belum tentu Bianca mengijinkan.”

“Baiklah.” Ujar Sandra sambil tersenyum. Tapi senyum Sandra hilang ketika dari kejauhan ia melihat sebuah limousine masuk melewati pintu gerbang utama, lalu memutari taman yang luas yang ada di Lotus Village menuju rumah utama.

Philip ikut memperhatikan mobil itu. “Siapa yang datang?” tanyanya pada Sandra.

“Mana aku tahu, memang aku paranormal bisa menebak siapa yang datang.”

“Maksudku, apa Bianca masih mengundang teman lainnya selain kita?”

“Mungkin, ini kan rumah peristirahatannya, suka suka dia dong mengundang siapa saja.”

“Kau benar. Tapi tadinya aku sudah senang kalau hanya kita saja di sini. Maksudku aku merasa liburan kita sangat special, sangat privacy. Aku liburan dengan orang orang yang aku kenal yang biasa aku temui sehari hari. Jadi kalau ada orang asing rasanya aneh.”

Sandra memperhatikan limousine yang kini berhenti di depan rumah utama yang jaraknya tidak jauh dari tempat ia duduk. Prince Larry nampak berada di teras rumah untuk menyambut tamunya. Tamunya ternyata seorang laki laki dan seorang perempuan. Mereka langsung berjabat tangan dengan Prince Larry setelah keluar dari mobil.

“Ya, Tuhan,” gumam Sandra, “kenapa dia sih? Kenapa dia harus ada disini diakhir pekanku yang asik ini.”

“Siapa?” Philip turut memperhatikan. “Bukankah dia governor Hall of City? Mr. Maxmillian?”

“Ya, dia sahabat Prince Larry.”

“Dan wanita itu pacarnya?”

“Ya, iyalah, masa gurunya. Mau belajar apa coba Mr. Maxmillian di sini.”

Philip langsung tertawa, “kau lucu sekali Sandra, Ya Tuhan, kau lucu sekali.”

“Mereka berhasil menghancurkan liburan akhir pekanku yang menyenangkan ini. Huh benar benar menyebalkan.”

“Menghancurkan?” Philip heran. “Seperti kita, mereka tamu di rumah peristirahatan ini. Bianca mungkin memang mengundang mereka, kenapa kau bilang mereka menghancurkan akhir pekanmu?”

Sandra diam, ia malas berkomentar apa apa. Kehadiran Lord Egar dengan pacarnya membuat ia tak bersemangat lagi.

“Tu.. tunggu dulu, apa kau menyukainya Sandra? Kau menyukai Mr. Maxmillian?”

“Semua wanita menyukai Mr. Maxmillian, dia pria yang oke.”

“Dia kaya raya. Dia pria kaya raya. Semua wanita suka pria kaya raya.” Komentar Philip.

“Ya, terserah kau sajalah mau bilang apa. Aku suka padanya bukan karena dia kaya raya.”

“Tuh kan, aku benar, kau suka padanya.”

Sandra tersadar, kalau Philip sampai buka mulut pada semua orang bisa berbahaya. Mau ditaruh dimana mukanya kalau Lord Egar tahu ia menyukainya?

“Philip, begini, bisakah kau tidak menceritakan tentang apa yang kau ketahui saat ini pada orang orang lainnya?”

“Tentang bahwa kau tergila gila pada Mr. Maxmillian? Oke, lanjut.”

“Aku tidak tergila gila. Aku hanya… ah sudahlah, percuma ngomong denganmu. Pokoknya jangan bilang apapun tentang hal ini pada siapapun ok?”

“Ok. Atau…?”

“Atau apa?”

“Pasti ada ancaman dibalik permintaanmu itu Sandra. Justru aku yang bertanya atau apa?”

“Ya, kau benar, atau nanti aku bilang pada Bianca untuk mengirimmu pulang saat ini juga ke Hall of City karena kau sudah menggangguku, bagaimana?”

“Aku anak manis, aku tidak mengganggumu.”

“Hah, anak manis dilihat dari Planet Mars.”

Philip tertawa lagi.

Sandra sedang memperhatikan Philip ketika teleponnya bunyi.

“Hallo,” sahut Sandra saat tahu Bianca yang meneleponnya.

“Ada Egar baru datang, kau tidak ingin bertemu dengannya?” tanya Bianca.

“Nanti saja, aku sedang menikmati keindahan taman di sini.”

“Ya, aku melihatnya dari jendela kamarku,” Bianca tertawa.

“Princess Sabrina sudah tidur?”

“Sudah, dia tidur dengan pulasnya.”

“Bianca, kenapa tiba tiba Mr. Maxmillian datang juga ke sini? Apa kau mengundangnya juga? Sebenarnya itu hakmu tapi..”

“Tidak, aku tidak mengundangnya, suamiku juga tidak. Hanya saja tadi Egar menelepon suamiku, bertanya apakah malam ini ada di Crown Palace atau tidak karena Lord Andreas mengajak ia dan suamiku bertemu. Suamiku bilang ia sedang berada di Lotus Village bersamaku dan kalian. Lalu Egar bertanya apa ia boleh bergabung, ya suamiku bilang boleh.”

“Iya sih, masa bilang tidak boleh, mereka kan bersahabat,” komentar Sandra. “Apa Lord Andreas akan datang juga ke sini?”

“Tidak, mereka akhirnya akan bertemu besok malam di Crown Palace.”

“Ooh.” Sandra terdiam sejenak. “Aku akan menyapa Mr.Maxmillian nanti. Sekarang aku mau foto foto dulu. Di sini asik sekali. Terima kasih sudah mengajakku kesini Bianca, aku mencintaimu.”

“Sama sama Sandra, aku juga mencintaimu, sampai bertemu nanti ya.”

“Oke. Bye.”

Bye.”


Setelah selesai ngobrol dengan Bianca, Sandra kembali memejamkan matanya. Ia ingin menikmati suara alam yang tadi dinikmatinya sebelum Philip mengganggunya.

“Buka matamu, ayo kita jalan jalan dan foto foto.” Suara Philip terdengar lagi.

Sandra membuka matanya.

“Ayo, mumpung kita di sini, kita puas puasin melihat keindahan pemandangan alam di sini. Kita foto foto sepuasnya.” Ujar Philip lagi sambil berdiri dan mengulurkan tangannya pada Sandra.

Sandra menerima uluran tangan Philip sambil tersenyum, “kau benar, kapan lagi kita punya kesempatan langka seperti ini. Ayo.”

Sandra dan Philip akhirnya jalan jalan ke belakang halaman rumah utama. Disana ada kebun sayuran dan buah buahan yang ditanam dalam sebuah green house yang cukup besar. Mereka masuk ke Green house itu karena pintunya tidak dikunci. Beberapa tukang kebun nampak sedang sibuk menyiram tanaman. Sandra menghampiri sekumpulan pohon tomat cherri yaitu tomat yang kecil kecil dan memetiki beberapa buah tomat yang sudah merah.

“Untuk apa kau petiki tomat itu Sandra?” tanya Philip heran, “mau kau makan?”

“Tidak, suka aja memetiknya, gemes gitu, lagian sudah merah juga, jadi kupetik.”

“Kalau tidak kaumakan untuk apa dipetik Sandra, haduh, kau ini merusak tanaman orang saja.”

“Tapi sudah merah Philip. Tomatnya sudah merah.”

“Sudah, kita ke tempat lain saja yang tidak ada buah atau apapun untuk dipetik,” Philip menarik tangan Sandra lagi keluar dari green house.

Tapi ketika mereka melewati sekumplan bunga iris, Sandra kembali memetiki bunga itu.

Kali ini Philip membiarkannya. Ia akhirnya selfie dengan latar belakang pohon beech.

Tempat berikutnya yang mereka kunjungi adalah istal. Walau tidak sebesar di Cape Field, tapi kuda kuda di Lotus Village ini juga lumayan bagus bagus. Sandra pernah berkunjung ke Cape Field  dan latihan berkuda disana.

“Kau bisa naik kuda?” tanya Philip.

“Lumayan walau tidak terlalu lancar.”

“Ayo, naiklah ke salah satu kuda itu, aku ingin melihatmu.”

“Tidak ah, aku tidak memakai pakaian berkuda, lagipula aku takut kudanya kenapa kenapa, mana kuda mahal lagi.”

“Ya, kau benar.” Philip setuju. “Kalau begitu kita foto foto saja di sini bersama kuda kuda itu.”

“Oke, kalau itu aku mau.” Sandra berteriak senang.

~ ~

Jamuan minum teh diadakan tepat pukul 4 sore. Semua tamu yang hadir di rumah peristirahatan Lotus Village duduk santai di ruang santai.

Sofa sofa bermotif bunga yang mewah dan elegan nampak berada di sekeliling ruang santai. Di tengah tengah ruangan ditata meja meja kaca yang cukup besar.

Di pinggir ruangan, di dekat pintu menuju teras, meja meja kaca lainnya disusun di sana, di atas meja kaca itu dihidangkan aneka minuman dan makanan kecil.

Beberapa jenis minuman ada di sana seperti ; earl grey, green tea & mint, jasmine green tea, pure peppermint, pure chamomile, mango & orange juice, lemon ginger, peach tea, blackcurrant tea dan susu.

Untuk makanan kecilnya ada sandwich, cheese cake, muffin, mini tart, cheese potato puffs, roti lapis, scone hangat dan pastries (aneka roti kering).

Bianca duduk disamping suaminya, Prince Larry terus terusan memeluk Bianca membuat siapapun yang memandangnya jadi iri. Princess Sabrina saat ini tidak digendong ibunya atau ayahnya, ia sedang diasuh oleh babysitternya sehingga Bianca bisa leluasa berbincang bincang dengan teman temannya.

 Di hadapan Bianca duduk Sandra dan Philip, diantara Sandra - Philip dan Bianca – Prince Larry, duduk berhadap hadapan Casey dan Ivanka serta Lord Egar dengan pacarnya, yang akhirnya Sandra ketahui, - setelah tadi berkenalan tadi,- namanya Faye.

“Sassy titip salam untukmu Bianca,” ujar Ivanka sambil tersenyum. “Ia tak bisa ikut karena harus menghadiri acara pameran pernikahan.”

“Iya, tidak apa apa. Aku harap aku bisa datang ke pernikahannya nanti.”

“Luke juga tak bisa ikut karena seperti biasa, ada pekerjaan.” Kali ini Casey yang berkomentar.

“Iya, Luke juga sudah meneleponku. Kliennya sekarang tambah banyak ya Case?”

“Lumayan banyak. Ia hampir tidak pernah ada di studio. Selalu keluar. Ia di studio kalau harus mencetak foto atau mengedit foto.”

“Kau betah kerja di tempatnya?”

“Ya, lumayanlah, jadwal kerjanya tidak seketat tempat kita kerja dulu. Lagipula Luke orangnya asik banget, tidak banyak tuntutan.” Casey tertawa.

“Syukurlah, aku senang mendengarnya.”

“Aku pernah membaca di majalah olahraga kalau Anda cukup handal sebagai pembalap mobil sport Yang Mulia,” kali ini Philip yang ngobrol dengan Prince Larry. “Anda terlihat profesional.”

Prince Larry tertawa, “tapi itu hanya sekedar hobi. Ya kadang untuk melepas kepenatan juga setelah menjalankan banyak aktifitas.”

“Ya,” Philip mengangguk setuju, “aktifitas olahraga seperti itu bisa memacu adrenalin kita.”

“Kau suka balapan juga Mr. Raven?”

“Tidak, bukan balapan, hanya kadang sesekali bersama teman teman mengendarai olahraga off-road gitu, ada arena tertentu untuk aktifitas mobil offroad.”

“O, ya, dimana itu?”

“Di The Villages, di sana banyak pegunungan, diantara pegunungan itu ada  beberapa lembah yang cukup sulit medannya, kami biasanya suka ke sana.”

“Wow, menarik sekali.”

“Ya, cukup menarik dan menyenangkan.”

Sementara semua orang ngobrol, Lord Egar terus terusan memperhatikan Sandra. Sandra terus terusan makan. Yang Lord Egar perhatikan, kue favorit Sandra adalah cheese cake.

Alasan Lord Egar datang ke Lotus Village adalah karena Sandra. Saat tahu dari Prince Larry bahwa Sandra ada di Lotus Village bersama Bianca dan Princess Sabrina, Lord Egar langsung minta ijin pada sahabatnya itu untuk bergabung dengan mereka. Ia sudah kangen pada Sandra.

Ia tadi sempat merasa cemburu ketika melihat Sandra jalan jalan dengan teman prianya yang bernama Philip Raven. Bianca tadi yang memperkenalkan Mr. Raven padanya.

Walau Lord Egar merasa yakin Sandra tidak ada hubungan apa apa dengan Mr. Raven, tapi melihat mereka seperti itu tetap saja membuatnya cemburu. Dari semua wanita yang pernah dekat dengannya, hanya Sandra yang mampu membuatnya cemburu seperti sekarang.

Lord Egar ingin selalu berada di dekat Sandra, melihat Sandra terus dan terus, tapi  hanya sebatas itu. Ia tak pernah punya keberanian untuk punya hubungan tertentu dengan Sandra. Karena ia takut hubungan mereka tidak akan berhasil seperti hubungan hubungan ia sebelumnya dengan para wanita lainnya. Kalau hubungannya dengan Sandra tidak berhasil, dia nanti akan benar benar kehilangan Sandra dan itu adalah salah satu hal yang paling ditakutinya.

Darling, Bianca bertanya padamu,” Faye tiba tiba memegang tangan Lord Egar membuat Lord Egar terkejut.

“A.. apa?” tanya Lord Egar, “kau bertanya apa Bianca?”

Bianca tertawa, “aku tadi bertanya dimana kau bertemu gadis cantik ini? Aku sangat menyukai senyumnya. Kalau dia tersenyum, kedua lesung pipit di pipinya kelihatan.”

“Terimakasih,” jawab Faye langsung.

“Kenapa kau tidak memberitahu Bianca dimana kita bertemu.” Lord Egar berkata pada Faye.

“Dia bertanya padamu, bukan padaku.”

“Jangan jangan kau lupa kalian bertemu dimana,” Prince Larry tertawa. “Itu kebiasaanmu kan?”

“Enak saja.”

“Jadi dimana kalian bertemu?”

Lord Egar berusaha mengingat ingat. Pikirannya benar benar kosong karena hanya ada Sandra yang ada dipikirannya.

“Tuh kan lupa.” Prince Larry tertawa lagi.

“Aku tak percaya ini, “ Faye cemberut, “kau benar benar lupa?”

“Perlukah kita membahas ini sekarang?” Lord Egar akhirnya berkelit. “Aku ingin blackcurrent tea.” Lord Egar akhirnya bangkit dari tempat duduknya, “kau ingin kuambilkan apa dear?” tanyanya pada Faye.

“Apa saja Sayang, aku akan meminum apapun yang kau ambilkan untukku.” Jawab Faye sambil tersenyum.

Ambilkan dia racun Mr. Maxmillian, dia pasti akan meminumnya juga. Seru Sandra dalam hati. Walau Sandra tidak memperhatikan mereka, tapi Sandra mendengarkan percakapan mereka.

Sandra akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Lord Egar yang sedang menyeduh blackcurrent tea.

“Mau kubantu?” tanya Sandra sambil berdiri di hadapan Lord Egar.

Lord Egar terkejut menatapnya, “tidak, terimakasih.” Ujarnya langsung.

“Anda harus mencoba cheese cake ini, ini enak sekali.” Sandra mengambil satu potong cheese cake dengan tisu dan menyodorkannya ke mulut Lord Egar.

“Aku tidak ma..” Lord Egar tidak bisa meneruskan kata katanya karena Sandra sudah memasukkan cheese cake itu kemulutnya. Lord Egar mengunyah cheese cake yang disuapkan Sandra padanya sambil memandang wajah Sandra. Jarak diantara wajah mereka dekat sekali.

Ternyata matanya berwarna biru hazel.  Ujar Lord Egar dalam hati.

“Dia sudah punya pacar, kenapa juga kau nyuapin pacar orang kue,” Philip tiba tiba berdiri di samping Sandra dan menarik tangannya, “ayo, lebih baik kau suapi aku.”

“Enak kan kuenya Mr. Maxmillian?” Sandra masih ngotot bertanya.

“Memang penting jawabannya apa?” Philip masih menarik tangan Sandra.

Lord Egar tidak bisa menjawab karena masih mengunyah kue yang disuapkan Sandra padanya.

“Aku jadi ingin mencicipinya,” Ivanka bangun dari duduknya dan mengambil piring kecil.

“Aku juga,” Casey ikut bangun dan mengambil piring kecil seperti Ivanka.

~ ~


Minggu pagi yang cerah ini, semua orang sibuk berolahraga pagi. Sambil menunggu sarapan disiapkan mereka asik dengan kegiatan sendiri sendiri.

Casey dan Ivanka memilih jalan jalan melihat lihat pemandangan di sekitar rumah peristirahatan Lotus Village karena kemarin mereka belum sempat melakukannya. Mereka jalan jalan sambil foto foto.

Prince Larry dan Lord Egar berkuda seperti kebiasaan mereka kalau mereka sedang berada di rumah peristirahatan mereka.

Philip memilih berenang di kolam renang yang cukup luas yang terletak di dekat serambi rumah.

Faye berjemur sinar matahari di pinggir kolam renang dengan menggunakan bikini. Ia hanya berjemur dan tidak berenang.

Sementara Sandra dan Bianca duduk di teras rumah sambil mengasuh Princess Sabrina.

“Aku memperhatikan Sandra, matamu tak bisa berbohong.” Ujar Bianca.

“Memperhatikan apa?” Sandra menggendong Princess Sabrina sambil mengayun ayun tubuhnya. Walau sudah berat, tapi Sandra selalu suka menggendong Princess Sabrina.

“Bahwa kau menyukai Egar.”

Sandra terkejut, “memang kelihatan ya?”

“Sebenarnya tidak terlalu, tapi karena aku peka saja jadi aku tahu.”

“Yah, begitulah. Aku tidak tahu harus bilang apa, perasaan itu muncul begitu saja.”

“Jangan berharap terlalu banyak padanya, Sandra.”

“Tidak, aku tidak berharap apa apa, kau jangan khawatir. Aku bisa membatasi diri. Apalagi sekarang ada nona cantik yang sedang berjemur sinar matahari di pinggir kolam renang itu.”

“Aku tidak melihat chemistry yang baik antara nona cantik yang sedang berjemur itu dengan Lord Egar.”

“Masa sih, Bianca, serius?”
  
“Iya.” Ujar Bianca, “sepertinya, Lord Egar berpacaran dengannya karena status saja, karena ia terbiasa bersama wanita, ia harus punya seseorang untuk menemaninya kemana kemana. Ia seorang pejabat. Banyak acara acara yang harus dihadirinya dan ia tak mungkin hadir sendiri.”

“Kenapa dia tidak menikah saja sih?” tanya Sandra heran, “hanya dia satu satunya governor yang belum menikah.”

“Itu dia permasalahannya. Ia takut pada komitmen pernikahan.”

“Takut?” Sandra heran.

“Ya, takut. Karena itu pula hubungannya tak pernah berhasil. Selalu putus ditengah jalan dengan berbagai macam alasan.”

“Kau tahu kira kira apa sebabnya Bianca?”

Bianca menggeleng, “tapi suamiku menduga karena keluarganya broken home. Ayah ibunya bercerai ketika ia masih kecil. Ayahnya menikah lagi tapi tidak punya anak dari isteri barunya. Egar anak dia satu satunya.”

“Lalu ibunya?”

“Tidak ada yang tahu ibunya dimana sekarang.”

“Tidak ada yang tahu?” Sandra kaget, “itu tidak mungkin. Ia pasti mendapat kabar atau apa.”

“Tidak, ia tak pernah mendapat kabar apa apa. Sejak pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya. Ibunya tidak pernah bertemu lagi dengannya.”

“Ya Tuhan, berarti sudah puluhan tahun ia tak bertemu ibunya?” Sandra kaget.

“Ya.”

Sandra terdiam. Entah kenapa tiba tiba ia merasa sangat sedih. Ia bisa merasakan penderitaan yang dirasakan Lord Egar karena harus berpisah dengan ibunya sejak ia kecil.

“Apakah Mr. Maxmillian tidak mencari ibunya?” tanya Sandra penasaran.

“Tidak, tidak pernah dan tidak mau. Menurut pendapatnya seperti yang pernah ia bilang pada suamiku, ibunya akan datang padanya kalau benar benar mencintainya. Tapi karena ia tak pernah datang atau menemuinya jadi ia berkesimpulan bahwa ibunya tak pernah mencintainya.”

“Itu tidak mungkin, tidak ada ibu yang tidak mencintai anaknya.”

“Kurasa juga begitu.” Bianca setuju.

Obrolan mereka terhenti ketika Heidy, salah satu koki di Lotus Village datang menghampiri Bianca.

“Sarapan sudah siap Yang Mulia.” Ujarnya sopan.

“Baik Heidy, terima kasih. Dan tolong bilang pada Antonio untuk memanggil suamiku dan yang lainnya untuk sarapan.”

“Baik Yang Mulia.”

“Aku akan menelepon Casey atau Ivanka. Mereka entah ada dimana dari tadi tidak kelihatan.” Sandra menyerahkan Princess Sabrina pada Bianca dan langsung menelepon Ivanka setelah Princess Sabrina berada dalam dekapan ibunya lagi.

Setelah selesai menelepon Ivanka, Sandra lalu berjalan ke arah kolam renang untuk memanggil Philip.

Philip sudah mendengar panggilannya tapi tetap asik berenang.

Sandra akhirnya berdiri di pinggir kolam memperhatikan Philip berenang.

“Ayolah Philip, sudah berenangnya. Kau masih harus mandi dan berganti baju, tidak enak kalau nanti orang orang menunggumu.” Teriak Sandra.

“Sebentar lagi.”

Sandra baru mau berbicara lagi ketika dilihatnya Lord Egar datang ke arah kolam renang. Ia datang sendiri dan tidak bersama Prince Larry.

Ya Tuhan, aku ingin memeluknya, aku ingin memeluknya, Sandra menatap Lord Egar dengan perasaan sedih. Ia masih sedih mendengar dari Bianca bahwa ibu Lord Egar meninggalkannya saat ia kecil.

Ada apa?” Philip tiba tiba sudah berdiri di samping Sandra.

“Aku ingin memeluknya,” bisik Sandra.

“Siapa? Aku?” Philip tertawa.

“Aku ingin memeluk Mr. Maxmillian.”

“Ya, tentu saja. Terus saja bermimpi. Sini peluk aku saja.” Philip tiba tiba memeluk Sandra.

“Philip apa yang kau lakukan?” Sandra terkejut dengan apa yang dilakukan Philip. Lord Egar yang sedang berjalan ke arah mereka juga nampak terkejut dengan apa yang dilakukan Philip.

“Aku cuma mewakili dirinya. Anggap saja aku dia. Sudah, sekarang kau sudah memeluknya, jangan banyak kemauan lagi.”

“Kau gila!” teriak Sandra kesal. “Bajuku jadi basah.”

“Tapi tampan kan?” Philip kembali tertawa, “ayo, kau juga harus ganti baju.” Philip lalu menarik tangan Sandra ke dalam rumah.


~


Sarapan yang dihidangkan di Lotus Village pagi ini sangat menggugah selera. Hampir semua menu sarapan disediakan. Ada telur orak arik, omelette telur, telur rebus dan telur mata sapi. Lalu roti panggang, roti dengan olesan mentega dan selai, pancake dengan sirup maple, croissant, baked beans (kacang putih yang dimasak dengan saus tomat), tomat goreng, sereal dengan susu dan sandwich. Untuk minumannya ada teh, kopi, jus, susu cokelat panas, latte, dan susu kedelai.

Tapi walau makanan untuk sarapan lezat lezat, Lord Egar tidak berselera makan sama sekali. Ia hanya minum kopi saja. Ia sedang bad mood. Melihat Sandra dan Mr. Raven berpelukan tadi membuatnya kehilangan selera makan.

Pada mulanya ia menduga hubungan Sandra dan Mr. Raven hanya teman biasa, tapi ternyata banyak kemesraan yang terjadi diantara mereka yang dilihatnya. Seharusnya Lord Egar tidak terganggu dengan hal itu dan menganggap semuanya wajar seolah olah tidak terjadi apa apa, tapi ternyata hal itu benar benar mengganggunya. Dan ia merasa ia tak akan sanggup lagi melihat kemesraan mereka lebih lama lagi.

“Terima kasih sudah menerima kami berakhir pekan bersama kalian di sini,” ujar Lord Egar pada Prince Larry dan Bianca, “tapi setelah sarapan aku dan Faye akan kembali ke Hall of City.”

“Kau pergi setelah sarapan?” Prince Larry heran, “tidak setelah makan siang nanti bersama kita semua?”

“Tidak.”

“Baiklah, sama sama Egar, kapan kapan aku yang main ke rumah peristirahatanmu,” Prince Larry tertawa, “hati hati di jalan.”

“Oke.” Lord Egar tersenyum pada sahabatnya. “Sampai bertemu di Crown Palace nanti malam. Aku akan menelepon Andreas lagi untuk mengingatkan.”

“Ya, sampai bertemu.”

“Apa ada acara lain yang harus kita hadiri siang ini di Hall of City Darling?” tanya Faye pada Lord Egar. Faye memilih baked beans yang dicampur telur orak arik dan jus mangga sebagai menu sarapannya.

“Ya, ada.”

“Apa?”

“Nanti kuberitahu di mobil.”

“Aku belum packing,” keluh Faye.

“Tidak masalah, nanti kutunggu.”

Sandra mengunyah croissantnya dengan kesal. Ia hampir tak punya waktu ngobrol dengan Lord Egar, dan sekarang Lord Egar mau pergi? Hebat sekali. Keluhnya dalam hati.

Kalau saja tidak ada Faye diantara mereka, Sandra pasti sudah menghampiri Lord Egar sejak ia datang kemarin dan mereka bisa ngobrol atau jalan jalan bareng menikmati pemandangan yang indah di sekitar rumah peristirahatan. Sayangnya ada Faye di antara mereka, dan Sandra berusaha untuk tidak mencari masalah dengan Faye. Ia menghormati Faye. Untuk itulah ia bersikap acuh pada Lord Egar. Sandra tak begitu memperdulikan kehadiran Lord Egar di Lotus Village.

Sandra rindu dengan kebersamaan mereka seperti saat mereka di Big Metropol beberapa waktu yang lalu.

“Setelah ini kita mau apa?” Suara Casey memecah keheningan di antara mereka.

“Bagaimana kalau berkuda?” saran Bianca.

“Aku tidak bisa berkuda,” keluh Casey.

“Tidak apa apa, nanti belajar, ada instruktur yang bisa melatih kok.”

“Baiklah.” Seru Casey gembira. “Ivanka kau bisa berkuda?” tanya Casey pada Ivanka.

“Tidak juga.” Ivanka tertawa, “tapi aku akan belajar.”

“Kau ikut ya Sandra?” Bianca bertanya ke arah Sandra. Bianca maklum kenapa wajah Sandra tiba tiba jadi tidak bersemangat seperti itu. Lord Egar pergi dari Lotus Village lebih cepat dari yang mereka duga.

“Baiklah.” Ujar Sandra malas. “Berkuda baik untuk kesehatan. Apalagi dibawah sinar matahari yang hangat seperti ini.”

“Kau betul.” Bianca tertawa. “Nanti aku akan meminta pelayanku menyiapkan baju berkuda untuk kita semua.”

“Memang banyak ya baju berkudanya?” Casey kagum.

“Ya, untuk berjaga jaga kalau ada tamu, baju berkuda disiapkan untuk para tamu.”

“Asiik.” Casey langsung bersemangat.

~

Sandra yang baru selesai mengenakan baju berkudanya, berlari ke arah Lord Egar ketika dilihatnya Lord Egar baru mau naik limousinenya.

“Mr. Maxmillian, tunggu!” seru Sandra.

Lord Egar berpaling pada Sandra dengan heran. Ia tak jadi masuk ke mobilnya.

Ada apa Sandra?”

“Ini untukmu,” Sandra tersenyum sambil menyerahkan sebutir apel merah besar pada Lord Egar. “Tadi aku lihat Anda tidak makan apa apa, hanya minum kopi saja, jadi sebutir apel ini bisa membantumu bertahan agar tidak terlalu lapar.”

“Begitu?”

“Ya. Karena banyak kandungan dalam sebutir apel. Diantaranya mengandung vitamin, mineral, serat dan Flavonoid.

Flavonoid?”

“Iya, flavonoid adalah zat yang mampu menurunkan resiko terkena kanker paru paru hingga 50%. Menurut penelitian loh. Jadi dengan kata lain apel sangat baik untuk kesehatan.”

Lord Egar hanya memandangi apel ditangan Sandra tanpa mengambilnya.

“Anda tidak mau? Baiklah, akan kuberikan pada Philip.”

“Aku mau.” Lord Egar langsung mengambil apel dari tangan Sandra dan langsung memakannya. “Lihat, sudah kumakan.” Ujarnya sambil mengunyah.

Sandra tersenyum, “bagus, aku suka melihatnya. Ngomong ngomong Anda tidak mau berkuda denganku dulu?”

“Berkuda?”

“Ya. Berkuda, kita bisa melihat lihat pemandangan indah di sekitar sini sambil berkuda bersama dan…”

“Tidak, terima kasih Sandra, mungkin lain waktu.” Lord Egar tidak yakin mengatakan itu karena ia ingin sekali berkuda bareng Sandra.

“Baiklah kalau begitu, hati hati di jalan dan sampai bertemu lagi.” Sandra tiba tiba mencium pipi Lord Egar, lalu melambaikan tangan sambil tersenyum, “jangan lupa habiskan apelnya ya.” seru Sandra lagi sambil berlalu.

Lord Egar melihat kepergian Sandra dengan kaget. Ia tiba tiba merasa bersalah sudah mengajak Faye datang bersamanya. Ia ingin menjaga jarak dengan Sandra. Tapi ia malah tersiksa dengan batasan yang ia buat. Sejak awal ia sudah bilang pada Faye bahwa hubungannya dengan Faye tidak serius, tidak mengarah pada apapun juga. Tapi ia membutuhkan diri Faye untuk mendampinginya kalau ia merasa perlu untuk didampingi, dan Faye memaklumi hal itu. Bagi Faye hal itu tidak menjadi masalah karena selama berhubungan dengan Lord Egar semua kemudahan ia dapatkan. Orang orang pun sangat menghormati dirinya dan tidak berani bertindak macam macam pada dirinya.

“Kau gila, apa yang kau lakukan?” Philip langsung menjejeri langkah Sandra begitu Sandra berjalan ke arah belakang rumah, dimana istal terletak. “Kau mencium pria saat ada pacar pria itu menunggunya di dalam mobil?”

“Aku tak perduli,” sahut Sandra. “Aku tidak berhasil memeluknya, paling tidak aku berhasil mencium pipinya.” Sandra tertawa senang.

Philip hanya geleng geleng kepala mendengar komentar Sandra.

Sampai di istal, Casey dan Ivanka sudah menunggu mereka. Prince Larry dan Bianca belum datang.

Disamping Casey dan Ivanka ada seorang pria yang sepertinya akan mengajari mereka berkuda.

“Baik, sambil menunggu Yang Mulia datang, ada baiknya aku memberitahu pada kalian yang baru mau belajar naik kuda untuk memperhatikan hal hal berikut.” Ujar pria itu ketika Sandra dan Philip sudah bergabung dengan Casey dan Ivanka, “pertama, sebelum berkuda sangat dianjurkan untuk melakukan pemanasan agar otot tubuh kita kuat dan lentur karena beberapa gangguan otot biasanya akan terjadi kalau kita tidak melakukan pemanasan seperti misalnya, kram betis, kram di pangkal paha, kram di perut, dan sakit pada bagian pinggang. Karena saat kita naik kuda, otot otot tubuh kita otomatis bergerak terutama otot perut dan pinggang.”

“Cara pemanasannya bagaimana?” tanya Philip.

“Umumnya sih seperti senam kecil saja, peregangan tangan, kaki, atau bisa berlari lari kecil. Pokoknya asal tubuh kita sudah lentur saja dan tidak kaku.”

“Baik teman teman, habis ini kita senam bersama, aku instruktur senamnya,” ujar Philip lagi yang langsung disoraki oleh Casey dan Ivanka yang tidak setuju Philip jadi instruktur senam mereka.

“Hal berikutnya yang juga harus diperhatikan adalah mengenal kuda yang akan kita tunggangi, kuda kuda di sini adalah kuda tunggang biasa, rata rata semuanya sudah terlatih. Sebagai tanda perkenalan sebelum kita naik kuda,  kita usap pipi atau leher kudanya. Kalau kuda itu punya nama, kita bisikkan namanya di telinganya. Nanti, kalau kita sudah duduk di pelana kuda, kita hentakkan kedua kaki kita pada perut kuda, kuda akan bergerak maju pada kecepatan rendah, dan bila kita merapatkan kedua kaki pada tubuh kuda, maka kuda akan berlari dalam kecepatan normal.”  Sang instruktur menghentikan keterangannya ketika melihat Bianca dan Prince Larry datang. “Yang mulia Prince Larry dan isterinya sudah datang, lebih baik nanti kita semua pemanasan dulu, nanti langkah langkah berikutnya kita terapkan sambil berkuda.”

~ ~

Sandra hampir lupa rasa sedihnya saat ia sudah bisa keliling lapangan yang luas untuk berkuda. Ivanka dan Casey tertawa tawa di atas kuda mereka karena mereka juga sudah mulai mengetahui cara berkuda yang baik walau masih dalam tahap dasar. Philip masih lebih unggul dibanding Casey dan Ivanka dalam menunggang kuda. Ia tak terlalu takut menunggang kuda seperti Casey dan Ivanka walaupun itu merupakan pengalaman naik kuda pertamanya.

Jika Casey, Ivanka dan Philip berkuda dalam kecepatan lambat, Bianca dan Sandra berkuda dalam kecepatan sedang.  Sementara kuda Prince Larry melaju paling cepat di antara mereka karena hanya ia yang paling lihai berkuda diantara mereka.

Sandra tersenyum senang mereka bisa berkuda bersama seperti itu. Mereka, sahabat sahabatnya, sudah seperti keluarga baginya.

Selesai berkuda, mereka beristirahat di kamar masing masing sambil packing karena sehabis makan siang, mereka semua akan kembali ke Hall of City.

“Terima kasih banyak sudah mengundang kami ke sini Bianca, dan Yang Mulia Prince Larry,” ujar Casey saat mereka menikmati dessert pada makan siang mereka.

“Sama sama Casey,” Prince Larry tersenyum, “terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berakhir pekan bersama kami.”

“Ini akan jadi kenangan termanisku,” Ivanka tertawa. “Aku banyak sekali mengambil foto. Ketika aku mengupload foto kita bersama saat makan malam semalam di instagramku, fotoku jadi viral. Teman temanku iri padaku, karena kata mereka bagaimana mungkin aku bisa berakhir pekan dengan Putera Mahkota Kerajaan Fillmore Green dan keluarga kecilnya, juga dengan Governor Hall of City yang tampan.”

Semua tertawa mendengar kata kata Ivanka.

“Serius fotomu jadi viral?” tanya Sandra tak percaya. “Aku belum mengupload apapun ke instagramku.”

“Iya, banyak yang suka, banyak komentar juga, aku bahkan belum sempat membalas komentar mereka satu satu.”

“Mudah mudahan kita nanti bisa berakhir pekan seperti ini lagi,” ujar Bianca, “bertemu kalian saat ini sudah mengobati rasa kangenku.”

“Aku juga merindukanmu Bianca,” Casey tersenyum. “Sering malam malam aku duduk di balkon teras bersama Sandra sambil memandangi bintang bintang, lalu Sandra bilang, dulu aku dan Bianca yang sering melakukan ini, sekarang kau menggantikan dirinya. Aku jadi terharu.”

“Jangan ingatkan aku, aku jadi kangen suasana di rumah kontrakanku dulu.” Seru Bianca.

“Rumah itu selalu terbuka untuk Anda Yang Mulia Princess Bianca dan Yang Mulia Prince Larry. Kapanpun Yang Mulia ingin berkunjung akan kami sambut dengan baik.” Ujar Philip ke arah Bianca dan Prince Larry.

“Terima kasih Mr. Raven,” Prince Larry tersenyum.  “Sampai bertemu lagi di kesempatan berikutnya ya.”

“Iya Yang Mulia, sampai bertemu lagi.” Jawab Philip.

“Nanti habis makan siang kita foto bersama dulu, boleh?” tanya Sandra, “kalau Ivanka upload foto saat makan malam, aku akan upload foto ke instagramku saat kita mau pulang.”

“Tentu, tidak masalah, nanti kita foto foto di serambi rumah, di sana view-nya bagus. Ada banyak bunga di sekelilingnya” Ujar Bianca.

“Tentu, itu ide bagus.” Sandra tersenyum senang.

~ ~

  
“Kata Philip, kau menyukai Lord Egar ya?” Casey yang duduk di samping Sandra, di bangku belakang mobil Ivanka melirik ke arah Sandra.

Mereka kini sedang berada dalam perjalanan pulang ke Hall of City. Mobil Prince Larry dan Bianca ada di depan mereka, sementara di depan mobil Bianca dan Prince Larry serta di belakang mobil Ivanka ada beberapa mobil petugas keamanan kerajaan Fillmore Green yang mengiringi. Mobil mereka beriringan menembus jalan raya di salah satu jalan tol di  Lotus Village yang tidak terlalu macet.

Philip mengemudikan mobil Ivanka sementara Ivanka duduk disamping Philip sambil tertidur pulas karena katanya semalam ia kurang tidur. Ia tak terbiasa tidur di tempat asing. Ia hanya bisa tidur nyenyak di tempat biasa ia tidur.

Sandra menatap Philip kesal mendengar kata kata Casey barusan, “dasar pengkhianat, aku sudah bilang tutup mulut.”

“Sekarang ancamanmu tidak berlaku lagi. Kita sudah pulang, jadi tak mungkin Bianca mengusirku pulang ke Hall of City dengan tuduhan mengganggu dirimu.”

“Tidak apa apa kok Sandra, Lord Egar tampan, aku juga menyukainya.. mak.. maksudku, ya suka biasa, siapa sih yang tidak suka Lord Egar. Seluruh gadis di Hall of City menyukai dirinya, bahkan mungkin di seluruh Fillmore Green.”

“Tapi cintaku bertepuk sebelah tangan.”

“Kau ambil saja tangan Lord Egar lalu tepukkan ke tanganmu, jadi tidak bertepuk sebelah tangan lagi,” Philip tertawa terbahak bahak.

“Tidak lucu,” Sandra cemberut.

“Apanya yang tidak lucu, kau kan suka melakukan hal hal yang diluar dugaan, bisa saja apa yang kusarankan barusan kau laksanakan.”

“Melakukan hal hal yang diluar dugaan?” Casey heran. “Misalnya apa?”

“Misalnya, saat sarapan nyuapin Lord Egar cheese cake, lalu saat Lord Egar mau pulang ngasih dia apel merah besar dan hal lainnya adalah mencium pipi Lord Egar. Kan itu perbuatan diluar dugaan padahal jelas jelas ada pacarnya di sana.”

“Jadi, saat kau memilih apel paling besar sesudah sarapan tadi itu untuk Lord Egar?” Casey menatap Sandra tak percaya. “Kukira untuk kau bawa pulang.”

“Astaga Casey, aku masih mampu beli apel tidak harus ngambil apel dari rumah peristirahatan Lotus Village.”

“Ya, barangkali untuk dimakan dimobil dalam perjalanan pulang seperti sekarang.”

“Kau malah memberiku ide. Bagaimana kalau kita jalan jalan sebentar disekitar Lotus Village untuk membeli oleh oleh. Lagipula sekarang masih sore. Kira kira yang khas dari Lotus Village apa ya?”

“Aku pernah browsing oleh oleh yang banyak terdapat di Lotus Village adalah buah  anggur, kiwi, plum, strawberry, blackberry dan cherry. Untuk kacang kacangan almond, walnut, chestnut.”

“Baiklah nanti kita berburu oleh oleh dulu sebelum pulang, aku yang traktir.” Seru Sandra antusias.

“Kau yang traktir melulu.” Komentar Philip. “Uangmu banyak ya?”

“Iya.”

“Wow. Kalau begitu kau juga traktir kami makan malam.” Seru Philip antusias.

“Tidak masalah, kau mau makan dimana?”

“Asiik.. Kalau akhir pekanku begini terus, aku bisa makmur. Makan gratis dari pagi sampai malam hahaha.”

“Ngomong ngomong Sandra, kita tidak harus ke Crown Palace dulu kan? Kita bisa langsung pulang kan?” Casey kelihatan khawatir.

Kan tadi kita sudah pamit Casey, kau bagaimana sih. Ya iyalah kita langsung pulang.”

“Iya sih, tapi…”

“Baiklah, aku pamit lagi pada Bianca, aku mau bilang mobil kita mau memisahkan diri dari iring iringan mobil Prince Larry.”

“Mungkin Bianca tidur dimobilnya, kau mengganggu dia saja.” Casey tidak setuju dengan usul Sandra.

“Baiklah, kalau begitu aku akan mengirim pesan padanya.” Ujar Sandra mengeluarkan handphonenya lalu menulis pesan dan mengirimkannya pada Bianca. Bianca ternyata langsung membalas pesan Sandra.

“Apa katanya?” Casey penasaran.

“Bianca bilang, kita boleh memisahkan diri, dan dia berpesan agar Philip mengendarai mobilnya hati hati.”

“Balas, iya gitu.”

“Iya, ini lagi dibalas.” Sandra mengetik pesan lagi dan mengirimkannya pada Bianca. “Sudah kukirim.” Sandra tersenyum. “Nanti kalau ada restoran atau supermarket atau apa kalau mau berhenti, berhenti saja Phil.”

“Oke,” jawab Philip langsung.

What a wonderful weekend.” Casey tersenyum menatap Sandra.

What a wonderful beautiful weekend.” Sandra balas tersenyum.

~ ~

BAB TUJUH


Senin malam ini Sandra sedang asik mengetik sesuatu di laptopnya. Ia duduk di balkon teras seperti kebiasaannya selama ini. Philip sedang bekerja, ia dapat shift malam. Casey dan Ivanka sedang beristirahat di kamar masing masing.  Setelah pulang kerja tadi, mereka makan malam bersama di ruang makan di lantai bawah. Casey yang memasak makanan untuk mereka. Casey bikin sup krim jagung dicampur sosis, lalu ia juga bikin ayam goreng dengan taburan lada hitam. Untuk melengkapi semuanya ia juga menyajikan irisan baquette (roti tongkat ala Perancis).

Memasak sepulang kerja menjadi kebiasaan Casey sejak dulu, sejak ia tinggal bersama Tantenya.

Tapi berbeda saat dulu, Casey sekarang melakukannya dengan senang hati karena tidak ada yang memintanya memasak. Ia dengan sukarela memasak sendiri. Ia giat memasak ini dan itu karena seluruh bahan makanan selalu tersedia di kulkas. Casey, Ivanka dan Philip nyaris tak pernah berbelanja karena Sandra yang selalu berbelanja keperluan mereka. Walau pergi berbelanjanya dengan Philip atau dengan Casey atau bertiga, tetap Sandra yang membayar.

Sandra bahkan baru memborong apel, anggur dan buah kiwi saat mereka pulang dari Lotus Village kemarin malam.

Sandra kini sedang menyumbangkan sebagian uangnya pada beberapa Yayasan yang ada di Fillmore Green bahkan yang ada di dunia.

Setidaknya sudah ada limabelas Foundation yang Sandra sumbang dengan kisaran jumlah uang yang sama yang cukup besar nilainya.

Yayasan itu antara lain; Yayasan Anak Penderita Kanker, Yayasan Kanker Payudara, Hear the Fillmore Green Foundation, yaitu suatu Yayasan untuk orang orang yang tidak bisa mendengar. Uang yang mereka terima dari para donator digunakan untuk keperluan operasi atau membeli alat dengar untuk mereka yang tidak bisa mendengar, lalu ada Yayasan untuk pusat rehabilitasi akibat drugs, lalu Fillmore Foundation for the Blind, suatu Yayasan untuk membantu mereka yang tidak bisa melihat. Uang yang terkumpul secara berkala digunakan untuk membiayai operasi mata jika ada pendonor mata. Yang menerima donor didata terlebih dahulu, dan mereka harus antri.

Lalu yayasan untuk melindungi spesies yang terancam punah di Fillmore Green beserta habitatnya, lalu Water for World Foundation, suatu Yayasan untuk membuat sumur atau menyediakan air untuk negara negara yang mengalami kekeringan air, lalu ada Feed for Children Foundation, yaitu suatu Yayasan untuk anak anak kelaparan di beberapa dunia, lalu Books for Children of Fillmore Green, yaitu suatu yayasan yang menyumbangkan buku untuk anak anak. Donasi yang diterima dari para donator dibelikan buku oleh yayasan tersebut dan dibagikan gratis untuk anak anak di Fillmore Green agar mereka suka membaca, dan masih banyak lagi.

Sebenarnya yang menyumbang ini semua Lord Egar, bukan aku, Sandra tersenyum, aku hanya menyalurkan uangnya saja.

Sandra mendebit langsung uang yang ia kirimkan pada rekening rekening Yayasan itu dengan melalui internet banking. Tadinya ia ingin mengirim secara manual dengan tidak memakai nama dirinya, tapi ia tak punya waktu untuk melakukan itu, sehingga ia pasrah saja namanya tercantum dalam donasi yang ia berikan. Ia yakin penerima donasinya akan merahasiakan identitasnya.

Sebelum memberikan donasi itu, Sandra sudah investasi terlebih dahulu. Ia sudah membeli dua apartemen di The Metropolis untuk Aaron dan Matthew, dan membeli sebuah condominium  di Hall of City untuk dirinya sendiri. Sandra membeli apartemen dan condominium itu secara dicicil. Tapi down payment yang ia keluarkan cukup besar. Ia lalu menyewakan apartemen dan condominium itu sehingga uang sewanya bisa ia gunakan untuk mencicil ketiga bangunan tersebut.

Ia baru mau memberikan kunci apartemen pada Aaron dan Matthew kalau mereka sudah bekerja nanti. Selama mereka masih tinggal di asrama dan kuliah, Sandra belum mau memberikan mereka apartemen mereka.

Untuk ayah dan ibunya Sandra juga sudah menyisihkan uangnya. Walau hubungan Sandra dan ayahnya sekarang kurang baik karena perselingkuhan ayahnya dulu, sehingga ayahnya dan ibunya bercerai, Sandra tetap menyayanginya dan ingin memberi sesuatu untuk ayahnya nanti.

“Kau sedang apa?” Casey tiba tiba muncul sambil membawa dua cangkir cokelat panas. Ia menyodorkan satu cangkir pada Sandra.

“Astaga Casey, kau mengagetkan saja.” Sandra cepat cepat menutup laptopnya. “Kau belum tidur?”

“Belum, aku belum bisa tidur.” Casey duduk disamping Sandra sambil menyeruput coklat panasnya. “Luke menyesal tidak ikut kita ke Lotus Village kemaren,” Casey menoleh ke arah Sandra.

“Salah sendiri kenapa tidak mau ikut.” Komentar Sandra.

“Dia bilang dia sudah sangat rindu pada Bianca. Tapi ia sudah terikat janji dengan klien.”

“Seharusnya ia menangguhkan janjinya itu.”

“Tidak bisa Sandra, photographer professional tidak bisa seperti itu, nanti kliennya pada kabur gimana?”

“Iya sih, yah mungkin lain kali ia bisa ikut.”

“Aku harap begitu, karena rasanya pasti menyenangkan kalau bisa liburan bareng Luke.” Casey lalu memperhatikan bintang bintang yang berkerlap kerlip di langit Fillmore Green yang sedang tidak mendung.

Sandra memperhatikan Casey, ia tiba tiba tersadar akan sesuatu, “Case, kau menyukai Luke?”

Casey tersenyum sambil mulai menyeruput minumannya lagi. “Yeah, sama sepertimu, cintaku bertepuk sebelah tangan. Luke sudah punya pacar.”

Sandra tertawa, “ini sungguh sungguh tragis.”

“Ya, sangat tragis. Nasib cinta kita buruk sekali.”

“Apa kau mau aku kenalkan pada seseorang?”

“Siapa?” Casey heran.

“Adikku.”

“Aaron?”

“Tidak, bukan Aaron, tapi Matthew. Kau belum bertemu dengannya. Berbeda dengan Aaron yang selalu ada gadis disekelilingnya, Matthew sangat jarang kencan. Aku  mulai khawatir tentang hal ini. Aku tidak melarang Matthew kencan atau apa asal kencannya dia tidak mengganggu belajarnya. Tapi ia malah belajar terus terusan.”

“Mungkin ia akan melakukannya setelah lulus kuliah nanti sehingga tidak ada beban apapun. Setelah lulus kuliah kan tidak harus belajar lagi, tidak harus mengejar nilai yang bagus lagi, tinggal mencari pekerjaan saja.”

“Mungkin,” gumam  Sandra. “Umurmu 25 dan Matthew 23, kalian cuma beda 2 tahun, tak masalah.”

“Tak masalah?” Casey tertawa, “bagimu tak masalah Matthew kencan dengan wanita yang lebih tua dari dirinya?”

“Tidak masalah kalau wanita itu dirimu, aku sangat menyukai dirimu Casey. Ayolah, pergilah bersenang senang, nonton film atau apa, ok? Nanti akan aku minta Matthew menjemputmu ke sini, itu juga kalau dia lagi tidak sibuk.”

“Baiklah,” Casey tersenyum.  “Kedengarannya menarik.”

“Keren,” Sandra tertawa. “Aku akan mengatur kencan untuk kalian berdua.”

Mereka lalu sama sama terdiam sambil memperhatikan bintang, hal yang sering mereka lakukan belakangan ini.

Bunyi handphone Sandra yang cukup kencang tiba tiba memecah keheningan diantara mereka.

Sandra melihat panggilan yang masuk dari siapa, ternyata dari Whitney, ibu tirinya.

“Hallo,” ujar Sandra malas. Segala sesuatu yang berkenaan dengan ibu tirinya selalu membuat Sandra malas.

Ayahmu Sandra, ia terkena serangan jantung.”

“APA?”

~


Sandra berlari di lorong rumah sakit. Ayahnya ditempatkan di sebuah ruang pasien yang terdiri dari tiga pasien dalam satu kamar. Ibu tirinya baru memberitahunya hal itu saat Sandra tadi langsung pergi ke Leefsmall hospital, - tempat ayahnya dirawat  -dengan menggunakan taksi.

Casey tadi ngotot mau ikut, tapi Sandra tidak mau ditemani karena takut aktifitas kerja Casey besok jadi terganggu.

Sandra baru mau masuk ke kamar tempat ayahnya dirawat ketika Whitney keluar dari kamar dan menarik tangan Sandra.

“Ayahmu sedang tidur, aku perlu bicara dulu denganmu.” Ujar Whitney sambil mempersilahkan Sandra duduk di sebuah kursi kayu yang panjang dengan gerakan tangannya. Sandra langsung duduk.

“Kata dokter ayahmu kemungkinan terkena serangan jantung koroner, dokter mendiagnosis itu setelah gejala gejalanya mengarah ke sana. Dada ayahmu sakit, rasa nyerinya menjalar ke lengan, leher dan bahu,  ia juga banyak berkeringat, kepalanya pusing, kakinya mengalami pembengkakan.”

“Lalu? Apa yang sudah dokter lakukan?” tanya Sandra khawatir.

“Dokter sudah memberinya obat, dan sekarang ayahmu sudah tidur. Tadi dia merasa dadanya sangat sakit sehingga ia sampai pingsan.”

“Ya Tuhan.”

“Tapi sekarang sudah ditangani dengan baik.”

“Syukurlah.” Sandra bernafas lega. “Menurutmu apa penyebab ayah jadi seperti ini?”

“Kata dokter tadi kemungkinan karena kegemukan, ada penumpukan lemak di dinding pembuluh darah yang menuju jantung sehingga timbul plak yang menghalangi aliran darah menuju jantung sehingga jantung kekurangan darah yang kaya akan oksigen.”

“Apa pola makan ayah tidak sehat?”

“Aku sudah sering memberinya sayur dan buah, tapi ayahmu tetap saja suka makan makanan yang berkolesterol tinggi saat bekerja.”

“Ayah masih merokok?”

“Masih, ayahmu juga tidak bisa menghentikan kebiasaan merokoknya.”

“Menurut dokter ayah tidak harus menjalani operasi?”

“Saat ini tidak. Penanganannya masih dengan obat. Nanti dilihat beberapa hari kedepan apa kesehatan ayah semakin membaik atau tidak. Kalau melalui obat obatan jantung ayah tidak terasa sakit lagi, tidak perlu menjalani operasi.”

“Baiklah, jadi kapan aku bisa bertemu ayah?”

“Kau bisa masuk sekarang asal jangan mengganggu tidurnya.”

“Oke, aku masuk dulu.”

“Ya.” Ujar Whitney. “Ehm Sandra, aku meneleponmu karena…” Whitney terdiam.

“Karena apa?”

“Karena aku tidak punya asuransi kesehatan. Ayahmu juga tidak punya. Aku sedang tidak ada uang untuk membayar biaya rumah sakit ini, keperluanku sedang banyak dan…”

“Tidak apa apa, nanti aku yang urus pembayarannya.”

“Terima kasih Sandra.”

“Ya.” Sandra akhirnya berjalan ke arah pintu kamar tempat ayahnya dirawat. “Aku masuk dulu.” Ujarnya pada Whitney.

“Silahkan.” Whitney mengangguk.

Sandra duduk di sebuah kursi disamping ayahnya yang sedang tertidur nyenyak. Sandra merasa sangat ngantuk. Di taksi tadi ia tak bisa tidur padahal lamanya perjalanan dari Hall of City ke Leefsmall Hospital tiga jam lebih. Sekarang Sandra ngantuk sekali. Sandra terus terusan menguap.

Ia akhirnya pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.

~ ~

Ayah Sandra terbangun dari tidurnya dan mendapati ia sudah berada di sebuah kamar yang berbeda dengan kamar sebelumnya. Tidak jauh darinya, ia melihat Sandra sedang tidur pulas di sebuah sofa yang empuk.

“Kau sudah bangun?” tanya Whitney pada ayah Sandra.

“Kau meneleponnya?” tanya ayah Sandra sambil matanya memandang ke arah Sandra. “Kenapa kau melakukan itu? Aku tidak mau mengganggunya, aku tidak mau membebani hidupnya. Ia sudah menanggung terlalu banyak beban. Ia yang membiayai kuliah Aaron dan Matt selama ini.”

“Tapi kita sedang tidak punya uang saat kau tiba tiba sakit seperti ini.”

“Kita bisa pinjam uang. Kau jangan menyusahkan Sandra seperti ini.”

“Aku minta maaf, aku terpaksa.”

“Dan kenapa tiba tiba aku ada di kamar ini? Ini kamar kelas satu, kita tidak akan mampu membayar kamar ini. Tadi seingatku ada dua orang pasien lain yang satu kamar denganku. ”

“Sandra yang memaksa pindah ke sini. Ia juga yang membayar semuanya. Ia sudah deposit biaya rumah sakit untuk seminggu ke depan. Kalau sebelum satu minggu kau bisa pulang, uang sisa depositnya bisa diambil lagi.”

“Sandra punya uang?” ayah Sandra heran.

“Kukira begitu. Sudahlah, kau jangan banyak pikiran. Istirahat saja lagi. Nanti kalau kau sudah sehat dan sudah bisa pulang ke rumah, kita bisa membicarakan ini dengan Sandra. Bagaimanapun bantuannya malam ini sangat kita perlukan.”

“Baiklah.”

“Kau perlu sesuatu? Biar aku ambilkan.”

“Aku hanya ingin minum air putih.”

“Baik, akan aku ambilkan.” Whitney langsung mengambil air putih dan menyodorkannya pada suaminya.

~ ~

Sandra mengacak ngacak sarapannya tanpa berminat memakannya. Sandra sedang tidak berselera makan. Kejadian yang menimpa ayahnya benar benar membuatnya terkejut sehingga ia kehilangan selera makannya. Ia khawatir ayahnya kenapa kenapa.

Tapi Sandra tak mau ia sakit sehingga ia tetap menelan makanannya walau terpaksa. Ia tadi baru menelepon perusahaannya dan minta ijin untuk tidak masuk kerja hari ini padahal ia ada tugas terbang ke London. Ia sempat diomelin karena keperluannya mendadak. Pengganti Sandra akan susah dicari kalau mendadak begitu. Tapi akhirnya salah satu Pramugari junior yang menggantikan tugas Sandra terbang ke London.

Sandra juga sudah menelepon Aaron dan Matthew saat bangun tidur tadi dan meminta mereka menengok ayah mereka kapanpun mereka sempat. Aaron tidak mau karena Aaron membenci ayah mereka dan terus terusan marah padanya. Karena menurut Aaron, ayahnya-lah penyebab retaknya hubungan keluarga mereka, karena ayahnya juga ibunya jadi menderita. Matthew bersedia datang. Ia mengusahakan datang pagi pagi karena nanti siang ada kuliah.

Sandra kini memperhatikan pakaiannya yang belum ganti dari semalam. Ia tak membawa baju ganti karena panik. Ia pergi begitu saja hanya membawa tas dan jaketnya setelah Whitney meneleponnya.

Sandra berencana membeli baju seusai sarapan dan kembali ke rumah sakit untuk menunggui ayahnya. Nanti sore ia baru kembali ke Hall of City.

Sandra sedang memperhatikan suasana kantin yang cukup ramai ketika matanya tertuju pada seseorang.

Sandra tak percaya dengan penglihatannya. Dadanya tiba tiba berdebar kencang. Lord Egar ada di kantin ini. Lord Egar sedang berjalan ke arahnya.

“Selamat pagi Sandra, kata ayahmu kau ada di kantin sedang sarapan.” Ujar Lord Egar langsung saat sudah berada di dekat Sandra.

Sandra bengong, dia tak tahu harus ngomong apa. Dia bingung bagaimana Lord Egar tahu ia ada disini?

“Sepertinya kau tidak menyukai sarapanmu.” Lord Egar memperhatikan piring Sandra yang masih tersisa setengahnya.

“Ya. Aku sedang tidak berselera makan.” Ujar Sandra, “bagaimana Anda tahu aku ada di sini?”

“Bianca yang meneleponku, katanya ayahmu terkena serangan jantung.”

“Bianca? Bianca tahu?”

“Casey yang memberitahunya. Bagaimana kalau kita sarapan di tempat lain saja dan tidak disini?”

“Tidak, aku tidak mau makan apa apa lagi.”

“Ayolah, kita pergi sebentar saja.”

“Aku tidak mau.”

Lord Egar memegang tangan Sandra, “ayo.”

Sandra terpaksa bangun dari duduknya. Ia lalu merapikan tasnya dulu. “Kita mau kemana?”

“Kita mau ke…” kata kata Lord Egar terhenti ketika dilihatnya dua orang pria menghampiri mereka. “Siapa pria pria itu?”

Sandra melihat ke arah yang dimaksud Lord Egar, “Oh, mereka adik adikku.”

“Sandra, Whitney bilang kau ada di sini.” seru Matthew pada Sandra.

“Kau sudah bertemu ayah?” tanya Sandra.

“Ayah sedang diperiksa dokter. Aku datang bertepatan dengan dokter datang, jadi aku ke sini dulu.”

“Kenapa kau berubah pikiran? Kenapa kau jadi ikut?” tanya Sandra pada Aaron.

“Matt memaksaku ikut.” Aaron menggerutu. Wajahnya tampak kesal.

“O, iya, kenalkan, ini Mr. Egar Maxmillian.” Sandra memperkenalkan adik adiknya pada Lord Egar. “Ini Matt, dan yang sedang cemberut itu Aaron.”

“Halo,” ujar Lord Egar ramah sambil mengulurkan tangannya. “Aku Egar.”

“Hai, aku Matt,” Matthew menerima uluran tangan Lord Egar.

“Aku Aaron.” Aaron menjabat tangan Lord Egar setelah Matthew.

“Senang berkenalan dengan kalian,” Lord Egar tersenyum, “aku dan kakak kalian baru mau sarapan, bagaimana kalau kalian ikut sarapan dengan kami?”

Matthew melihat ke arah Sandra, “kau tidak keberatan Sandra?” tanyanya.

“Tidak masalah,” jawab Sandra.

“Baiklah, terima kasih. Kami ikut.”

“Kita pergi tidak lama kok, nanti kita ke sini lagi menemui ayah kalian.”

“Tentu.” Sahut Matthew sambil tersenyum.

~ ~

Aaron terbengong bengong dengan restoran tempat ia sarapan. Restoran yang ia kunjungi sekarang adalah salah satu restoran paling bonafid di Fillmore Green. Ditiap kota besar di Fillmore Green restoran ini ada cabangnya. Harga makanan di restoran ini sangat mahal.

Setelah tadi ia terkejut karena Mr. Maxmillian mengajaknya naik limousine-nya, sekarang ia terkejut karena bisa makan di restoran mahal.

Sandra sepertinya tak begitu perduli ia makan dimana, ia sekarang sedang lahap memakan makanannya.

“Sedikit lebih baik dari sarapanmu tadi?” Lord Egar tersenyum melihat Sandra yang makan dengan lahapnya. Salah satu kebahagiaan Lord Egar di dunia ini adalah melihat Sandra makan dengan lahap seperti itu.

“Ya, sedikit.” Sandra tersenyum, Sandra tidak mungkin bilang pada Lord Egar bahwa yang membuat ia makan dengan lahap adakah kehadiran Lord Egar itu sendiri. Diri Lord Egar yang penting, bukan makanan atau apapun juga.

Jadi karena suasana hatinya sedang gembira, ia bisa menikmati makanannya dengan germbira juga.

“Boleh aku tahu nomor telepon kalian?” Lord Egar bertanya pada Matthew dan Aaron sambil mengeluarkan handphone mahalnya.

“Buat apa?” Sandra terkejut.

“Sst.. ini urusan laki-laki. Kau makan saja dengan tenang.”

“Urusan laki laki?”

“Ya.”

“Tapi Sandra benar, buat apa?” Aaron juga bertanya hal yang sama pada Lord Egar.

“Kau kuliah di jurusan apa?” Lord Egar balik bertanya pada Aaron.

“Bisnis managemen.” Jawab Aaron.

“Bagus, lulus kuliah nanti kau bisa datang ke kantorku, siapa tahu kau mau bekerja di salah satu perusahaanku.”

“Wow ini keren.” Aaaron berseru senang.

“Dan kau kuliah di jurusan apa?” tanya Lord Egar pada Matthew.

“Hukum. Matt kuliah di fakultas hukum.” Aaron yang menjawab.

Lord Egar terdiam sejenak. “Ehm… aku punya banyak kenalan yang mempunyai firma hukum yang cukup besar. Kau juga nanti lulus kuliah mungkin bisa bekerja di salah satu firma hukum temanku itu.”

“Terima kasih Mr. Maxmillian.” Matt tersenyum senang, “tentu saja. Aku mau bekerja dengan salah satu kenalan Anda yang mempunyai firma hukum yang cukup besar.”

“Baik kalau begitu, jadi aku boleh tahu nomor handphone  kalian?”

“Ya!”

“Tentu!”

Hampir bersamaan Matthew dan Aaron menjawab.

Sandra memperhatikan Lord Egar bertukar nomor telepon dengan adik adiknya dengan perasaan tak menentu. Lord Egar sudah banyak berbuat baik  pada dirinya. Dan ia ingin membantu adik adiknya juga? Sandra tiba tiba merasa sangat terharu. Ia tak tahu bagaimana caranya membalas semua kebaikan Lord Egar pada dirinya dan keluarganya.

“Kau lulus berapa lama lagi Matt?” Lord Egar meminum kopinya lagi.

“Ini tahun terakhirku.”

“Kalau aku masih dua tahun lagi, itu juga kalau lancar,” Aaron tertawa.

“Harus lancarlah, masa enggak sih,” komentar Sandra.

“Aku akan berusaha.” Aaron tersenyum pada kakaknya.

~ ~

Aaron terus terusan main game online lewat handphone-nya di salah satu sofa yang empuk, sementara Matthew duduk disamping ayahnya, menasehati ayahnya agar mau berhenti merokok.

Sandra dan Lord Egar duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa yang diduduki Aaron.

“Terima kasih sudah datang ke sini menengok ayahku, aku sangat menghargainya,” ujar Sandra pada Lord Egar. “Terima kasih juga untuk sarapannya yang lezat tadi.”

“Sama sama.” Lord Egar tersenyum, “kau nanti kembali ke Hall of City jam berapa?”

“Mungkin sore.”

“Baik, akan kutunggu, kita pulang ke Hall of City sama sama.”

“Tapi, Anda tidak ada kegiatan lain yang harus dilakukan?” Sandra kaget Lord Egar mau menunggunya dan pulang bersamanya.

“Tidak, kau jangan khawatir. Aku sudah mengosongkan jadwalku hari ini.”

“Sekali lagi terima kasih.”

“Iya, sama sama.”

Sementara Sandra dan Lord Egar bercakap cakap, Whitney memperhatikan mereka dari samping tempat tidur suaminya.

“Menurutmu, dia pacar kakakmu?” tanya Whitney pada Matthew sambil berbisik. “Mereka mesra sekali.”

“Aku tidak tahu,” jawab Matthew pelan, “yang jelas ia kaya raya, tadi kami naik limousine-nya lalu sarapan di restoran mahal. Aku sering melihat dia di berita. Ia governor Hall of City.”

“Ya, aku kaget saat dia tadi datang ke sini mencari ayahmu, kupikir ia salah orang, kupikir ia sedang akan menjenguk temannya yang sama sama pejabat.”

“Bagaimana cara Sandra berkenalan dengannya ya?” kini ayahnya yang bertanya pada Matthew.

“Mana aku tahu,” Matthew angkat bahu. “Ayah, aku ada kuliah siang, aku pulang sekarang.”

“Ya, Matt, terima kasih sudah menjenguk ayah.”

“Sama sama.” Matt tersenyum. “Aaron, pamit pada ayah, kita pulang sekarang.”

Aaron malas malasan bangun dari tempat duduknya. “Aku pulang.” Ujarnya pada ayahnya.

“Ya, Aaron, terima kasih sudah menjenguk ayah.”

“Ya.” Jawab Aaron singkat, ia lalu memakai jaketnya lalu pamit pada Sandra dan Lord Egar. Ia tidak pamit pada Whitney. Ia lalu keluar dari kamar.

“Kabari aku kalau ada apa apa ya,” ujar Matthew pada Whitney setelah Aaron menghilang di balil pintu.

“Tentu, hati hati Matt.”

“Ok.” Matthew memakai jaketnya sambil menghampiri Sandra. “Sandra, aku pulang dulu, Mr. Maxmillian aku pulang dulu. Senang bisa berkenalan dengan Anda hari ini.”

“Aku juga senang bisa berkenalan denganmu.” Lord Egar tersenyum pada Matthew. “Kapan kapan aku meneleponmu.”

“Oke, aku tunggu telepon dari Anda.”

“Aku akan mengantarmu ke mobil.” Sandra bangun dari duduknya dan memegang tangan Matthew. Mereka lalu berjalan keluar kamar beriringan.

“Pakai mobil siapa ke sini?” tanya Sandra sambil melangkah di samping Matthew.

“Mobilku.” Jawab Matt.

“Kau kapan kapan harus berterimakasih pada Mr. Maxmillian karena dia yang memberikan kau dan Aaron mobil.”

Matthew menghentikan langkahnya dan memandang Sandra kaget.

“Kenapa kau kaget begitu?” tanya Sandra.

“Tidak semua orang dengan mudah membelikan mobil begitu saja.”

“Kalau Mr. Maxmillian mudah. Uangnya banyak.”

“Sandra,”

“Ya?”

“Apa kau wanita simpanannya?”

“APA?!” Sandra menjerit kaget. “Astaga Matthew, bagaimana mungkin kau berpikiran seperti itu?”

“Maaf, kupikir…”

“Tidak Matt, aku bukan siapa siapa dia. Aku hanya temannya. Dia sudah punya pacar. Serius.”

“Aku tidak percaya,” sahut Matthew, “kalian mesra sekali. Dan ia terus terusan memandangmu dengan mesra. Aku bisa melihat dia tergila gila padamu.”

“Kalau begitu penilaianmu salah.”

“Penilaianku salah? Kalian berteman dan dia membelikan aku dan Aaron mobil begitu saja?”

“Begini, dia saat ini sedang punya bisnis di bidang mainan anak anak. Ia memproduksi boneka Princess Sabrina, nah hak cipta boneka itu ada padaku karena aku yang pertama kali bikin boneka Princess Sabrina, lalu bikinanku itu aku jadikan hadiah saat kelahiran Princess Sabrina dulu.”

“Lalu?”

“Lalu sebagai kompensasi dari hak cipta yang aku miliki ia memberiku sejumlah uang yang cukup banyak padaku. Uang itu yang aku gunakan untuk membeli mobil untuk kalian.”

“Wow, dia baik sekali.”

“Ya. Keuntungan yang ia dapat dari bisnis ini sangat besar. Ia bahkan sekarang mengeksport boneka Princess Sabrina hingga ke Amerika dan Asia.”

“Wah, keren.”

“Ya.” Sandra tersenyum, “itu saja yang ingin kusampaikan. Aku tidak ingin kau curiga padaku tentang bisnis apa yang kulakukan sehingga aku bisa beli mobil untuk kalian. Sekarang kau sudah tahu semuanya.”

“Oke, aku mengerti sekarang.”

“Itu bagus.”

“Sampai bertemu lagi Sandra.”

“Sampai bertemu Matt. Mengemudi hati hati.”

“Baik.” Matthew melambaikan tangan pada Sandra sambil tersenyum.

~



Sandra merasa lega ia punya kesempatan mandi dan meminjam baju Whitney sebagai baju gantinya. Sandra tidak jadi berbelanja baju, ia memutuskan untuk meminjam baju Whitney saja. Walau ukuran tubuh Whitney lebih besar dari dirinya, hal itu tidak menjadi masalah bagi Sandra.

Lord Egar mengajak Sandra makan siang di luar rumah sakit lagi seperti saat sarapan tadi pagi. Ia kali ini mengajak Sandra ke sebuah restoran yang mempunyai outdoor room yang asri. Di sekeliling mereka terdapat kebun yang indah dengan aneka bunga yang berwarna warni, mengingatkan Sandra akan taman di Lotus Village yang juga indah.

Pergi ke Lotus Village nya kemarin lusa, makan di kebun yang indah berdua Lord Egarnya baru sekarang, ujar hati Sandra geli. Tapi bagaimanapun, Sandra merasa senang bisa berduaan seperti ini dengan Lord Egar.

Sandra begitu menikmati makan siangnya. Ia memesan wagyu tenderloin steak dengan saus mustard dan taburan merica bubuk yang berwarna hijau, lengkap dengan salad sayur. Untuk minumannya ia memesan hot lemon dicampur madu.

Lord Egar lebih memilih ikan salmon dengan saus jamur truffle dan irisan buncis dan wortel untuk makan siangnya. Ia memilih wine sebagai minumannya.

“Tadi aku sempat ngobrol dengan Matthew, kata Matthew kau yang membiayai kuliahnya dan kuliah adiknya.’ Ujar Lord Egar, “kau melarang mereka bekerja dan hanya fokus belajar.”

“Ya, kupikir kuliah kan tidak lama, biar mereka fokus belajar saja. Nanti kalau sudah selesai mereka mau kerja gila gilaan juga terserah.”

“Tapi biayanya cukup mahal kan, apalagi mereka tinggal di asrama.”

“Aku berusaha menyisihkan uangku untuk itu.” Sandra tersenyum menatap Lord Egar, “ya, pokoknya aku berusaha mengaturnya untuk kami bertiga. Dan untungnya adik adikku bukan orang yang malas, mereka memilih memasak sendiri makanan yang mereka makan, jarang membeli makanan jadi atau makanan yang sudah matang. Mereka suka buah buahan, sayur sayuran, telur dan susu. Menurut mereka itu menu makanan yang sehat. Agak sering juga makan ikan dan ayam, tapi untuk daging mereka membatasi mengkonsumsi makan daging.”

“O, ya? Kenapa?”

“Entahlah. Mereka kurang suka saja. Tadinya Matt malah ingin jadi vegetarian, tapi tak pernah berhasil. Kalau sudah datang ke restoran tempat ibu bekerja, ibu akan menyuguhinya dengan burger yang enak dengan dagingnya yang gurih dan crispy bikinan ibu sendiri, dan Matt selalu menyukai daging burger bikinan ibu.”

“Kedengarannya enak. Boleh kapan kapan aku makan burger di restoran tempat ibumu bekerja?”

“Tentu,” Sandra tersenyum. “Kapan kapan kita ke sana.”

“Bagaimana kalau akhir pekan ini?”

“Akhir pekan ini?” Sandra termenung.

“Ya.”

“A.. aku harus pergi ke suatu tempat akhir pekan ini.”

Ada pekerjaan?”

“Tidak juga. Aku mau mengunjungi seseorang.”

“Seseorang?”

“Ya.”

“Siapa?”

“Dia.. bukan siapa siapa. Bagaimana kalau akhir pekan berikutnya? Aku nanti akan menelepon ibu agar ibu menyiapkan bahan bahan yang akan diolahnya menjadi burger yang yummy itu.”

“Tentu, tidak masalah.”

Mereka lalu makan lagi dalam diam.

“Apakah orang itu spesial untukmu?” tanya Lord Egar lagi.

Sandra langsung berhenti mengunyah. Kenapa Lord Egar merasa penasaran seperti ini? Tanya hatinya heran.  “Tidak. Tidak terlalu spesial.”

“Kalau tidak spesial kau pasti mau bercerita padaku tentang orang itu.”

Sandra menimbang nimbang apakah ia perlu bercerita atau tidak. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk bercerita saja daripada dikejar pertanyaan terus. “Orang yang akan kutemui itu.. ayah Philip.”

“Ooh.”

Lalu hening lagi.

“Ayah Philip tinggal di Hall of City juga?”

“Tidak, dia tinggal di Los Angeles.”

Los Angeles?” teriak Lord Egar kaget. “Kau akan pergi ke Los Angeles?”

“Ya.”

“Berdua Philip?”

“Ya.”

Lord Egar langsung meletakkan pisau dan garpunya dan berhenti makan. Sandra memperhatikan itu dengan perasaan tak enak.

“Rencana ini sudah jauh jauh hari kami rencanakan. Tiket untuk pulang pergi juga sudah dibeli. Jadi tidak mungkin untuk dibatalkan. Aku cuma empat hari disana. Aku mengambil cuti selama dua hari. Philip juga mengambil cuti.”

“Kalian akan meminta restu pada ayah Philip tentang hubungan kalian?”

“Restu untuk hubungan kami?” Sandra terkejut dengan kata kata Lord Egar. “I..ini tidak seperti yang Anda pikirkan. Kami cuma jalan jalan.” Sandra kembali didera perasaan tak enak. Karena uang untuk jalan jalan itu ia dapat dari pria yang ada dihadapannya sekarang. Yang sedang menatapnya marah.

Dan kemarahan Lord Egar benar benar mengganggu Sandra. Ia tak tahu harus melakukan apa. Sandra tidak berniat membuatnya marah. Ia sangat sayang pada Lord Egar. Tapi bagaimanapun sayangnya Sandra pada Lord Egar dia juga tidak bisa bertindak berlebihan karena Lord Egar sudah punya pacar. Sandra jadi bingung.

“Makanku sudah selesai,” Sandra meletakkan garpu dan pisaunya. Piringnya benar benar tandas, kosong tak bersisa. Sandra lalu meminum air lemonnya sambil memperhatikan makanan Lord Egar yang masih tersisa setengah. “Anda tidak menghabiskan makan Anda?” tanya Sandra setelah selesai minum.

“Tidak.”

“Boleh kuhabiskan?”

Lord Egar mengernyitkan kening, “kalau kau mau, kau bisa pesan lagi. Tiga atau lima porsi sekaligus tidak masalah.”

“Tidak, aku tidak mau pesan lagi. Aku mau makanan Anda.”

“Serius?”

“Ya.”

“Baiklah, ini makanannya.” Lord Egar menyingkirkan piring kosong Sandra dan meletakkan piring makanannya di hadapan Sandra.

Sandra langsung mengiris beberapa irisan ikan salmon itu dan menyuapkannya ke mulutnya, “wah, ini enak sekali.” Seru Sandra. Ia memasukkan satu demi satu irisan ikan salmon itu kemulutnya. Ia menikmati betul makanannya sampai makanannya habis.

Lord Egar jadi tersenyum melihatnya. “Kau mau aku pesankan lagi?”

“Tidak, terima kasih, perutku sudah full. Ngomong ngomong Mr. Maxmillian, Anda tampan kalau sedang tersenyum seperti itu.”

~

Dalam perjalanan kembali ke rumah sakit, Lord Egar lebih banyak diam di dalam mobilnya. Ia benar benar merasa terganggu dengan perjalanan Sandra dan Philip ke Los Angeles. Ia sangat menyukai Sandra, ia sayang padanya, ia jatuh cinta setengah mati padanya, dan ia benar benar takut kehilangan Sandra. Ia tak bisa membiarkan orang lain – Mr. Raven atau siapapun  – merebut Sandra darinya begitu saja.

Bersama dengan Sandra adalah apa yang sangat ia idam idamkan selama ini. Dan untuk bisa bersama dengan Sandra seharian ini, ia harus membatalkan beberapa kegiatan penting yang seharusnya ia hadiri.


Aku harus melakukan sesuatu. Tekad Lord Egar kemudian. Aku harus memperjuangkan cintaku.

~~

Sandra terkejut ketika kembali ke kamar rawat inap ayahnya karena mendapati Philip sedang ngobrol akrab dengan ayahnya.

“Sandra, hai,” Philip tersenyum menyapanya.

“Kau datang sendiri?” tanya Sandra.

“Ya,” Philip mengangguk, “Casey dan Ivanka kerja. Tadinya Casey ingin ikut tapi ia sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya.”

“Tidak apa apa,” Sandra tersenyum. “Terima kasih karena sudah datang menengok ayah.”

“Sama sama,” Philip mengatakan itu sambil memperhatikan Lord Egar. “Mr. Maxmillian, kita bertemu lagi.”

“Ya.” Jawab Lord Egar singkat.

“Kau nanti pulang denganku ya Sandra? Aku mengendarai mobilku ke sini.” Ujar Philip kemudian ke arah Sandra.

“Sandra pulang denganku,” Lord Egar yang menjawab.

Philip dan Lord Egar saling bertatapan tajam.

“Kau ingin sesuatu Philip? Biar aku ambilkan minum untukmu,” ujar Sandra buru buru melihat situasi yang tidak enak itu.

“Tidak, aku tidak ingin minum, aku ingin bicara denganmu, ayo.” Philip menarik tangan Sandra keluar kamar.

“Kau ini apa apain sih?” tanya Sandra kesal.

“Kau yang apa apan. Untuk apa Mr. Maxmillian di sini bersamamu?”

“Dia menengok ayah.”

“Dari pagi? Menengok ayahmu dari pagi? Come on.”

“Memang kenapa?”

“Jelas jelas dia ingin mendekatimu Sandra. Padahal kau tahu ia punya pacar.”

“Lalu aku harus bagaimana?”

“Menjauh darinya.”

“Tidak bisa Philip. Aku mencintainya.”

“Karna itulah kau harus menjauh darinya. Kau akan terluka Sandra. Kau menaruh harapan padanya sementara dia memperlakukanmu sebagai…”

“Sebagai apa?”

“Sebagai seseorang untuk bersenang senang.”

“Tidak, dia tidak seperti itu.”

“Tidak? Kau tidak tahu reputasinya selama ini? atau pura pura tidak tahu?”

Sandra diam. Ia lalu duduk di sebuah kursi yang berada di dekatnya dan terdiam. Philip duduk disamping Sandra sambil menghela nafas.

“Kau tahu, aku melakukan ini karena aku perduli padamu. Aku tidak mau kau sedih, kau tidak layak diperlakukan begini.”

“Tapi aku mencintainya Philip.”

“Kalau kau mencintainya lalu apa? Dia tidak bisa memberikan apa yang kau inginkan atau kau harapkan. Menjadikanmu kekasihnya misalnya.”

“Aku tidak mengharapkan itu, aku tidak mengharapkan apa apa darinya. Aku hanya merasa bahagia jika bersamanya.”

“Sampai kapan? Kau hanya akan menyia nyiakan hidupmu sementara waktu terus berlalu. Hidupmu lebih berharga dari itu.”

“Kenapa kau perduli padaku Philip? Aku baik baik saja dengan hidupku.”

“Karena aku sayang padamu.”

Sandra menatap Philip dengan perasaan sedih, “tapi aku tidak bisa…”

“Tidak apa apa. Aku bisa mengerti. Kita akan tetap menjadi teman baik. Menjadi tim yang hebat.” Philip tersenyum. “Perasaan sayang tidak melulu ditujukan untuk kekasih, untuk temanpun bisa.”

“Terima kasih.”

“Ya.”

Sandra lalu bangun dari duduknya, “aku akan tetap pulang bersamanya.” Ujar Sandra pelan, “aku tidak mau merusak hari ini. Hari ini sangat berkesan untukku.”

“Baiklah, terserah kau saja. Asal ingat pesanku, jangan terlalu larut dengan hal ini. Akal sehatmu harus lebih mendominasi dirimu daripada perasaanmu.”

“Oke.” Sandra mengangguk. “Terima kasih atas nasehatnya.”

~ ~

BAB DELAPAN


Suasana di Hall of City Airport pagi ini cukup ramai. Orang orang berlalu lalang kesana kemari sesuai dengan kepentingan mereka masing masing.

Di terminal penerbangan internasional, tepatnya di kantor Fillmore Airways, Lord Egar nampak duduk di sebuah kursi di bagian Customer Service. Di hadapannya, seorang wanita yang bernama Estelle nampak gugup menghadapi Lord Egar, karena tidak setiap hari most wanted bachelor in town seperti Lord Egar ada dihadapannya seperti sekarang.

“Nomor tempat duduk 29 C di kelas ekonomi untuk penerbangan ke Los Angeles pada hari Sabtu lusa adalah atas nama Mrs. Camile Lee.” Ujar Estelle pada Lord Egar.

“Baik, bisakah Anda telepon Mrs. Lee sekarang, dan tawarkan padanya kursi di first class, bertukar tempat denganku?”

“Bertukar tempat dengan Anda?” Estelle terkejut. “Anda akan terbang di kelas ekonomi?”

“Kukira begitu.”

“Tapi..”

“Bisakah Anda menelepon Mrs. Lee sekarang untuk menanyakan hal ini?” tanya Lord Egar tak sabar.

“Baiklah,” Estelle akhirnya menelepon Mrs. Camile Lee. Terdengar teriakan tak percaya dari telepon yang sedang digenggam Estelle saat Estelle berbicara dengan Mrs. Camile Lee.

“Bagaimana?” Lord Egar memperhatikan Estelle yang meletakkan teleponnya lagi.

“Mrs. Lee bersedia.” Jawab Estelle sopan. Ya iyalah, siapa juga yang enggak. Lanjut Estelle keki dalam hati. Untuk terbang di first Class seperti itu aku saja harus menabung gajiku selama beberapa bulan.

“Bagus kalau begitu, boleh aku meminta nomor telepon Mrs. Camile Lee? Sehingga nanti aku bisa bercakap cakap dengannya sebelum keberangkatan hari Sabtu lusa.”

“Tentu Mr. Maxmillian.” Estelle mencatat nomor Mrs. Camile Lee dalam selembar kertas dan memberikannya pada Lord Egar.

“Terima kasih.” Ujar Lord Egar sambil menerima kertas yang disodorkan Estelle padanya.

“Apakah Anda ingin bertualang dengan terbang di kelas ekonomi Mr. Maxmillian?” tanya Estelle iseng. Estelle masih kesal kenapa Mrs. Camile Lee beruntung sekali mendapatkan tempat duduk Lord Egar di first class.
“Ya, bertualang. Tepat sekali, aku ingin bertualang.” Lord Egar tersenyum, membuat Estelle meleleh.  “Terima kasih atas bantuan Anda.” Lord Egar berdiri dari duduknya, “aku sangat menghargainya.”

“Sama sama Mr. Maxmillian, semoga penerbangan Anda besok lusa menyenangkan.”

“Pasti akan sangat menyenangkan.” Ujar Lord Egar sambil berlalu dari hadapan Estelle.

~ ~

Philip duduk di kursi pesawat sesuai tiket. Nomor tempat duduknya di pinggir jendela, sementara Sandra duduk di sampingnya, di kursi tengah.

“Kau tidak mau bertukar tempat duduk?” tanya Philip menawarkan kursinya pada Sandra.

“Memang kenapa harus tukar tempat duduk?” tanya Sandra.

“Ya, karena di dekat jendela, biasanya orang orang suka duduk di pinggir jendela untuk melihat pemandangan.”

“Pemandangannya awan semua Philip.”

“Awan juga indah.”

“Tapi aku Pramugari, ini pesawat yang sering aku tumpangi saat aku bekerja, aku bosan melihat awan.”

“Ya, kau benar.”

“Sandra, apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau duduk? Mana pakaian kerjamu?” Seorang Pramugari yang baru menolong seseorang menaruh tasnya ke bagasi atas, nampak memperhatikan Sandra.

“Tuh kan, aku juga bilang apa,” bisik Sandra pada Philip, “temanku langsung mengenaliku walau aku pakai topi dan kacamata hitam seperti ini.”

“Sandra, itu kau kan?” tanya temannya lagi.

“Iya Karen, ini aku. Aku sedang mau liburan.”

“Wow asik sekali. Ke Los Angeles? Liburan ke Los Angeles?”

“Iya Karen. Ini penerbangan langsung ke Los Angeles kan? Bukan ke Afrika Selatan?”

“Iya. Ini penerbangan ke Los Angeles.”

“Kalau begitu aku liburan ke Los Angeles!”

“Wah asik sekali. Itu pacarmu?” tanya Karen ke arah Philip.

Sandra tersenyum, “dia…”

“Permisi, aku duduk di sini, ini tempat dudukku,” ujar seorang pria pada Karen. Pria itu memakai topi dan kacamata hitam seperti Sandra. Karen yang asik ngobrol dengan Sandra terpaksa memberi jalan pada pria itu.

Sandra dan Philip terkejut melihat pria itu saat pria itu duduk disamping Sandra. “Mr. Maxmillian?” tanya mereka berbarengan.

Lord Egar tersenyum pada mereka, “hai, apa kabar?”

“Apa yang Anda lakukan disini?” tanya Sandra, merasa tak percaya orang yang duduk disampingnya adalah Lord Egar.

“Liburan, sepertimu.”

“Tapi tempat duduk Anda bukan disini, tempat duduk Anda di depan.”

“Tidak, ini tempat dudukku.”

“Bohong, Anda tidak pernah duduk di kelas ekonomi. Karen, bisa kau antar tuan ini ke tempat duduknya di first class?”

Karen tampak bingung.

“Cari saja tempat duduk yang kosong di first class kalau ada. Aku sudah bilang tempat dudukku disini.”

Sandra langsung bangkit dari duduknya dan pergi ke depan ke  first class. Sepuluh menit kemudian ia kembali.

“Bagaimana? Penuh semua kan tempat duduknya?” tanya Lord Egar ketika Sandra kembali.

“Tapi ini tidak mungkin.”

“Apanya yang tidak mungkin. Sudah kau duduk saja dengan manis, pakai sabuk pengamanmu, sebentar lagi kita take off.”

~ ~

Sandra tertidur dengan nyenyak. Ia baru makan siang. Melihat Sandra tertidur pulas seperti itu, Philip pelan pelan memeluk bahu Sandra, dan meletakkan kepala Sandra di bahunya.

Tidak lama Sandra tidur di bahu Philip, Lord Egar memeluk bahu Sandra dan meletakkan kepala Sandra di bahunya.
“Jangan berani berani menyentuhnya, Mr. Maxmillian,” ujar Philip kesal.

“Atau apa?” Lord Egar tak perduli dengan ancaman Philip. Ia masih memeluk tubuh Sandra.

“Anda sengaja kan mengacaukan liburanku?”

“Kupikir aku tidak perlu mengatakan apapun padamu.” Lord Egar memasang headsetnya dan mulai mendengarkan musik.

~

Sandra terbangun dari tidurnya dan merasa kaget berada dalam pelukan Lord Egar. Ia menggerakkan tubuhnya untuk kembali duduk seperti semula tapi Lord Egar kembali menarik tubuhnya.

“Jangan bergerak.” Bisik Lord Egar, “ini nyaman sekali. Memelukmu seperti ini sangat nyaman sekali.”

Sandra diam sebentar, “ehm, Anda liburan seperti ini bukan tanpa sengaja kan?”

“Ya, aku memang mengikutimu, aku ingin liburan bersamamu.”

“Tapi aku sedang pergi dengan Philip. Aku sedang akan liburan dengan Philip.”

“Tidak masalah. Sekarang ini kita liburan bertiga tidak masalah, lain kali kita liburan berdua saja.”

“Berdua?”

“Ya. Berdua. Kau mau liburan kemana? Kita liburan ke tempat yang kau suka.”

“Faye tidak diajak?”

“Faye? Siapa Faye?”

“Ini benar benar tidak lucu.” Sandra mendorong tubuh Lord Egar kesal dan membebaskan dirinya dari pelukannya. Sandra lalu duduk ditempat duduknya sambil mengeluarkan handphonenya. Ia mau main game online. Ia ketularan Aaron suka main game online.

Philip tertawa memperhatikan Sandra kesal begitu. “Ingat Sandra, 80% akal sehat, 20% perasaan.”

“Diamlah Philip.”

“Kuralat. 95% akal sehat, perasaan 5% saja.”

“Aku bilang diam.”

“Atau akal sehat 100%.”

“Philip!”

~

Philip berdiri di pelataran bandara internasional Los Angeles. Sandra ada disamping Philip. Mereka berdua sedang menunggu ayah Philip yang akan menjemput mereka. Tadinya Philip bilang pada ayahnya kalau ia dan Sandra akan naik taksi saja. Tapi ayahnya ngotot ingin menjemput mereka.

Sama seperti Sandra, Lord Egar pun berdiri tidak jauh dari Philip. Philip memperhatikan Lord Egar kesal. Ia tidak mengundang Lord Egar liburan, tapi Lord Egar sepertinya ngotot ingin mengikuti Sandra.

“Mr. Maxmillian, Anda menginap di hotel mana?”

“Memang kenapa?” tanya Lord Egar malas.

“Sandra akan menginap dirumahku. Di rumah ayahku hanya ada dua kamar. Aku tidur dengan ayahku dan satu kamar lagi untuk Sandra. Tidak ada kamar tamu, jadi maaf, aku tidak bisa mengundang Anda kerumahku.”

“Tidak apa apa, jangan khawatir Mr. Raven. Aku sedang menunggu ayahmu seperti kalian, aku ingin berkenalan dulu dengannya. Kau mau memperkenalkan ayahmu padaku kan?”

“Ya, tentu.”

“Baik kalau begitu, kita tunggu sama sama.”

Mereka menunggu selama kurang lebih dua puluh menit ketika ayah Philip datang menghampiri mereka.

“Maaf aku terlambat, tadi memasuki bandara agak sedikit macet.”

“Tidak apa apa dad, ngomong ngomong ini teman temanku. Ini Miss. Sandra Ricardo dan ini Mr. Egar Maxmillian.”

“Hai, aku  Gary Raven, senang berkenalan dengan kalian. Panggil aku Gary saja.” Ayah Philip menyalami mereka satu satu. “Ayo kita ke mobil, mobilnya kuparkir tidak jauh dari sini.”

“Tentu,” Sandra tersenyum.

“Sini nona cantik, biar kubawakan kopermu.”

“Tidak usah Mr. Raven.”

“Tidak apa apa.” Ayah Philip langsung membawakan koper kecil Sandra.

“Ehm Gary, apakah halaman rumah Anda luas?” tanya Lord Egar pada ayah Philip.

“Cukup luas, memang kenapa?”

“Bisakah aku bikin tenda di halaman rumah Anda?”

“APA?” Sandra dan Philip menjerit berbarengan.


~ ~
Philip meminum kopinya sambil memperhatikan halaman rumah ayahnya yang cukup luas. Rumah ayah Philip terletak di salah satu perumahan di Monterey Park, kurang lebih 35 menit dari Bandara International Los Angeles kalau menggunakan mobil.

Ada pohon besar di depan rumah ayahnya sehingga rumahnya jadi terasa sejuk dan asri. Sandra menghampiri Philip sambil menenteng cangkir yang juga berisi kopi.

“Aku tak percaya salah satu orang terkaya di Fillmore Green sedang bikin tenda di depan rumah ayahku.” Gumam Philip.

“Ijinkan aku membantunya please?” harap Sandra pada Philip.

“Tidak.”

“Tapi aku ingin membantunya Philip,” Sandra mulai berjalan menuruni tangga teras karena rumah ayah Philip lebih tinggi dari halaman, ada tangga terasnya.

“Berhenti di situ Sandra Ricardo atau aku akan mengirim kau pulang sekarang juga ke Hall of City!” Perintah Philip.

Sandra cemberut, “kau tidak punya simpati sama sekali.”

“Tidak punya simpati?” Teriak Philip, “siapa yang nyuruh dia mengikutimu hingga ke sini! Dia menghancurkan liburanku. Dan itu diperparah oleh ayah yang mengijinkannya membangun tenda di depan rumah.”

“Ayahmu mengira ia sahabatmu. Ayahmu berpikir kalian benar benar ingin bertualang dan tidur di tenda.”

“Tidur di tenda ditengah tengah kota begini? Yang benar saja. Untung daerah sini sepi sehingga kita tidak jadi tontonan.”

“Ya, ternyata tinggal di daerah sepi ada untungnya juga. Ngomong ngomong siapa pria yang datang ke arah sini?” tanya Sandra saat melihat seorang pria sedang berjalan menghampiri mereka.

“Itu Mr. Wang Chen, tetangga ayah, dia orang Cina tapi isterinya asli sini. Anak mereka cantik sekali, perempuan, baru berumur 10 tahun. Mr. Chen kalau memanggilku atau teman temanku selalu dengan sebutan young man, dia malas menghafalkan namaku.”

“Oh,” sahut Sandra.

Young man, apa kabar?” Mr. Wang Chen menghampiri Sandra dan Philip.

“Kabar baik Mr. Chen.” Ujar Philip.

“Dan ini siapa?”

“Ini temanku Sandra.”

“Apa kabar young woman?”

“Kabar baik.”

“Kenapa kau tidak membantu pria di depan sana membangun tendanya,  young man, aku perhatikan dari tadi dia tak berhasil melakukannya.”

“A.. aku baru mau berjalan ke arah sana.” Ujar Philip berbohong.

“Bagus, kita hidup harus saling membantu, jangan saling mengacuhkan, tidak baik itu.”

“Iya Mr. Chen.”

“Ayahmu ada? Dia belum pergi ke barnya?”

“Ada. Ayah libur bekerja hari ini karena aku datang. Anak buahnya yang bertanggung jawab di bar sekarang.”

“Oke, aku akan menemui ayahmu dulu.”

“Silahkan Mr. Chen.”

“Tuh dengar apa kata Mr. Chen. Kita hidup harus saling membantu.” Sandra terkikik geli.

“Diamlah.” Philip berjalan ke arah Lord Egar dengan kesal.

Sandra langsung mengikuti langkah Philip.

“Di sini kalau malam dingin loh Mr. Maxmillian. Anda yakin mau membangun tenda di sini dan tidak tidur di hotel saja?”

“Aku cukup sering pulang pergi ke Los Angeles Mr. Raven. Suhu udara di sini kalau malam kisarannya sekitar 14 derajat celcius. Bandingkan dengan Hall of City yang 9 derajat celcius. Dingin mana? Aku pernah tidur di teras rumahku di Hall of City.”

“Wow,” seru Sandra kagum. “Hebat sekali.”

“Iya, tapi jaketku rangkap tiga.” Lord Egar lalu tertawa.

“Sekarang Anda membawa jaket tiga juga?”

“Tidak, hanya dua, tapi itu tidak masalah.”

‘Baiklah, aku akan membantu Anda.”

“Terima kasih Sandra.”

“Sama sama Mr. Maxmillian.”

~


Tenda Lord Egar sudah jadi. Di sekeliling tenda disediakan tempat duduk dari kayu oleh Ayah Philip. Tempat duduk dari kayu itu ia ambil dari gudang. Menjelang malam, ayah Philip membuat api unggun juga untuk Lord Egar. Ia juga membawa dua teko kopi panas dan beberapa gelas kaleng ke halaman rumahnya.

Mereka akhirnya duduk sambil mengelilingi api unggun sambil minum kopi dan ngobrol. Tidak lama mereka ngobrol Mr. Wang Chen dan isterinya, Maisha Chen datang menghampiri mereka sambil membawa dimsum isi ayam.

Ayah Philip langsung mempersilahkan suami isteri Chen bergabung dengan mereka dan memperkenalkan Philip, Sandra dan Lord Egar pada suami isteri Chen.

Tidak lama setelah suami isteri Chen datang, tetangga ayah Philip yang tinggal di depan rumah juga menyapa mereka. Mereka adalah keluarga Changyi, mereka mempunyai restoran yang khusus memasak makanan tiongkok di jalan Atlantic Boulevard. Mereka membawakan Egg roll dan tao’s chicken dari restoran mereka.

Egg roll adalah makanan yang mirip dengan spring roll, hanya pembungkusnya lebih besar dan tebal. Pembungkusnya dibuat dari tepung terigu, isinya bisa sayuran ataupun daging. Dan Egg roll yang dibawakan suami isteri Changyi adalah egg roll  isi sayuran. Egg roll biasanya dihidangkan dalam suatu jamuan untuk makanan pembuka.

Sementara tao’s chicken  yang dibawa oleh suami isteri Changyi dilengkapi dengan saus asam manis yang kental.

Sandra akhirnya membantu Philip mengambil piring dan gelas ke dalam rumah dan menyediakan lebih banyak minuman untuk tamu mereka.

Philip mengeluarkan buah buahan yang ada di kulkas dan menatanya di keranjang, sebelum membawanya ke depan rumah.

“Kenapa kita jadi seperti piknik?” Sandra tertawa sambil menjejeri langkah Philip.

“Gara gara temanmu, semua tetangga menyangka ada pesta api unggun. Temanmu aneh. Bikin tenda di halaman rumah orang. Kalau mau bikin tenda di gunung sana.”

“Sudah, jangan marah marah. Ambil sisi positifnya. Kita jadi makan makanan Tionghoa gratis. Enak enak lagi.” Sandra tertawa.

Seperti pada suami isteri Chen, ayah Philip juga memperkenalan suami isteri Changyi pada Philip dan teman temannya.

Mereka lalu makan, minum sambil bercerita macam macam. Mr. Changyi lebih suka bercerita tentang bagaimana ia bisa berada di Monterey Park.

“Aku ke sini ikut pamanku,” ujar Mr. Changyi. “Pamanku punya usaha restoran, dan aku kerja ditempatnya. Setelah menikah aku memutuskan membuka usaha restoran sendiri.”

Tao’s chicken Anda enak Mrs. Changyi, apalagi sausnya, aku suka sekali,” ujar Sandra sambil tersenyum.

“Terima kasih,” ujar Mrs. Changyi.

“Kalau aku suka dimsum Mrs. Chen.” Komentar Lord Egar.

“Syukurlah kalian suka makanan kami.” Mrs Chen tersenyum, “kalian ke sini untuk liburan?”

“Ya,” hampir bersamaan Sandra dan Lord Egar menjawab.

“Aku pernah baca di internet, penduduk di Monterey Park ini mayoritas keturunan Tionghoa, apakah itu benar?” tanya Sandra.

“Ya, benar. Monterey Park itu dulu merupakan pemukiman pilihan imigran Taiwan, mereka datang dari Taipei dan bermukim di sini, sehingga tempat ini terkenal  dengan nama little Taipei. Setelah itu imigran dari Hongkong juga berdatangan, lalu imigran dari Negara asia lainnya, sehingga tempat ini jadi ramai. Harga rumah disini juga jadi semakin mahal.”

“Untung aku punya rumahnya warisan,” Mrs. Chen tertawa, “kalau tidak, aku tidak akan mampu membelinya sekarang.”

Semua tertawa.

“Tadi aku lihat restoran Tionghoa juga banyak terdapat di jalan yang kami lewati,” ujar Lord Egar “aku ingin mencobanya besok.”

“Kau datang ke restoranku saja besok,” Mr. Changyi tertawa, “akan kami terima dengan senang hati.”

“Aku akan datang,” Lord Egar mengangguk. “Terima kasih atas tawarannya.”

“Sama sama,” Mr. Changyi tertawa, “ngomong ngomong, dulu, awal mula bisnis restoran Tionghoa ini dimulai, hanya tiga restoran saja yang terdapat di sekitar jalan Atlantic, Garvey dan Garfield. Sekarang restorannya menjamur dimana mana dengan harga bersaing, dan kelezatan yang bersaing juga.”

“Wow, itu keren sekali.” Komentar Sandra.

Young man, Anda akan tidur di tenda itu malam ini?” tanya Mr. Chen pada Lord Egar.

“Kukira begitu,” Lord Egar tersenyum.

“Bagaimana kalau kau tidur dirumahku saja? Ada kamar tamu disana, kau tidur dirumahku saja.”

“Entahlah,” Lord Egar tampak bingung.

“Tentu saja kau harus tidur di tempat kami,” Mrs. Chen bangun dari tidurnya, “akan kubereskan dulu kamarnya.”

“Tidak usah Mrs. Chen, aku tidak ingin merepotkan.”

“Tidak merepotkan kok, daripada nanti kau sakit karena kedinginan.”

Philip ingin bilang pada para tetangganya agar jangan mengkhawatirkan Mr. Maxmillian karena uangnya banyak. Kalau nanti dia kedinginan dia pasti akan langsung pergi ke hotel bintang lima. Tapi Philip memutuskan diam saja.

“Mrs. Chen, nanti aku bantu menyiapkan kamarnya,” usul Sandra tiba tiba, “tapi aku ingin foto foto dulu.”

“Baiklah,” Mrs. Chen duduk lagi disamping suaminya.

“Foto foto?” Lord Egar melirik Sandra heran.

“Ya.” Sandra tersenyum. “Di sana ada tenda. Di samping tenda ada api unggun. Kita duduk dibangku kayu dengan memakai baju hangat sambil minum kopi dari cangkir kaleng, dilatar belakang kita ada pohon Ek, cocok, kita seperti sedang liburan di gunung, seperti sedang camping.” Sandra lalu memoto orang orang di sekitarnya.

Philip langsung tertawa melihat ulah Sandra.

“Aku ambil syalku dulu.” Sandra kembali ke rumah untuk mengambil syal. Ia kembali dengan memakai syal tebal di lehernya dan mulai selfie dengan latar belakang yang berbeda.

“Bagaimana kalau sekarang kita we-fie?” Lord Egar menghampiri Sandra dan memeluknya. Ia lalu mengarahkan camera handphone-nya pada dirinya dan diri Sandra lalu mengambil foto mereka.

“Kau memang ingin mencari kesempatan.” Philip tiba tiba mendorong tubuh Lord Egar dan menarik Sandra. “Ayo Sandra kau foto denganku saja.”

“Jangan mau Sandra, kau foto denganku lagi.”

Young man, jangan berkelahi,” teriak Mr. Chen.

“Kurasa mereka sedang bercanda saja Wang.” Komentar ayah Philip sambil menyeruput kopinya.

“Tidak, kami tidak berkelahi,” teriak Philip sambil tersenyum manis.

“Sudah kalian saja foto berdua,” Sandra melepaskan diri dari Philip dan Lord Egar. “Aku mau membantu Mrs. Chen menyiapkan kamar untuk young man yang satu itu.” Tunjuk Sandra pada Lord Egar, “ayo Mrs. Chen.”

“Ayo,” Mrs Chen tersenyum sambil memegang tangan Sandra.


~

Rumah keluarga Chen berada di sebelah kiri rumah ayah Philip karena di sebelah kanan rumah ayah Philip adalah semak semak.

Bentuk rumah bangunan keluarga Chen tingkat dua. Keluarga Chen hanya mempunyai satu anak yang bernama Rebecca Chen. Rebecca sekarang bersekolah di salah satu sekolah elementary school tidak jauh dari rumah mereka.

Mrs. Chen bercerita tentang Rebecca pada Sandra saat berjalan menuju rumahnya.

“Rebecca sudah tidur sekarang.” Mrs. Chen tersenyum pada Sandra, “aku memang membiasakan dia agar jangan tidur terlalu larut. Ayo, kita ke atas, kamar tamu ada di atas.”

“Baik,” Sandra mengikuti Mrs. Chen naik ke atas tangga.

“Temanmu tampan tampan ya, mereka berdua kelihatannya menyukaimu, kau beruntung Miss. Ricardo.”

Sandra tertawa, “Panggil aku Sandra saja. Tidak, dugaan Anda salah. Philip sahabatku, dan Mr. Maxmillian juga sahabatku. Khusus untuk Mr. Maxmillian, dia sudah punya pacar.”

“Tidak mungkin,” komentar Mrs. Chen.

“Kok tidak mungkin sih?”

“Dia begitu menyukaimu. Itu kelihatan dengan jelas. Kalau punya pacar, kenapa pacarnya tidak ikut liburan kesini?”

“Ya mungkin ada keperluan atau apa.” Jawab Sandra. “Wah kamarnya cukup luas.” Sandra memperhatikan keadaa kamar.

“Ya, ini memang khusus kamar tamu. Kamar kami ada di bawah. Kamar Rebecca juga. Orangtuaku atau orangtua suamiku kalan berkunjung ke sini selalu tidur di kamar ini. Aku ambilkan seprai dulu ya.”

“Baik, terima kasih.” Sandra mengangguk. Sandra lalu berjalan ke arah jendela dan memperhatikan suasana malam di luar jendela.

“Ini seprainya,” Mrs. Chen kembali lagi sambil membawa seprai.

“Biar aku pasangkan,” Sandra langsung memasang seprai ke atas tempat tidur.

“Apa kalian masih lama ngobrol di depan api unggunnya?” Mrs. Chen memperhatikan Sandra yang sedang menumpuk bantal.

“Entahlah, bagiku tidak masalah tidur jam berapapun, aku terbiasa tidur larut.”

“Ooh.”

“Seharusnya Philip sering sering menjenguk ayahnya. Kasihan ayahnya hanya sendiri di sini.”

“Philip di sana kerja,” ujar Sandra.

“Ya, ayahnya cerita. Ia sebenarnya sudah mengajak Philip dan adiknya tinggal bersamanya, tapi mereka tidak mau.”

“Kenapa ayahnya tidak menikah lagi?” tanya Sandra.

“Entahlah, mungkin dia masih terkenang pada almarhum isterinya.”

“Tapi menurutku seharusnya ia menikah lagi, biar ada yang menemaninya.”

“Kau benar.”

“Sudah selesai,” Sandra tersenyum ketika baru selesai memasangkan bed cover ke atas tempat tidur.

“Kau seharusnya menjadi isteri Mr. Maxmillian, kau perhatian padanya, dia perhatian padamu, kalian cocok.”

“O, ya?” Sandra tertawa.

“Yah, kau tidak mungkin merapikan kamar tempat menginap Mr. Maxmillian kalau kau tidak perduli padanya.”

“Aku cuma tidak mau merepotkan Anda Mrs. Chen, sungguh.”

“Ya, tentu, terserah katamu. Tapi aku melihat percikan cinta itu dimatamu.”

“Percikan cinta?” Sandra kembali tertawa, “Anda ada ada saja.”

“Gerak gerik tubuh seseorang itu kelihatan loh kalau sedang jatuh cinta. Itu sifatnya alami. Juga pancaran matanya.”

“Oh, begitu?”

“Iya, begitu.”

‘Jadi, menurut Anda pancaran mata Mr. Maxmillian padaku seperti apa?”

“Ehm.. berbinar binar. Dia sering memandangmu, itu sudah pasti. Dia memperhatikan betul tiap kali kau tersenyum, tertawa atau sedang berbicara, dengan kata lain dia terpesona padamu dan tidak mau mengalihkan pandangannya pada hal lain kecuali pada dirimu. Salah satu tanda tanda orang sedang dimabuk cinta seperti itu. Jelas itu.”

“Tapi bagaimana Anda bisa mengambil kesimpulan seperti itu padahal kita hanya ngobrol kurang dari dua jam.”

“Itu memang kebiasaanku. Dari dulu aku selalu begitu, selalu memperhatikan orang orang disekitarku, mencoba menebak nebak karakter orang itu seperti apa kalau baru bertemu dengan orang baru. Kalau sedang berkumpul di suatu pertemuan aku lebih suka diam dan memperhatikan orang orang daripada banyak bicara.”

“Yah, mudah mudahan kesimpulan Anda bernar, karena pastinya aku sangat gembira kalau itu benar,” Sandra tersenyum.

“Mudah mudahan.” Mrs. Chen mengangguk setuju, “ayo kita kembali ke rumah Mr. Raven.”

“Ayo.” Sandra mengangguk dan mengikuti langkah Mrs. Chen menuju pintu kamar.

~ ~

Lord Egar memperhatikan Rebecca Chen sambil tersenyum. Ia saat ini sedang berada di ruang makan keluarga Chen. Ia dipaksa Mrs. Chen untuk sarapan, padahal Lord Egar berencana sarapan di luar. Tapi karena menghormati tuan rumah, Lord Egar akhirnya sarapan bersama Mrs. Chen dan puteri kecilnya. Ia dibuatkan omellet telur oleh Mrs. Chen. Mr. Chen sudah berangkat kerja pagi pagi sekali. Ia bekerja di pabrik mobil milik perusahaan Jepang.

“Itu apa?” tanya Lord Egar memperhatikan beberapa pigura yang ditumpuk di hadapan Rebecca,

“Ini pigura hasil karyaku.” Jawab Rebecca.

“O, ya? Kenapa bikinnya banyak?”

“Karena mau aku jual.”

“Dijual?”

“Iya, untuk acara bazzar di sekolah. Hasil penjualan piguraku nanti akan disumbangkan pada temanku Belinda. Ayahnya baru dipecat dari pekerjaannya.”

“Di sekolah Becky memang seperti itu. Rutin sebulan sekali diadakan acara Bazzar. Semua anak diberi kebebasan untuk berkreasi membuat apa saja. Lalu kreasi mereka dijual diacara bazzar yang diadakan di sekolah,” Mrs. Chen menjelaskan pada Lord Egar.

“Oh, begitu.”

“Ya. Keperluan amalnya berbeda beda tergantung teman temannya membutuhkan apa. Kalau ada yang sakit, biasanya disumbang untuk biaya pengobatan, pokoknya berbagai macam keperluan. Dan sekarang kebetulan ayah Belinda baru dipecat dari pekerjaannya sementara anaknya banyak, isterinya tidak bekerja, jadi guru Becky berinisiatif bulan ini memberikan sumbangan pada Belinda. Guru Becky mengajarkan pada anak muridnya untuk mempunyai jiwa sosial yang tinggi pada sesama, untuk saling tolong menolong.”

“Kalau aku membeli piguramu sekarang, boleh Becky?”

“Tidak,” Becky menggeleng. “Anda harus datang ke acara bazzar dan membelinya di sana.”

“Dan kapan acara bazzarnya?”

“Minggu depan.”

“Wah, minggu depan aku sudah pulang ke negaraku,” Lord Egar tersenyum.

“Tidak apa apa,” Mrs. Chen ikut tersenyum, “ini bukan hal yang terlalu serius.”

“Selamat pagi,” Sandra tiba tiba masuk ke dapur keluarga Chen.

“Selamat pagi Sandra.” Ujar Mrs. Chen. “Wah kau cantik sekali pagi ini.”

“Memang kemarin tidak?” Sandra tertawa, “aku datang ke sini karena ayah Philip ingin  Mr. Maxmillian sarapan dirumahnya.”

“Dia sudah sarapan di sini.” Ujar Mrs. Chen, “tapi kalau mau sarapan lagi di rumah Mr. Raven silahkan.”

“Tidak, terima kasih,” Lord Egar tertawa, “aku sudah kenyang. Terima kasih banyak Mrs. Chen atas sarapannya yang lezat.”

“Sama sama.”

“Aku mau membereskan tendaku sekarang.” Ujar Lord Egar, “aku masih boleh menginap di sini Mrs. Chen?”

“Tentu, tidak masalah. Kau boleh menginap selama kau mau.”

“Terima kasih.”

“Ya. Aku sekarang mau mengantar Becky sekolah dulu. Sampai bertemu lagi.”

“Sampai bertemu Mrs. Chen,” ujar Sandra dan Lord Egar berbarengan.

Mrs. Chen melambaikan tangannya pada mereka kemudian mengambil pigura pigura Rebecca, sementara Rebecca sudah berlari lebih dulu keluar rumah.

“Aku mau kembali ke rumah Philip, sarapanku belum selesai.” Ujar Sandra setelah Mrs. Chen pergi.

“Oke,” Lord Egar mengangguk, “acaramu hari ini apa Sandra?” tanya Lord Egar sebelum Sandra pergi.

“Aku tak tahu, mungkin pergi ke museum. Philip ingin pergi ke museum.”

“Pergi ke museum?”

“Ya, memang kenapa?”

“Aku sebenarnya sudah membuka kantor cabang baru untuk memasarkan boneka Princess Sabrina di Los Angeles sini, dan aku ingin mengajakmu ke sana. Ada banyak stok yang sudah dikirim ke sini. Aku ingin mengambil beberapa boneka itu untuk kuberikan pada Rebecca dan teman temannya, menurutmu mereka akan suka?”

“Tentu saja,” Sandra tertawa, “semua gadis muda akan suka boneka Princess Sabrina. Wah Anda baik sekali memberi boneka itu pada Rebecca dan teman temannya.”

“Ini sebagai ucapan terima kasih, karena aku sudah diperbolehkan menginap di sini.”

“Ya, tentu.” Sahut Sandra,  “aku pergi sekarang. Nanti aku lihat apa aku bisa pergi denganmu atau tidak. Tadi ada beberapa sepupu Philip datang, mungkin Philip akan pergi dengan mereka, entahlah, lihat nanti.”

“Oke, nanti aku menyusul.”

“Oke.” Sandra tersenyum dan berlalu.

Lord Egar menghabiskan kopinya dulu sebelum akhirnya pergi ke rumah ayah Philip. Ia bermaksud akan membongkar tendanya. Ia kemarin membeli tenda itu secara dadakan. Ia pergi membelinya beberapa saat setelah ia tiba di rumah ayah Philip. Ia langsung pergi naik taksi untuk membeli peralatan berkemah. Tapi ternyata tenda itu sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dibongkar.

Sampai di halaman rumah ayah Philip, ada banyak anak kecil main hide & Seek di sekitar tenda. Lord Egar jadi ragu ragu mau membongkarnya.

“Aku baru membongkar tenda ini,” ujar Lord Egar saat melihat ayah Philip menghampirinya.

“Cucu cucuku senang bermain di sana, kurasa, kalau Anda tidak keberatan, tidak usah dibongkar dulu untuk sementara waktu.”

“Menurut Anda begitu?”

“Ya.”

“Ini tidak membuat rumah Anda jadi berantakan?”

“Tidak,” ayah Philip tertawa, “lihatlah, anak anak itu senang bermain disana.”

“Kalau mereka suka, tenda itu aku berikan pada mereka, aku tak membutuhkannya lagi.”

“Betulkah?” tanya ayah Philip heran, “itu tenda mahal Mr. Maxmillian.”

“Tidak apa apa. Aku tidak mungkin juga pulang dengan membawa peralatan berkemah seperti itu.”

“Baiklah kalau begitu, terima kasih.”

“Ya, tentu.”

“Ayo masuk ke dalam, rumahku sedang ramai karena keponakanku dan anak anak mereka sedang berkunjung ke sini.”

“Tidak apa apa.”

Sandra nampak tersenyum padanya di kejauhan. Ia berdiri di teras Mr. Raven yang asri. Melihat Sandra tersenyum padanya seperti itu membuat Lord Egar sangat bahagia. Dan tiba tiba Lord Egar tersadar. Ia ingin melihat senyum Sandra sesering mungkin. Ia ingin mendengar suara Sandra setiap hari. Dan, saat ini, detiki ini, di halaman rumah Mr. Raven yang luas, Lord Egar akhirnya tahu apa yang benar benar diinginkannya.

“Hai,” Sandra tiba tiba berjalan ke arahnya. “Aku sudah bicara dengan Philip, Philip ingin pergi denganku.”

Lord Egar diam, perasaan kecewa tiba tiba menerpa hatinya.

“Tapiii…. Sepupu sepupu Philip memaksa Philip pergi dengan mereka sahingga aku bisa pergi denganmu.”

“Sungguh?”
“Ya.” Sandra mengangguk, “sebentar, aku ambil tasku dulu.”

“Tentu,” Lord Egar tersenyum senang.

“Jam makan siang kau harus sudah pulang Sandra!” Philip nampak menjejeri langkah Sandra ketika Sandra keluar dari rumah sambil menenteng tas tangannya. “Kau harus makan siang bersamaku!”

“Iya, aku pulang.”

Bermimpilah bisa makan siang bersama Sandra Mr. Raven. Lord Egar memperhatikan mereka dari kejauhan. Karena aku tidak akan membawa Sandra pulang sampai tengah malam nanti, sampai saatnya  Sandra beristirahat.

“Kita pergi naik taksi?” Sandra tersenyum ketika tiba di hadapan Lord Egar.

“Ya, kita naik taksi ke tempat penyewaan mobil. Aku mau menyewa mobil selama kita ada disini agar lebih mudah kemana mana.”

“Kedengarannya menarik,” ujar Sandra. “Ayo.”


~
Kantor pemasaran boneka Princess Sabrina yang baru dibuka Lord Egar terletak tidak jauh dari pesisir pantai Santa Monica.

Kantor itu merupakan kantor pusat pemasaran untuk wilayah Amerika. Gudang penyimpanan boneka Princess Sabrina - yang sudah dipacking dan siap dijual - cukup besar. Paling tidak ada lima gudang penyimpanan di sana.

Ada dua puluh orang yang bekerja di kantor Pemasaran boneka Princess Sabrina di Los Angeles. Kantor itu pula yang nanti akan memasok boneka Princess Sabrina ke toko mainan atau mal mal yang ada di beberapa kota besar di California.

Yang bertanggung jawab atas beroperasinya kantor tersebut adalah Benjamin Fred. Dulu, selama proses pendirian kantor di sana Lord Egar sering berdiskusi dengan Mr. Fred. Lord Egar hanya beberapa kali datang ke sana. Selebihnya komunikasi dilakukan lewat telepon atau internet.

Mr. Fred gembira bosnya datang mengunjunginya. Ia dengan segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan tiga kardus boneka yang diminta Lord Egar yang akan Lord Egar berikan pada Rebecca Chen dan teman temannya.

Anak buah Mr. Fred langsung menaruh boneka boneka itu di bagasi mobil yang disewa oleh Lord Egar. Lord Egar menyewa mobil yang dikendarainya hingga ia kembali pulang ke Hall of City hari Selasa siang.

Lord Egar lalu memperkenalkan Sandra pada Mr. Fred dan anak buahnya yang lain. Mereka lalu ngobrol dan berdiskusi tentang penjualan boneka Princess Sabrina yang menurut mereka penjualannya sangat bagus. Lord Egar akhirnya mentraktir mereka semua makan siang dengan cara delivery order.

Selesai makan siang, Sandra dan Lord Egar akhirnya mengunjungi beberapa tempat wisata seperti Walk of Fame, Olvera Street, Robertson Boulevard dan Sunset boulevard.

Di Walk of Fame Sandra banyak mengambil foto nama nama public pigure yang ia idolakan. Nama nama itu diabadikan di trotoar sepanjang 15 blok di Hollywood Boulevard  dan 3 blok di Vine Street. Sandra cukup banyak memborong souvenir yang dijual di sana. Ia membeli souvenir itu untuk teman teman kerjanya.

Acara shopping Sandra berlanjut ke Olvera Street.  Disana Sandra mencari oleh oleh untuk keluarganya. Ia membeli kaos dan jaket untuk Matthew, Aaron dan ayahnya serta membeli tas etnik cantik untuk ibunya dan ibu tirinya. Ia juga membelikan Philip dan ayahnya jaket.

Olvera Street adalah jalanan pertama di Los Angeles. Olvera Street merupakan salah satu tempat favorit untuk berbelanja. Bangunan di sana masih dijaga keasliannya.

Dari Olvera Street, Sandra lanjut berbelanja di kawasan Robertson Boulevard. Sandra ingin membeli oleh oleh untuk Bianca, Casey, Ivanka dan Sassy. Sandra berhasil menemukan syal dan mantel bulu yang halus untuk mereka. Ia juga membeli syal rajut untuk Lord Egar dan langsung memakaikan syal itu pada Lord Egar.

Lord Egar hanya menemani Sandra berbelanja, ia tak membeli apa apa. Ia lebih sering mengambil foto Sandra saat berjalan di trotoar di sepanjang Walk of Fame, atau sedang sibuk menenteng tas belanjaannya di Olvera Street dan Robertson Boulevard. Di sela sela belanja, mereka sempat makan es krim dan makan pasta.

Menjelang senja Lord Egar mengarahkan mobil sewaannya ke Sunset Boulevard. Disana mereka menyaksikan keindahan matahari terbenam, hingga akhirnya mereka makan malam di sebuah restoran eksklusif, masih di Sunset Bolevard.

Philip marah marah ketika Sandra pulang lewat jam sepuluh malam. Ia tadi siang terus terusan menelepon Sandra tapi Sandra bilang handphonenya tidak aktif karena lupa menchargernya.

Walau mendapat omelan dari Philip, Sandra tetap merasa gembira, karena bisa menghabiskan waktu dengan Lord Egar ditempat indah dan eksotik - di salah satu kota tersibuk di dunia - seharian. Sandra tak akan pernah melupakan kebersamaannya dengan Lord Egar hari ini.

~ ~

Setelah hari Minggu kemarin Sandra jalan jalan seharian dengan Lord Egar, maka pada hari Senin Sandra meluangkan waktunya untuk menemani Philip jalan jalan.

Philip pergi berdua dengan Sandra dengan menggunakan mobil ayahnya. Sandra tidak berani mengajak Lord Egar pergi karena Philip pasti tidak akan mengijinkan., - mengingat Lord Egar yang sudah membawa Sandra pergi seharian kemarin-.

Namun walau Lord tidak ikut dengannya, Sandra terus berkomunikasi dengan Lord Egar dengan saling mengirim pesan.

Seperti rencana semula, Philip mengajak Sandra ke beberapa museum yang ada di Los Angeles. Kegiatan jalan jalan ke museum menurut Philip adalah salah satu kegiatan yang disenangi ibunya saat ibunya masih hidup dulu sehingga Philip sering terkenang ibunya kalau sedang jalan jalan ke museum seperti ini.

Setidaknya ada tiga museum yang mereka kunjungi; Los Angeles County Museum of art, La Brea Tar Pits Museum dan The Grammy Museum.

Los Angeles County Museum of Art  adalah museum seni terbesar yang berada di Amerika serikat bagian barat. Terdapat lebih dari 150.000 karya seni sepanjang sejarah hingga saat ini. Karya seni yang ada disana bukan hanya dari Amerika tapi dari beberapa negara lainnya seperti Cina, Mesir, Yunani dan negara lainnya. Koleksi seni yang ditampilkan antara lain patung dan keramik antic karya seniman asal Jepang, Cina dan Korea.

La Brea Tar Pits Museum adalah wisata museum yang menampilkan tentang sejarah fauna di California. Fauna fauna tersebut dipamerkan dalam bentuk skelator seperti serigala, macan, unta dan yang lainnya.

The Grammy Museum adalah sebuah museum interaktif dan edukasional mengenai sejarah dan pemenang Grammy Awards. Informasi mengenai Grammy Awards bisa didapat melalui multimedia layar sentuh, video dan booth rekaman. Terdapat juga kostum, alat musik, lirik lagu dengan tulisan asli, piringan hitam sampai rekaman audio dan video.

Selesai mengunjungi museum mereka makan pizza, lalu Sandra melanjutkan acara belanjanya karena kemarin ia belum belanja untuk kepentingannya sendiri.

Saat Sandra dan Philip jalan jalan, Lord Egar memutuskan untuk tinggal di kamar keluarga Chen tempat ia menginap. Ia berkomunikasi dengan anak buahnya dari sana dengan melalui internet. Ia menerima laporan dari perusahaan konstruksi tentang perkembangan perusahaan. Ia juga menerima laporan tentang penjualan boneka Princess Sabrina dari kantor pusat pemasarannya di Redwood. Dan ia juga menerima laporan dari sekretaris pribadinya di kantor Governor Hall of City.

Lord Egar masih bekerjasama dengan salah satu pabrik mainan di Fillmore Green yang terletak di Redwood untuk memproduksi boneka Princess Sabrina. Kini kemasan boneka Princess Sabrina bisa ditemukan dalam pakaian berkuda, memakai baju balet dan memakai baju princess, tidak dalam kemasan pakaian bayi lagi.

Ia hanya menyewa alat produksi saja karena seluruh bahan untuk memproduksi boneka Princess Sabrina ia yang menyediakan.

Khusus untuk usaha boneka Princess Sabrina ia punya kantor sendiri yang terletak tidak jauh dari pabrik mainan yang ia sewa. Tapi bukan ia yang menjalankan secara langsung usahanya dari sana. Ia hanya terus menerima laporan. Tentang berapa biaya yang harus ia keluarkan untuk suatu produksi secara berkala juga tentang keuntungan yang ia raih juga secara berkala.

Kantor utama Lord Egar adalah di perusahaan konstruksinya. Ia juga berkantor di kantor governor Hall of City. Hanya kedua tempat itu yang sering didatangi oleh Lord Egar.

Lord Egar mengambil boneka Princess Sabrina sebanyak tiga kardus dari kantor pemasaran di Santa Monica. Satu kardus isinya kurang lebih lima puluh boneka. Ia memberikan dua kardus pada Mrs. Chen, dan mempersilahkan Mrs. Chen nanti mau memberikannya pada siapa. Satu kardus lagi ia berencana memberikannya pada teman Rebecca yang bernama Belinda.

Maka untuk pergi ke rumah Belinda, ia menunggu Rebecca pulang sekolah. Rebecca senang sekali mendapat boneka dari Lord Egar. Ia mengucapkan terimakasih. Ia loncat loncat saking gembiranya. Ia lalu menelepon sahabat sahabatnya dan mengatakan pada sahabat sahabatnya bahwa mereka juga akan mendapatkan boneka Princess Sabrina seperti dirinya.

Rebecca lalu mengantar Lord Egar ke rumah Belinda dengan menggunakan mobil sewaan Lord Egar. Mrs Chen tidak bisa ikut karena sedang memasak.

Rumah Belinda terletak beberapa blok dari rumah Rebecca. Seperti Rebecca, Belinda juga senang mendapat boneka Princess Sabrina. Ia akan membagi bagikan boneka itu pada saudara saudaranya.

“Ayahmu ada Belinda? Aku ingin bicara.” Ujar Lord Egar setelah ia menyerahkan boneka Princess Sabrina pada Belinda. Mrs. Travis, ibu Belinda sedang membuatkan minum untuk Lord Egar.

“Ada di kamar,” ujar Belinda sambil tersenyum, “sebentar aku panggilkan.”

“Ya, terima kasih.”

Tidak lama kemudian Mr. Travis datang menghampiri Lord Egar. “Selamat sore, aku Alex Travis, Belinda bilang kau mencariku?”

“Ya, Mr. Travis, aku Egar Maxmillian, aku tamu di rumah keluarga Chen.”

“Wah, pantas ada Becky main ke sini, apa kabar Sayang?” Mr. Travis tersenyum pada Rebecca.

“Kabar baik Mr. Travis.”

“Ini minum Anda,” Mrs. Travis datang membawakan minum untuk Lord Egar.

“Terima kasih.” Lord Egar duduk kembali setelah tadi berdiri untuk menyalami Alex Travis.

“Begini,” ujar Lord Egar setelah Mr. Travis duduk dihadapannya. “Rebecca bilang, Anda sedang tidak bekerja sekarang.”

“Ya, aku kena pemutusan hubungan kerja. Aku kerja di perusahaan property. Perusahaan kami biasanya menerima tender dari para klien untuk membangun suatu gedung, mal atau semacam itu, tapi akhir akhir ini sedang tidak ada klien sehingga kami menganggur tiap harinya, tidak banyak yang bisa kami lakukan. Bosku menekan pengeluaran dengan merumahkan beberapa karyawannya termasuk aku.”

“Anda bekerja di bagian apa?”

“Hanya pekerja kasar biasa, aku kerja di lapangan.”

“Ehm, kalau Anda berminat, mungkin Anda bisa kerja ditempatku?”

“Tentu saja, aku sedang sangat butuh pekerjaan sekarang. Anakku lima, aku dan isteriku menganggur. Kami sedang mengalami kesulitan saat ini.”

“Ya,” Lord Egar mengangguk, “kantorku ada di Santa Monica, kantor di sini memasarkan boneka boneka ini,” tunjuk Lord Egar pada salah satu boneka Princess Sabrina “ke toko mainan atau supermarket atau toko lainnya yang mau menjual boneka ini.”

“Tentu, tidak masalah tuan, pekerjaan apapun itu tidak masalah bagiku.”

“Aku tidak tahu bagian yang cocok untukmu di sana apa, biar Mr. Fred yang memutuskan. Ia yang bertanggung jawab untuk kantor pemasaran di sini. Ia juga yang menentukan gajimu nanti. Aku tidak ikut campur dalam hal ini. Tapi aku bisa pastikan bahwa gajinya disesuaikan dengan gaji pekerja lainnya. Sesuai dengan standard di kota ini.”

“Tentu tuan, tidak masalah. Kapan aku bisa mulai bekerja?”

“Besok juga sudah bisa kalau Anda siap.”

“Aku siap. Aku siap sekali. Beberapa hari ini aku terus melamar kesana kemari tapi aku belum mendapat kesempatan dimanapun.”

“Bagus, kalau Anda siap.” Lord Egar tersenyum. “Kalau begitu Anda bisa bekerja secepatnya.”

“Alamat kantornya dimana tuan? Biar aku datang ke sana besok.”

“Kau ikut denganku saja ke sana sekarang. Aku mau pamit pada Mr. Fred karena besok aku meninggalkan LA.”

“Baik, aku ganti baju sebentar. Terima kasih banyak tuan atas bantuannya. Aku sangat menghargainya.”

“Sama sama Mr. Travis.”

Setelah Mr. Travis siap, Lord Egar dan Mr Travis akhirnya pergi menggunakan mobil sewaan Lord Egar. Lord Egar pulang dulu ke rumah keluarga Chen untuk mengantarkan Rebecca pulang. Ia dan Mr. Travis lalu pergi ke Santa Monica. Disana Mr. Travis ia perkenalkan pada Mr. Fred.

Ketika Lord Egar mau pulang, Mr. Travis menolak untuk ikut pulang bersamanya. Ia bilang Lord Egar tak perlu khawatir tentang dirinya karena nanti ia bisa pulang naik bis. Mr. Travis berterima kasih sekali lagi pada Lord Egar karena sudah memberinya kesempatan. Mr. Travis masih tinggal di kantor pemasaran itu lebih lama. Ia ingin melihat situasi kantor dan ingin tahu jenis pekerjaan apa yang ditugaskan Mr. Fred padanya besok.

Lord Egar akhinya pamit pada Mr. Travis dan Mr. Fred. Ia lalu pergi ke tempat penyewaan mobil tempat ia menyewa mobil dan mengembalikan mobil yang disewanya.

Ia lalu pulang ke rumah keluarga Chen dengan menggunakan taksi.

~ ~

Sandra berseru senang saat ayah Philip meminta Sandra untuk memanggilkan Lord Egar makan malam dirumahnya. Dengan penuh semangat Sandra langsung pergi ke rumah keluarga Chen.

Seharian ini ia kangen sekali pada Lord Egar. Walau mereka berdua terus terusan berkomunikasi dengan saling mengirim pesan, tapi tetap saja Sandra merasa kangen.

Sandra masuk ke rumah keluarga Chen dengan melalui pintu dapur, seperti saat memanggil Lord Egar kemarin pagi untuk sarapan, tapi ia terkejut ketika di rumah keluarga Chen sedang ada tamu. Keluarga Chen dan tamunya sedang duduk di meja makan sambil tertawa tawa. Lord Egar ada di antara mereka.

“Sandra, hai,” seru Mrs. Chen saat melihat Sandra, “masuklah, ayo makan bersama kami.”

“Tidak usah, terima kasih, aku ke sini untuk memanggil Mr. Maxmillian karena ayah Philip memintaku untuk memanggilnya.”

“Ooh.” Sahut Mrs. Chen.

“Aku nanti datang ke sana,” ujar Lord Egar, “o, iya perkenalkan ini Mr. Travis dan ini isterinya.”

Sandra menyalami mereka dengan ramah, “hai, aku Sandra, senang bertemu dengan kalian.”

“Kami juga senang bertemu denganmu,” Mrs. Travis tersenyum.

“Mr. Maxmillian baru menawarkan pekerjaan pada Mr. Travis, jadi ia dan isterinya datang ke sini untuk mengucapkan terima kasih.” Ujar Mr. Chen menjelaskan.

“O, ya?” senyum Sandra, “itu bagus.”

“Anda isteri Mr. Maxmillian?” tanya Mr. Travis tiba tiba pada Sandra.

Sandra kaget, begitupun Lord Egar, mereka saling bertatapan tanpa tahu harus bilang apa.

“Doakan saja mereka bisa cepat menikah,” Mrs. Chen tertawa, “mereka pasangan yang cocok bukan?”

 “Tentu,” jawab suami isteri Travis berbarengan.

Sandra merasa wajahnya panas, “aku harus pergi sekarang.” Pamit Sandra, “Philip dan ayahnya menungguku.”

“Tentu, silahkan.” Ujar Mrs. Travis sambil tersenyum.

Sandra segera berlalu dari dapur keluarga Chen dan menutup pintu.

Aku, isteri Mr. Maxmillian? Ujar Sandra dalam hati, ada ada saja. Kalau benar begitu, aku bisa dimusuhi oleh Dawn, Karen atau teman teman pramugariku yang lain yang tidak rela pria idaman mereka jadi milikku. Belum lagi wanita lainnya se-Hall of City atau se-Fillmore Green mereka pasti tidak rela pria pujaan mereka menikah dengan orang seperti aku. Keselamatanku bahkan bisa jadi terancam. Aku bisa saja diculik oleh sebagian dari para wanita yang patah hati itu dan aku dilenyapkan dari muka bumi ini.

Sandra termenung sambil berjalan tanpa sadar Lord Egar sudah menjejeri langkahnya. Tangan Lord Egar meraih tangan Sandra dan menggenggamnya.

“Aku merasa tidak enak kalau tidak memenuhi undangan ayah Philip karena kemarin aku menolak sarapan dengannya. Apalagi besok kita sudah pulang.” Ujar Lord Egar sambil melangkah di samping Sandra.

“Ya, Anda betul,” ujar Sandra. “Tamu tamu Anda bagaimana?”

“Mereka sudah pamit padaku, sebentar lagi mereka pulang.”

“Oh.” Sandra lalu terdiam, “ehm ngomong ngomong, Anda memberi Mr. Travis pekerjaan. Memang ia tak bekerja?”

“Tidak, ia sedang tidak bekerja.”

“Anda tahu darimana ia tak bekerja?”

“Dari Rebecca. Puteri suami isteri Travis teman sekolah Rebecca.”

“Oh.”

“Bagaimana acara jalan jalanmu hari ini?”

“Cukup oke dan cukup melelahkan,” Sandra tersenyum.

“Bisakah kalian cepat sedikit?” Philip berdiri di depan teras sambil memandang Sandra dan Lord Egar kesal. “Makananku sudah mau dingin. Ayah tidak memperbolehkan aku makan kalau kalian belum datang!” Gerutunya sambil kembali ke dalam rumah.

Sandra tertawa, ia lalu menarik tangan Lord Egar untuk segera memasuki rumah ayah Philip.

“Mr. Maxmillian, terima kasih tendanya, cucu cucuku suka sekali dengan tenda itu. Mereka mengundi siapa duluan yang bisa memakai tenda itu untuk mereka dirikan di depan rumah mereka. Anda sudah memberi mereka ide.”

“Sama sama Mr. Revan. Aku senang kalau cucu cucu Anda menyukainya.”

“Iya, mereka sangat antusias. Ayo silahkan duduk, ayo kita makan. Tidak setiap hari aku kedatangan tamu orang orang seperti kalian. Kalian menyenangkan,” ujar Mr. Revan pada Sandra dan Lord Egar. “Kalian besok sudah pulang ya?”

“Iya.” Sandra mengangguk.

“Sama sama lagi pulangnya?”

“Aku tidak dapat tiket untuk jam penerbangan Sandra dan Philip,” ujar Lord Egar sambil mengambil kentang bubuk dan mencampurnya dengan irisan wortel, buncis dan daging cincang.

“Kok bisa begitu?”

“Aku pergi ke sini dadakan, tidak jauh jauh hari jadi kehabisan tiket untuk pulang bareng.”

“Dan mereka tidak dadakan?” tanya ayah Philip.

“Tidak ayah, aku dan Sandra sudah membeli tiket lebih dulu.” Jawab Philip malas.

“Jadi jam berapa penerbanganmu besok?”

“Siang, aku dapat tiket untuk penerbangan siang hari sementara Sandra dan Philip pagi hari.”

“Tiket ekonomi?” tanya ayah Philip lagi.

First class.” Sandra dan Philip menjawab berbarengan. Mereka tidak tahu tiket Lord Egar apa, mereka cuma menebak.

First Class?” Ayah Philip terkejut. “Benarkah?”

Lord Egar tersenyum, “yeah, first class.”

 “Pekerjaanmu pasti asik sekali di sana.” Komentar ayah Philip.

“Ayah, ayah tahu siapa produsen mobil Maybach Exelero di Hall of City?” tanya Philip.

“Mr. Maxmillian? Itu pekerjaannya yang asik?”

“Bukan.”

“Lalu siapa?”

“Kan aku yang bertanya pada ayah barusan.”

“Hah, kau ini.”

“Intinya, Mr. Maxmillian adalah salah seorang pejabat di Hall of City. Ia juga pengusaha sukses.” Jelas Philip. “Ya, ayah bisa perkirakan berapa jumlah kekayaan seorang pejabat dan pengusaha sukses sekaligus.”

“Pejabat?”

“Ya, dia governor Hall of City?”

Governor?” Ayah Philip berteriak kaget. “Aku menyediakan makan malam kentang bubuk, irisan buncis, irisan wortel, daging cincang dan ayam goreng untuk seorang governor Hall of City?’

“Tidak apa apa Mr. Revan, ini enak sekali, terima kasih.” Lord Egar tersenyum.

“Dan kau kemarin malam membiarkan seorang governor Hall of  City mau bertenda di depan rumah kita? Kau kurang ajar sekali Philip.”

“Ayah, dia sedang bertualang ayah. Itu memang kemauannya.”

“Tidak apa apa Mr. Raven aku berterima kasih pada Philip karena mau direpotkan dengan kehadiranku.” Ujar Lord Egar lagi.

“Tuh, ayah dengar kan!”

“Ya baiklah, tapi sayang sekali kalian besok pulang, padahal kalian belum main ke barku.” Ujar ayah Philip sambil memperhatikan Sandra, Lord Egar dan Philip makan.

“Ini masih sore, bagaimana kalau kita pergi ke sana setelah makan?” usul Lord Egar.

“Menurutmu begitu?” ayah Philip tertawa senang. “Kalau kalian tidak keberatan, mari kita pergi.”

“Tidak, aku tidak keberatan,” ujar Sandra.

“Aku juga,” jawab Philip.

“Bagus, aku mau ambil kunci mobilku dulu.”

~ ~


BAB SEMBILAN



Rasanya nyaman berada di rumah lagi. Sandra lebih suka menghabiskan waktunya di kamar untuk beristirahat kalau kebetulan sedang libur. Sesekali ia dan Casey makan malam di luar kalau kebetulan Casey sedang malas masak.

Jumat malam ini Sandra tiduran di kamarnya lagi. Kadang ia melihat film di laptopnya, kadang mendengarkan musik, kadang membaca novel favoritnya. Kalau ia sedang ingin menonton televisi, ia biasanya menontonnya di ruang tengah. Tapi sekarang Sandra sedang malas nonton televisi, ia lebih suka tiduran sambil mendengarkan musik favoritnya lewat earphone.

Sudah sebulan ini Sandra tak pernah bertemu Lord Egar lagi, tepatnya sejak mereka liburan bersama ke Los Angeles. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing masing. Bahkan berhubungan lewat telepon pun tidak.

Tapi entah kenapa, Sandra merasa yakin Lord Egar memikirkan dirinya seperti ia juga memikirkan Lord Egar. Sandra dapat merasakan kalau Lord Egar sayang padanya.  Semua perhatiannya padanya selama ini menunjukkan hal itu. Perhatiannya tulus dan tidak dibuat buat. Ia benar benar perduli pada diri Sandra. Tapi entah kenapa, sepertinya ada suatu penghalang dari diri Lord Egar yang membuat hubungan mereka tidak bisa lebih dari seorang teman.

Sandra merasa yakin bahwa dugaan Philip bahwa Lord Egar hanya ingin bersenang senang dengannya salah. Selama bersama Lord Egar di Los Angeles kemarin, ia sangat sopan pada Sandra. Tindakannya terjaga dan tidak berlebihan. Ia memperhatikan Sandra sekaligus memberi batasan yang tegas.

Jadi kesimpulan Sandra saat ini adalah Lord Egar sangat menyayanginya tapi tidak bisa membuat hubungan mereka lebih dari sekedar teman. Pada mulanya, Sandra tak begitu perduli tentang hal itu, tapi akhir akhir ini perasaannya mulai sering terganggu. Ia mulai merasakan rasa sakit seperti yang Philip khawatirkan. Philip pernah bilang agar Sandra jangan berharap banyak pada Lord Egar karena ia akan terluka. Dan luka itu memang mulai dirasakan oleh dirinya.

Tiba tiba saja Sandra jadi marah. Ia marah karena dirinya dan Lord Egar saling merindukan tapi mereka tidak bisa bersama. Ia ingin membuang batasan yang dibuat Lord Egar, membuang atau mencampakkan jauh jauh batasan itu dari diri Lord Egar agar mereka bisa bersama seperti yang mereka inginkan. Tapi Sandra tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.

Karena hubungan yang baik dan harmonis butuh dua orang yang berusaha, bukan hanya satu orang. Kalau hanya Sandra sendiri yang berusaha, ia akan merasa lelah dan pada akhirnya nanti, akan menyerah.

Sandra akhirnya bangun dari tidurnya. Ia ingin meminum jus buah untuk menenangkan pikirannya.

Ia turun ke bawah, membuka kulkas dan menuang jus mangga ke dalam gelas kaca bening dan meminumnya.

Ia melirik ke arah ruang televisi di lantai bawah. Casey nampak serius memperhatikan acara di televisi.

“Acara apa Case?” tanya Sandra sambil menghampiri Casey.

“Oh, ini, red carpet pemutaran pertama film The Lost Village, aku sedang terpukau dengan baju baju yang dikenakan para selebritis perempuan yang cantik dan seksi.”

The Lost Village? Film dalam negeri atau film luar?”

“Film dalam negeri. Selain selebritis yang datang, tamu undangannya terdiri dari beberapa pejabat Hall of City. Kayaknya tadi Lord Egar juga datang.”

“Ya iyalah, dia kan governor di sini.” Sahut Sandra sambil tersenyum.

“Dia datang dengan Faye.”

Oh sial, Sandra menggerutu dalam hati. “Faye pakai baju apa?”

“Rancangan Annamarie.”

“Fiuuh, dia perancang termahal di Fillmore Green saat ini. Harga bajunya selangit. Bianca mulai sering memakai baju rancangannya.”

Casey tertawa. “Satu baju rancangan Annamarie yang Bianca pakai adalah satu tahun gajiku. Kalau aku nekad beli baju rancangannya, aku bakalan tidak makan selama setahun.”

Sandra ikut tertawa mendengar kata kata Casey. “Tapi siapa tahu suatu hari nanti kau bisa memakai baju rancangannya Casey. Siapa tahu.”

“Hah, jangan bermimpi Sandra. Aku harus punya suami kaya raya seperti Prince Larry dulu baru bisa pakai baju rancangan Annamarie.”
“Siapa tahu suamimu nanti kaya raya.”

“Bagiku itu tidak penting, yang penting dia sayang padaku dengan tulus dan aku menjadi orang paling penting dan berharga dalam hidupnya.”

“Oh, so sweet. Ngomong ngomong ada kemajuan dengan Luke?”

“Kemajuan apa?”

“Seperti misalnya, dia putus dengan pacarnya sehingga kau punya harapan dengannya.”

“Tidak, Luke malah sudah memperkenalkan pacarnya pada orangtuanya. Orangtua Luke mendesak Luke untuk segera menikah.”

“O, ya?”

“Ya.”

“Jangan bersedih, tetap semangat, masih banyak pria lain selain Luke.”

“Kau benar.” Ujar Casey.

“Bagaimana kalau Matthew?”

“Sandra, aku kan sudah bilang aku setuju kencan dengan Matthew, tapi dia tak pernah datang ke sini.”

“Matthew sedang sibuk ujian. Nanti kutelepon dia agar besok main ke sini dan pergi denganmu.”

“Dia mungkin kurang menyukaiku, teman teman wanitanya di kampus pasti jauh lebih menarik dariku.”

“Ah, itu gampang, kalau dia tak suka padamu, ya sudah, kencannya tidak usah dilanjutkan.”

“Kau sendiri, kenapa tidak pernah kencan?” Casey memperhatikan Sandra yang kembali meminum jus mangganya.

Sandra diam saja ditanya seperti itu.

“Oh.. aku tahu, kau tak perlu kemana mana karena teman kencanmu ada di rumah ini.”

“Di rumah ini?” Sandra terkejut. “Maksudmu Philip?”

“Iya. Kalian bahkan liburan bareng ke Los Angeles sebulan lalu.”

“Tidak Casey, kami cuma berteman.”

“Kau pikir aku percaya.”

“Aku serius. Kami cuma berteman.”

“Ya sudah, terserah kau saja. Kalau menurutmu begitu ya sudah. Tapi dari yang kuperhatikan Philip sangat perhatian padamu. Sangat perduli padamu.”

“Iya sih, tapi orang yang kucintai sebenarnya bukan dia.” Ujar Sandra pelan.

“Lalu siapa?”

“Aku belum bisa cerita sekarang, tapi nanti pasti kuceritakan padamu.”

“Janji?”

“Ya. Aku janji.”

~

Casey tersenyum menatap Matthew ketika akhirnya Matthew datang ke rumah kontrakan mereka dua hari setelah percakapannya dengan Sandra di ruang televisi kemarin.

“Hai aku Casey Carlton,” ujar Casey sambil tersenyum. “Carlton nama keluarga ibuku. Aku tidak tahu siapa nama keluarga ayahku karena aku tak pernah mengenal mereka.”

“Hai, aku Matthew. Ibumu orangtua tunggal?” tanya Matthew.

“Ya, tapi dia sudah meninggal ketika aku berusia sembilan tahun karena sakit.”

“Aku ikut berduka.”

“Terima kasih.”

“Duduk Matt, kau mau minum apa?” tanya Sandra pada adiknya.

Matt langsung duduk di ruang tamu.

“Air putih saja. Terima kasih Sandra.”

“Oke.” Sandra segera berlalu ke arah dapur untuk mengambil air putih buat Matthew.

Casey duduk di hadapan Matthew dan memperhatikan Matthew. Casey terpukau dengan ketampanan Matthew. “Kau seorang model?” tanya Casey.

Matthew tertawa, “bukan, aku mahasiswa biasa.”

“Kau harusnya jadi seorang model.”
“Tidak, aku tidak tertarik.”

“Kau bisa menghasilkan uang dari sana. Kenapa kau tidak memanfaatkan hal itu? Saat kau punya kesempatan untuk melakukan itu lakukanlah, karena orang lain yang ingin melakukannya mungkin tidak punya kesempatan yang sama denganmu.”

“Casey, apa apain ini,” Protes Sandra. “Matt baru datang dan kau langsung mempengaruhinya untuk jadi seorang model?”

“Karena tubuh dan wajahnya mendukung itu Sandra.”

“Matt mau jadi pengacara, bukan jadi model.” Protes Sandra.

“Menurutku tidak apa apa jadi pengacara sekaligus model. Pengacara pekerjaan tetapnya dan model pekerjaan sambilannya.”

Matt hanya tersenyum. Ia menerima gelas yang berisi air putih yang disodorkan Sandra padanya dan langsung meminumnya.

“Hey, aku punya ide. Salah satu Klien Luke adalah salah satu pemilik agensi model terbesar di Hall of City, namanya Mr. Humberto, mau kukenalkan kau padanya?”

“Casey!” Sandra berteriak kesal.

“Oke, baiklah.” Casey lalu mengambil jaket dan mengenakannya. “Kita akan pergi kemana?” tanya Casey kemudian pada Matthew.

“Kau yang mengetahui seluk beluk Hall of  City, aku bukan penghuni kota ini,” Matt tersenyum, “kau yang menentukan.”

“Kalau begitu kita makan jajanan di pinggir jalan saja. Aku lapar.”

“Kita perlu naik mobil?” tanya Matt.

“Tidak usah, jalan kaki saja. Tidak jauh dari sini ada food street yang menjajakan banyak makanan yang yummy yummy. Wilayahnya cukup ramai dan jadi tempat hangout anak muda di sini.”

“Oke, tidak masalah.” Matt berdiri dari duduknya.

“Kami pergi dulu Sandra,” Casey melambaikan tangannya pada Sandra.

“Selamat bersenang senang,” Sandra tersenyum pada mereka.

~ ~

Casey mengajak Matthew makan di sebuah kedai yang menjual makanan cepat saji. Ia memesan dua porsi fishs and chips, yaitu kentang goreng dan ikan goreng renyah lengkap dengan saus tartarnya, ia juga memesan grilled cheese, roti bakar dengan isi keju yang sangat banyak hingga kejunya meleleh. Ia juga memesan satu bucket ayam goreng renyah untuk camilan. Untuk minumannya ia memesan dua cup coke besar.

“Kau yakin bisa menghabiskan ini semua?” tanya Matthew.

“Aku lapar,” Casey tertawa, “ayo kita makan.”

Casey dan Matthew akhirnya makan dengan lahap.

“Kata Sandra, kuliahmu hampir selesai.” Ujar Casey disela sela ia makan.

“Ya, ini tahun terakhirku.”

“Sandra hebat ya bisa membiayai kuliahmu dan Aaron, aku sangat salut padanya.”

“Ya, dan aku akan berusaha untuk tidak mengecewakannya. Setelah lulus nanti aku akan melamar pekerjaan di firma hukum yang oke dan bekerja dengan serius dan sungguh sungguh.”

“Itu bagus, tapi sementara menunggu kau lulus, mungkin kau bisa mencari uang tambahan dengan menjadi model.”

“Casey, jangan mulai lagi, kau lihat tadi, Sandra tidak suka aku bekerja. Ia ingin aku fokus belajar.”

“Sandra jangan sampai tahu. Kau melakukan ini diantara waktu luangmu saja. Kau negosiasi dengan Mr. Humberto bahwa kau bisa bekerja dengannya saat waktu luangmu saja, Mr. Humberto pasti mengerti.”

“Mr. Humberto?”

“Iya, pemilik agensi model yang aku ceritakan tadi.”

“Tapi dia belum tentu mau menerimaku.”

“Nanti aku bujuk dia, aku pernah bertemu dengannya beberapa kali saat mengantar Luke pergi ke kantornya, aku cukup kenal baik dengannya.” Casey tiba tiba mengeluarkan handphonenya.

“Kau mau apa?” tanya Matthew heran.

“Memotomu,” Casey tersenyum. Ia lalu mengambil foto Matthew beberapa kali. “Coba saja dulu Matt, oke, nanti aku hubungi kau lagi kalau aku sudah berbicara dengan Mr. Humberto.”

“Oke,” jawab Matthew sambil menggigit grilled cheesenya dan memakannya dengan lahap.

~


“Luke itu siapa?” Matthew bertanya pada Sandra dari belakang kemudi mobilnya saat ia mau pulang ke asramanya. Matthew tidak mau menginap. Ia memutuskan untuk langsung pulang setelah mengantar Casey pulang. Sekarang Casey sudah berada di kamarnya.

“Luke? Memang kenapa?” Sandra balik bertanya.

“Sepanjang makan tadi, Casey terus terusan menyebut nama Luke. Aku bisa ambil kesimpulan bahwa Luke adalah rekan kerjanya, tapi kupikir pasti lebih dari itu.”

“Yeah, Luke adalah pria yang disukai Casey saat ini.”

“Jadi, kau mengatur kencanku dengan wanita yang menyukai pria lain?”

Sandra hanya tersenyum, “aku hanya berusaha. Kupikir kalian bisa bersenang senang. Aku bahagia melihat kalian pergi berdua seperti tadi.”

“Tapi aku tak punya kesempatan. Kalau benar Casey menyukai pria yang bernama Luke itu, aku tak punya kesempatan.”

“Hey, siapa tahu perasaan Casey berubah dan ia mulai menyukaimu.”

“Casey tertarik padaku untuk menjadikan aku sebagai model bukan tertarik karena aku seorang laki laki.”

Sandra tertawa. “Sudahlah, jangan dianggap terlalu serius. Kalau kencan kalian tak berhasil, ya sudah.”

Matthew tersenyum, “Kau benar, ngomong ngomong kemarin aku sempat mampir ke rumah ayah. Ayah hanya tiga hari di rumah sakit.”

“Ya, ayah juga sudah meneleponku.”

“Ayah berpesan padaku kalau bertemu denganmu lagi, ucapkan terimakasih padamu karena kau tidak mau menerima lagi uang deposit yang dikembalikan oleh rumah sakit sehingga ayah yang menerimanya.”

“Ayah membutuhkan uang itu.”

“Ya, kau benar. Bagaimana kalau kapan kapan kita berkunjung ke rumah ayah bersama sama, lalu berkunjung juga ke restoran tempat ibu bekerja?”

“Tentu, nanti kulihat waktu luangku kapan, nanti kau keberitahu.”

“Oke, aku pulang sekarang.”

“Hati hati mengemudi, Matt. Peluk cium untuk Aaron.”

Matthew tertawa, “Aaron bukan anak kecil lagi, dia pasti tidak mau kau memeluk dan menciumnya seperti kebiasaanmu dulu.”

“Tetap akan kulakukan kalau aku bertemu dengannya.” Sandra ikut tertawa.

“Sekarang masuklah, di luar dingin,” ujar Matthew sambil menyalakan mobilnya.

“Oke, bye Matthew, aku mencintaimu.”

Bye Sandra, aku juga mencintaimu.”

Mobil Matthew baru berlalu dari hadapan Sandra ketika handphone Sandra berbunyi tanda ada pesan yang masuk. Sandra melihat ke handphonenya, dan langsung tersenyum lebar, ternyata pesan dari Lord Egar.

Jadi, kapan aku bisa mencicipi burger bikinan ibumu yang enak itu?

~ ~


Lord Egar menjemput Sandra di rumah kontrakannya pada hari Selasa jam sembilan pagi. Sandra bilang padanya bahwa hari Selasa ia off, sedangkan hari Rabu ia ada tugas terbang ke Paris.

Lord Egar mengendarai sendiri mobilnya dan tidak diantar supir. Seperti saat menjenguk ayah Sandra di rumah sakit, hari ini Lord Egar mengosongkan jadwal kegiatannya.

Berpisah dengan Sandra selama sebulan ini membut Lord Egar tersiksa. Ia berusaha untuk menjauhkan diri dari Sandra, tidak meneleponnya, tidak mengiriminya pesan. Ia hanya ingin tahu batas ketahanannya sampai dimana, dan dia menyerah. Dia tahu dan semakin yakin bahwa yang ia inginkan hanya bersama Sandra.

“Jadi ayahmu sudah bekerja lagi?” tanya Lord Egar sambil mengemudi dengan kecepatan sedang.

“Sudah. Ayah sudah bekerja lagi, tapi aku sudah berpesan padanya untuk mengurangi makan makanan yang berkolesterol tinggi. Ibu tiriku sekarang sering membekali ayah sayur dan buah untuk makan siangnya.”

“Pekerjaan ayahmu apa?”

“Supir bis. Ia bekerja di salah satu elementary school  di Leefsmall sebagai supir bis sekolah.”

“Ooh. Ibu tirimu bekerja juga?”

“Ya, Whitney bekerja di sebuah salon. Disana juga ia bertemu dengan ayah pertama kalinya, saat ayah sedang potong rambut disana.”


”Maaf, aku tidak bermaksud…”

“Tidak apa apa, aku sudah terbiasa menceritakan ini pada orang orang.” Sandra tertawa, “dulu aku marah marah kalau menceritakan ini, sekarang tidak lagi, karena ibuku sudah bisa menerima semuanya dan tidak bersedih lagi.”

“Itu bagus.”

“Ya. Bagaimana dengan ayah Anda? Ayah Anda tidak bekerja lagi?” tanya Sandra. “Sejak tidak menjabat sebagai Perdana Menteri, aku hampir tidak pernah mendengar berita tentang ayah Anda di televisi lagi.”

“Ya, ayah sekarang benar benar menikmati masa pensiunnya. Kadang kadang ia jadi pembicara di beberapa kampus di Fillmore Green yang mengundangnya untuk memberi kuliah lepas di bidang politik. Selebihnya ia lebih sering membaca buku atau berkuda atau bermain dengan anjing anjing kesayangannya.”

“Wah menarik sekali, anjing jenis apa?”

Siberian Husky. Ayah punya tiga anjing Siberian Husky, dan dua anjing the pembroke wels corgi.”

“Wow, keren.”

“Ya,” Lord Egar tersenyum, “mereka selalu menemani hari hari ayah.”

Sandra dan Lord Egar terdiam lagi untuk beberapa saat.

“Bagaimana kalau kapan kapan kita bertemu ayah dan melihat anjing anjingnya?” usul Lord Egar kemudian, membuat Sandra terkejut.

Sandra pernah berbicara tentang hal ini dengan Bianca. Menurut Bianca, tidak banyak wanita yang pernah diajak Lord Egar bertemu dengan ayahnya. Bianca mendapat informasi itu dari suaminya. Dan masih menurut Bianca, bila Lord Egar sudah memperkenalkan seorang wanita pada ayahnya itu berarti sesuatu.

“Aku senang kalau bisa bertemu ayah Anda,” ujar Sandra sambil tersenyum, “dan anjing anjingnya.”

Lord Egar tertawa, “baiklah, nanti aku jadwalkan kapan kita bertemu ayah.”

~

Sandra dan Lord Egar tiba di restoran tempat Ibu Sandra bekerja mendekati jam makan siang.

Suasana di jalanan yang mereka lewati tadi lumayan macet, sehingga waktu yang mereka tempuh dari Hall of City ke The Metropolis lebih lama dari biasanya.

Sandra memperkenalkan ibunya pada Lord Egar dengan nama gadisnya karena ibunya sekarang sudah janda.

“Ibu sudah menyiapkan tempat ini untukmu dan temanmu, sengaja ibu tulis di meja ini  ‘sudah dipesan’ karena mendekati jam makan siang seperti ini restoran selalu penuh.”

“Terima kasih bu,”

“Iya,” Ibunya tersenym, “kau tulis dulu di sini, kau mau pesan apa.” Ibu Sandra menyerahkan selembar kertas menu pada Sandra.

“Mr. Maxmillian ingin makan burger bikinan ibu seperti yang aku ceritakan di telepon, aku juga ingin burger yang sama.” Ujar Sandra.

“Baiklah kalau begitu, dua burger special untuk kalian berdua dengan kentang goreng yang banyak..”

“Terima kasih Miss. Martin,” ujar Lord Egar pada ibu Sandra.

“Sama sama Mr. Maxmillian. Senang bisa bertemu Anda hari ini.”

“Aku juga senang.” Lord Egar tersenyum.

“Sebentar, aku tinggal dulu.”

“Baik.”

“Ibumu cantik, ia wanita yang ramah.” Komentar Lord Egar ketika ibunya meninggalkan mereka berdua.

“Ya, tapi cantik dan ramah ternyata tidak cukup kuat untuk membuat rumah tangganya bertahan. Aaron masih membenci ayah sampai sekarang.”

“O, ya?”

“Ya, Aaron membenci ayah karena sudah membuat ibu menderita.” Sandra lalu terdiam, ia ingin sekali bertanya tentang ibu kandung Lord Egar tapi ia tak berani melakukannya.

“Anak anak memang sering jadi korban dari orangtua yang bercerai,” ujar Lord Egar pelan.

“Ya.”

“Ibu dan ayahku bercerai ketika aku masih kecil.”

“Aku menyesal mendengar hal itu.”

“It’s ok. Aku sudah melewati masa masa sulit dalam hidupku.”

“Ya.”

“Kau beruntung, walau orangtuamu sudah bercerai, kau masih bisa menemui ayah dan ibumu kapanpun kau mau.”

“Dan Anda tidak?”

“Aku tidak tahu ibuku dimana sekarang. Sejak ia pergi meninggalkan rumah aku tak pernah mengetahui tentang keberadaannya.”

“Anda tidak mencarinya?”

“Pernah, dulu, tapi aku tak berhasil menemukannya sehingga aku berhenti mencarinya.”

“Kurasa ibumu baik baik saja.”

“Kuharap begitu.”

Lalu mereka terdiam sampai akhirnya burger yang mereka tunggu tunggu datang.

“Ini benar benar enak,” Lord Egar tersenyum setelah memakan burgernya dalam satu gigitan,  “Ibumu pintar masak.”

“Ya, kebalikan dariku yang tidak terlalu suka masak.” Sandra merasa senang melihat senyum Lord Egar lagi. Tadi kelihatan jelas kalau ia sangat tertekan ketika membicarakan tentang ibunya.

“Ini kentang goreng kalian,” Ibu Sandra muncul lagi sambil membawakan kentang goreng untuk Sandra dan Lord Egar.

“Burgernya enak Miss. Martin, terutama daging burgernya, resepnya dari Anda sendiri atau resep khas restoran ini?”

“Dari aku. Aku mencoba banyak resep sampai aku menemukan resep yang paling cocok.”

“Itu hebat.”

“Terima kasih.”

“Ibu, memang apa saja bumbu dari daging burgernya?”

“Sandra, kau yakin kau bisa membuatnya?”

“Hey, jangan menyepelekanku.”

“Sebenarnya,” Ibu Sandra akhirnya duduk diantara Sandra dan Lord Egar, “resepnya sederhana, sama saja dengan membuat daging burger pada umumnya, hanya saja aku selalu memilih daging sapi dari bagian chuck, short-loin dan brisket untuk dicampurkan agar menghasilkan aroma daging yang enak. Chuck itu berasal dari paha atas, bahu dan punuk sapi, short-loin berasal dari bagian belakang sapi, sementara brisket adalah potongan daging sapi dari bagian dada.”

“Aku tidak tahu itu,” Sandra tertawa, “kupikir semua daging sapi sama saja walau berasal dari bagian yang berbeda dari tubuh sapi.”

“Tidak Sandra, tentu saja berbeda beda, contoh untuk bahan membuat steak misalnya, ada sirloin yang dagingnya agak keras, ada tenderloin yang memiliki daging yang lembut dan kandungan lemak yang lebih rendah dari sirloin, ada T-bone yang merupakan kombinasi dari sirloin dan tenderloin, ada rib-eye yang berasal dari tulang iga atau tulang rusuk sapi, ada flank yang berasal dari otot perut sapi dan ada chuck, bagian daging sapi yang berasal dari paha depan.”

“Kalau untuk steak aku hanya tahu bagian sirloin, tenderloin dan rib eye saja.”

“Kenapa tidak kau catat keterangan ibumu.” Usul Lord Egar.

“Nanti aku belajar pada ibu, kalau lagi mood memasak.”

“Kalau lagi mood?” tanya Lord Egar. “Dan kapan moodnya?”

“Kapan kapan.” Sandra tertawa, “lanjut Bu, bumbunya apa saja?”

“Bumbunya sama dengan daging burger pada umumnya, campuran dari merica dan garam. Kalau mau bisa ditambahkan irisan bawang bombay dan bawang putih. Cuma yang harus diperhatikan adalah saat memanggang daging, dagingnya jangan ditekan tekan, itu akan membuat daging burger menjadi kering,  karena kadar lemak dari daging tersebut berkurang saat ditekan tekan.”

“Ooh begitu.”

“Kukira Ibu harus bekerja lagi, ayo kalian makan lagi.” Ibu Sandra berdiri dari duduknya.

“Ibu, aku lagi tertarik mendengarkan resep rahasia dari Ibu.”

“Kapan kapan ibu lanjutkan Sandra, ayo lanjutkan makanmu sebelum menjadi dingin.”

~ ~

“Lord Egar bercerita tentang ibunya?” teriak Bianca tak percaya. Sandra langsung menelepon Bianca ketika Lord Egar sudah mengantarnya pulang dan kembali ke kantor governor Hall of City. “Kau yakin?”

“Ya yakinlah Bianca, masa aku berbohong.”

“Tidak, maksudku bukan itu. Egar hampir tak pernah bercerita tentang ibunya pada siapapun termasuk pada suamiku.”

“Iya sih, tapi dia ceritanya juga tidak banyak.”

“Tidak apa apa, yang penting ia sudah mau bercerita. Dan kau tahu itu artinya apa?”

“Apa Bianca?”

“Egar percaya padamu. Ia mau membuka diri, padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini.”

“Baguslah kalau begitu, nanti akan kupancing lagi agar ia mau bercerita tentang ibunya lebih banyak dari yang tadi.”

“Ya itu bagus.”

“Bianca,”

“Ya?”

“Mr. Maxmillian juga mengajakku bertemu dengan ayahnya.”

“Sandra apa yang sudah kau lakukan padanya! Kau benar benar sesuatu.”

Sandra tertawa, “aku tidak melakukan apa apa. Baiklah, nanti aku ceritakan lagi kalau aku sudah bertemu ayahnya.”

“Baik, kutunggu ceritamu.”

“Oke, sampai nanti Bianca.”

“Sampai nanti.”

~


BAB SEPULUH

Mansion keluarga Maxmillian terletak di pinggir kota Redwood. Bentuk bangunannya sangat antik. Mansion itu adalah peninggalan turun temurun dari kakek buyut Lord Egar.

Ayah Lord Egar dan isteri keduanya, Abigail, tinggal di sana dengan para pelayan, supir dan tukang kebun mereka. Ayah Lord Egar dari isteri keduanya tidak mempunyai anak.

Sandra disambut hangat oleh mereka. Mereka lalu berbincang bincang akrab di ruang tamu keluarga Maxmillian yang elegan. Sandra disuguhi berbagai macam makanan kecil dan aneka minuman.

Ibu tiri Lord Egar berpesan pada Sandra dan Lord Egar agar jangan cepat cepat pulang sehingga mereka bisa makan siang bersama.

Sambil menunggu waktu makan siang tiba, ayah Lord Egar mengajak Sandra untuk melihat anjing anjing peliharaannya. Sandra menyukai beberapa binatang peliharaan seperti anjing, kucing dan kelinci, tapi ia tak mau memelihara mereka, hanya menyukai saja.

Dulu waktu ayah dan ibunya belum bercerai dan mereka tinggal di rumah mereka di The Metropolis, Sandra mempunyai tetangga yang mempunyai peliharaan anjing, dan Sandra sering bermain dengan anjing anjing itu. Sayang, ketika orangtuanya bercerai rumah itu kemudian dijual dan uang hasil penjualannya dibagi dua antara ayah dan ibunya. Sandra, adik adiknya dan ibunya terpaksa pindah ke rumah kontrakan yang lebih kecil sehingga Sandra tidak bisa bermain dengan anjing anjing tetangganya lagi.

Ayah Lord Egar kemudian memberitahu siapa siapa saja nama anjing anjingnya dan kebiasaan kebiasaan mereka. Sandra mendengarkan dengan antusias.

Mereka juga jalan jalan di sekitar taman belakang yang luas.

“Jadi sepanjang halaman belakang yang berpagar tinggi dari sana itu hingga ke sini adalah kandang anjing anjing itu?” tanya Sandra pada ayah Lord Egar, “luas sekali kandangnya Mr. Maxmillian, padahal mereka cuma lima ekor.”

“Mereka suka sekali berlari,” ayah Lord Egar tertawa. “Dengan dipagar tinggi seperti itu mereka tidak bisa kabur. Ya, kandangnya dan tempat bermain mereka memang cukup luas, mereka jadi punya cukup ruang untuk berlari dan bermain main.”

“Ya,” Sandra tersenyum, “tetanggaku dulu juga punya anjing jenis husky seperti ini, dia kabur terus, dia pintar melarikan diri, dia suka menggali tanah untuk melarikan diri. Ia kabur biasanya untuk mengejar kucing atau anjing kecil lainnya.”

“Memang benar, husky pintar memanjat pagar atau menggali tanah di bawah pagar hingga bisa melarikan diri, makanya pagarnya harus cukup kuat dan dalam.”

Sandra dan ayah Lord Egar terus bercakap cakap hingga akhirnya waktu makan siang tiba.

~

“Kenapa kau tidak menginap saja?” Abigail tersenyum menatap Sandra. Mereka berdua sedang berada di ruang santai setelah selesai makan siang, sementara Lord Egar dan ayahnya sedang ngobrol di ruang perpustakaan.

“Aku besok bekerja.” Sandra tersenyum.

“Oh.”

“Mungkin lain kali kalau ada kesempatan,” ujar Sandra lagi.

“Tentu. Kapanpun kau mau, kau bisa datang ke sini kapan saja dan menginap di sini. Jangan sungkan-sungkan.”

“Terima kasih.”

“Kalian berpacaran sudah berapa lama?” tanya Abigail.

Sandra terkejut dengan pertanyaan Abigail, “kami tidak berpacaran, kami hanya berteman.”

“Kau pikir aku percaya,” Abigail tertawa, “kalian mesra sekali, gerak tubuh kalian memperlihatkan bahwa kalian saling menyayangi dan saling perduli.”

“Tapi kami tidak…” Sandra menghentikan kata katanya, “ya, baiklah, terserah Anda mau berpendapat seperti apa, Mrs. Maxmillian.”

Abigail kembali tertawa, “aku harap hubungan kalian bisa lebih dari ini. Suamiku sudah tak sabar ingin melihat Egar menikah lalu memberinya cucu yang banyak.”

Sandra hanya tersenyum karena  tak tahu harus mengatakan apa.

“Aku tidak bisa memberinya keturunan di awal awal pernikahan kami dulu karena aku punya masalah dengan kesuburan.” Ujar Abigail lagi.

“Aku menyesal mendengar ini.”

“Ya, aku dulu sempat mengalami depresi karena hal ini. Tapi kemudian aku mencoba menerima kenyataan yang ada dan mulai menikmati hidup walau tidak mempunyai keturunan. Jadi tidak heran kalau Egar kemudian menjadi satu satunya harapan  ayahnya untuk memberinya banyak cucu.”

“Ya, tentu,” komentar Sandra.

“Egar mengalami trauma karena perpisahan orangtuanya.” Ujar Abigail lagi. “Ia menderita selama bertahun tahun karena kepergian ibunya yang meninggalkan dirinya begitu saja. Karena hal itu pula ia sepertinya takut untuk menikah. Ia takut kalau sudah menikah nanti ia tidak bisa membahagiakan anak anaknya seperti apa yang  dialaminya, seperti apa yang terjadi pada dirinya.” Abigal diam sejenak, “padahal aku sudah bilang padanya, tidak setiap pernikahan akan berakhir buruk, siapa tahu pernikahan ia nanti berhasil.”

“Ya, Anda benar.”

“Setiap ada wanita yang diperkenalkan Egar pada suamiku, suamiku selalu berharap bahwa wanita itu akan menjadi menantunya, tapi harapannya tak pernah terjadi. Tapi mudah mudahan sekarang, harapannya padamu akan terwujud.”

“Mrs. Maxmillian, sebenarnya kami hanya berteman, seperti yang aku bilang tadi, jadi sebaiknya suami Anda atau Anda sendiri jangan menaruh harapan apa apa padaku.”

“Tapi aku tetap menaruh harapan padamu,” Abigail tersenyum menatap Sandra, “karena seperti aku bilang tadi, kalian terlihat saling perduli. Tolong jaga Egar kami dengan baik, tolong sayangi dia dengan tulus dan berikan kebahagiaan padanya seperti apa yang ia cari selama ini. Ia terlalu banyak menderita.”

“Aku akan berusaha Mrs. Maxmillian, walau sebagai teman.”

“Dari tadi teman, teman, dan teman terus.” Abigail mendesah kesal, “ayo Sandra, dimakan lagi kuenya.”

“Terima kasih Mrs. Maxmillian, aku sudah kenyang, dari tadi makan terus.” Sandra tersenyum. “Tapi sepertinya muffin blueberry ini enak,” Sandrapun mengambil lagi muffin blueberry yang ada dihadapannya. Padahal tadi Sandra sudah menghabiskan muffin blueberry cukup banyak.

~ ~

Oke, aku mengerti sekarang permasalahannya dimana. Ujar Sandra dalam hati sambil memperhatikan kantor detektif di hadapannya. Mr. Maxmillian belum mau menikah karena trauma dengan pernikahan ibu dan ayahnya yang tidak berjalan harmonis. Dan itu diperparah dengan kepergian ibunya yang meninggalkan dirinya begitu saja tanpa mau menemuinya lagi hingga sekarang. Mungkin kalau ibunya mudah ditemui seperti aku menemui ayah dan ibuku, keadaannya tidak buruk seperti ini.

Sandra akhirnya masuk ke kantor detektif itu. Ia bertekad untuk menemukan ibu Lord Egar. Dan ide pertama yang muncul di otaknya adalah  dengan menyewa detektif.  Ia tak perduli biaya untuk menyewa detektif itu semahal apa, yang penting ibu Lord Egar bisa ketemu.

Sandra tahu tentang kantor detektif itu dari internet. Menurut promosi yang dilakukan oleh kantor itu, detektif yang ada di sana adalah detektif yang paling handal di Fillmore Green. Dan karena paling handal, Sandra yakin sewa jasa mereka juga pasti paling mahal.

“Ada yang bisa kubantu?” tanya seorang pria saat Sandra celingukan di ruang resepsionis yang sepi.

Sandra memperhatikan pria itu dan dia terkejut. Ia seperti pernah melihat pria itu di suatu tempat.

“John?” tanyanya kurang yakin. Dulu, waktu Bianca belum menikah dengan Prince Larry, Permaisuri menugasi John dan timnya menjaga Bianca dari kejauhan. Dan saat itu Sandra tahu kalau Bianca sering diawasi.

“Ya, itu aku Miss. Ricardo.” John tersenyum.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Aku bekerja di sini.”

“Oh.”

“Ada yang bisa kubantu?”

“Ya tentu, aku sedang mencari seseorang.”

“Mencari seseorang, dua orang, atau tiga orang tidak masalah buatku. Ayo silahkan duduk manis di hadapanku Miss. Ricardo dan kita bicara.”

~


Asrama tempat Matthew tinggal merupakan salah satu asrama yang menjadi rebutan para mahasiswa The Metropolis University. Karena fasilitas di asrama tersebut lumayan bagus sementara harga sewanya cukup murah dibanding rumah rumah penyewaan di luar kampus.

Masing masing kamar terdiri dari empat tempat tidur, tiga tempat tidur dan paling sedikit dua tempat tidur.

Matthew beruntung mendapatkan kamar dengan dua tempat tidur sehingga ia bisa satu kamar dengan Aaron. Dulu, sebelum Matthew menjadi mahasiswa di sana, ia selalu survey kira kira kamar mana yang akan ditinggalkan oleh penghuninya yang sudah lulus, setelah mendapatkan informasi, ia langsung membooking kamar tersebut walau penghuninya masih beberapa bulan lagi meninggalkan kamar tersebut, karena kalau tidak begitu, kamar tersebut akan jatuh ke mahasiswa lain.

Kamar disana tidak pernah kosong, selalu penuh dan selalu dicari oleh mahasiswa baru. Jadi mereka harus rajin survey seperti yang Matthew lakukan bila ingin mendapat kamar di asrama yang memiliki puluhan kamar tersebut.

Satu kamar berdua Aaron membuat Matthew tenang belajar. Aaron hampir tidak pernah membawa teman temannya ke dalam kamar, begitupun Matthew. Mereka berdua mengadakan perjanjian bahwa teman teman mereka tidak boleh menginap di kamar mereka karena akan mengganggu privasi salah seorang dari mereka. Kalau mereka yang menginap di rumah temannya itu tidak masalah.

Dua hari ini Aaron sedang menginap di rumah sahabatnya, Justin, karena sedang ada tugas membuat karya tulis.

Sementara kuliah Matthew lima hari kedepan juga kosong. Sementara ada dua mata kuliah yang harus Matthew ikutan hari Rabu lusa dan hari Sabtu pagi, tapi dosen dari dua mata kuliah itu berhalangan hadir. Alasannya yang satu sedang sakit sedang yang satunya lagi sedang pergi keluar kota.

Jika sedang berhalangan seperti itu biasanya kuliah berikutnya jamnya akan digabung.

Karena sedang tidak ada kegiatan, Matthew kini merasa bosan. Semalam ia sudah mengunjungi ibunya untuk makan malam bersama, tiga hari yang lalu ia sudah mengunjungi ayahnya, seminggu yang lalu ia mengunjungi Sandra. Jadi ia mulai merasa jenuh.

Matthew yang sedang duduk di meja belajarnya akhirnya membuka laci dan mengambil kartu nama Casey yang diberikan Casey padanya saat mereka kencan seminggu yang lalu.

Di kartu nama itu, selain terdapat nomor handphone Casey, juga terdapat nomor telepon studio tempat Casey bekerja.

Matthew akhirnya mengambil handphonenya dan menelepon Casey.

“Hallo, selamat pagi.”

“Selamat pagi, ini dengan Casey Carlton?”

“Ya, betul, ini dengan siapa?”

“Matthew Ricardo.”

“Matthew Ri.. o hai Matt, apa kabar?”

“Kabar baik, bagaimana denganmu?”

“Aku sedikit flu, aku ketularan temanku yang sedang flu.”

“Wah, kau harus menggunakan jaket, udara cukup dingin akhir akhir ini.”

“Ya, kau benar. Matt, ada apa meneleponku?”

“Ehm, kupikir, aku tidak keberatan kalau kau memperkenalkan aku pada Mr. Humberto.”

“Benarkah?” teriak Casey senang.

“Aku sedang banyak waktu luang akhir akhir ini, jadi kupikir tidak ada salahnya aku mengisi waktu luangku dengan hal yang bermanfaat.”

“Ya, tentu saja.”

“Tapi Sandra jangan sampai tahu ya,”

“Ok,” Casey tertawa, “rahasiamu aman. Sebenarnya Sandra juga tidak harus keberatan selama pekerjaan yang kau lakukan tidak mengganggu pelajaranmu.”

“Ya, kau betul.”

“Jadi kapan kau mau ke studio tempat aku bekerja?”

“Hari ini bisa?”

“Tentu.”

“Pekerjaanmu tidak terganggu?”

“Tenang, santai saja, Luke pengertian kok orangnya. Beberapa kali aku ijin tidak masuk kerja juga tidak masalah buat dia.”

“Oke begitu, aku ke tempatmu sekarang ya.”

“Oke. Kau tahu alamatnya kan?”

“Ya, kartu namamu sekarang sedang aku pegang.”

“Oke,” Casey kembali tertawa, “sampai bertemu Matt.”

“Sampai bertemu Casey.”

~

Mr. Humberto nampak memperhatikan Matthew dengan seksama. Setelah diperkenalkan oleh Casey padanya tadi, Mr. Humberto terus terusan memperhatikan Matthew dan tak pernah mengalihkan tatapannya dari tubuh Matthew. Ia bahkan tadi menyuruh Matthew membuka bajunya sehingga memperlihatkan perut Matthew yang rata dan berotot.

Casey jadi ngeri, jangan jangan Mr. Humberto suka pada Matthew karena Mr. Humberto seorang gay. Casey jadi merasa bersalah sudah membawa Matt ke kantor Mr. Humberto.

“Sekarang coba kau jalan dari ujung sana sampai ujung sini.”

“Dari sana?” tunjuk Matthew ke ujung sebelah Timur kantor Mr. Humberto yang luas.

“Ya, dari sana. Kau jalan biasa saja, dan buka buka bajumu.”

“Sambil jalan aku harus membuka baju?” tanya Matt kaget.

“Mr. Humberto mungkin sebaiknya…”

“Diamlah Casey, siapa tahu Matthew cocok jadi bintang iklan minuman kesehatan atau apalah yang berhubungan dengan stamina laki laki.”

Casey langsung memijit kepalanya yang tiba tiba sakit. Tapi ia ikut ikutan memperhatikan Matthew seperti yang dilakukan Mr. Humberto.

Ketika Matthew tiba di depan Mr. Humberto lagi, Mr. Humberto langsung tersenyum lebar.

“Oke, cukup, kau bisa pakai bajumu lagi dan tunggu sebentar di luar karena aku perlu bicara dengan nona yang satu ini.”

“Oke,” ujar Matthew sambil berjalan kea rah pintu.
“Wow, badannya oke sekali. Cukup proporsional, ia bisa menjaga tubuhnya dengan baik.”

“Kata Sandra, dia suka berolahraga.”

“Siapa Sandra?”

“Kakaknya.”

“Model juga?”

“Bukan, Sandra seorang pramugari, tapi tubunya memang tinggi sih, kukira Sandra juga cocok jadi model.”

“Well kalau begitu, Miss. Carlton, terimakasih sudah memperkenalkan Matthew padaku. KENAPA TIDAK DARI DULU KAU BAWA DIA PADAKU?” suara Mr. Humberto tiba tiba meninggi.

Casey langsung menutup telinganya, “kurasa Mr. Humberto berarti Anda menyukai Matthew?”

“Lebih dari suka. Dua minggu lagi ada pagelaran busana di London. Produk pakaian pria, perancangnya sedang butuh banyak model Pria. Dia selalu menghubungiku kalau perlu model sebelum menghubungi agen model lainnya. Aku jadi prioritasnya. Dan Matthew akan ikut dengan  model modelku yang lain pergi ke London.”

“Yang benar Mr. Humberto?” teriak Casey tak percaya.

“Ya, itu benar.” Mr. Humberto duduk di hadapan Casey. “Sekarang panggil lagi temanmu, kita akan membahas kontrak kerja, tentang besarnya nilai honor dan lain lain.”

Casey segera memanggil Matthew. Matthew lalu duduk di hadapan Mr. Humberto sementara Casey duduk di samping Matthew.

“Tadi Casey sudah bilang bahwa Anda bersedia menerimaku bekerja di tempat Anda.”

“Ya, itu benar.”

“Tapi aku sedang kuliah. Prioritas utamaku kuliahku, hal ini sebagai pekerjaan lepas untukku.”

“Tidak masalah, itu bisa diatur, nanti kita lihat pekerjaan apa saja yang bisa kau lakukan sesuai dengan jadwal kuliahmu. Banyak model lainnya yang juga mahasiswa seperti dirimu.”

“Baiklah, terimakasih kalau begitu.” Ujar Matthew lega.

“Sekarang, kita bicara soal besarnya nilai honormu dan..”

“Maaf Mr. Humberto, kalau untuk yang satu itu sebaiknya Anda bicara saja dengan Casey.”

“Miss Carlton?”

“Aku?”

Mr. Humberto dan Casey teriak bersamaan.

“Ya. Karena Casey yang akan jadi managerku. Ia yang akan mengurusi semua keperluanku termasuk nilai kontrak kerja dan yang lainnya.”

~ ~

Casey memakan hotdognya dengan lahap. Ini hotdog kedua yang ia makan. Kalau sedang stress Casey biasanya suka makan banyak. Perutnya terasa lapar terus.

“Sudahlah Case, jadi managerku tidak seburuk yang kau bayangkan.”

“Pekerjaanku jadi dua Matthew. Aku akan sangat sibuk.”

“Aku juga akan sangat sibuk. Jadi kita sama, sejajar, punya kesibukan ganda.”

“Waktu aku menyarankan kau jadi model, aku tidak kepikiran untuk bekerja sama denganmu.”

“Tapi aku yang ingin kerjasama denganmu, lagipula lumayan kan kau nanti dapat uang tambahan. Uangnya bisa kau tabung dan kau bisa membeli keperluan yang kau inginkan.”

Casey terdiam.

“Lagipula, karena aku terikat kerja di agen Mr. Humberto jadi nanti sebenarnya Mr. Humberto yang akan mengurusiku dengan memberiku pekerjaan ini dan itu. Kau diperlukan kalau nanti kontrak kerjaku dengan Mr. Humberto selesai, lalu ada kontrak baru lagi. Kau hanya mengurusiku sesekali, tentang kontrak kerja tadi.”

“Baiklah kalau begitu, tidak masalah.” Casey tersenyum.

“Ini hebat, aku suka mendengarnya.” Matt ikut tersenyum. “Jadi sekarang kita partner?” Matt mengulurkan tangannya.

“Baik, kita partner.” Casey menerima uluran tangan Matthew dan menjabatnya dengan erat.

~



Hari ini Luke mentraktir teman temannya yang bekerja di studio foto miliknya makan siang bersama. Mereka makan siang di suatu restoran eksklusif.

Studio foto kepunyaan Luke berkembang cukup pesat. Setidaknya Luke sekarang punya dua orang photographer yang membantunya karena kliennya banyak. Satu orang Photographer Luke tugaskan untuk bekerja di studio, seorang laki laki, namanya Craig dan satu orang lagi, seorang perempuan, namanya Brenda, ia tugaskan diluar kantor. Brenda membantu Luke di luar studio kalau klien sedang banyak, kalau klien sedikit, tugas Brenda biasanya mengedit foto di studio.

Untuk yang bekerja di bidang administrasi selain Casey dan Viola yang merupakan karyawan lama, ada karyawan baru yang bernama Goldie. Goldie dan Viola selalu stand by di studio sementara Casey kadang pergi keluar studio jika ada klien yang ingin dirias olehnya. Casey masih merias jika ada permintaan. Keahlian Casey dalam merias ini Casey peroleh dari Tantenya yang merupakan salah satu dari tata rias istana Dinasi Normand.

Selain Casey, Viola, Craig, Brenda dan Goldie, yang juga hadir dalam acara ulang tahun Luke adalah tunangannya, Erica.

Dulu, diawal awal Erica berpacaran dengan Luke, Casey sering cemburu padanya. Tapi sekarang tidak lagi. Casey sudah bisa menerima kondisi bahwa ia tak punya harapan apapun pada Luke. Ia mulai menepis rasa sukanya pada Luke dan kalau bisa mengikisnya hingga habis. Dan ia cukup berhasil melakukannya.

Ia tidak terlalu menyukai Luke lagi sekarang, tidak seperti dulu.

Sedang asik asiknya makan, Viola dan Goldie sibuk memperbincangkan beberapa orang pria yang baru datang dan duduk tidak jauh dari tempat mereka.

“Ya Tuhan, mereka tampan tampan.” Seru Viola. “Aku suka yang memakai sweater biru.”

“Aku suka yang pakai jaket putih.”

“Kalau aku yang pakai kaos army.” Brenda ikut berkomentar.

“Mereka pasti model.” Ujar Goldie lagi.

Model? Casey langsung menghentikan makannya dan melihat ke meja para pria yang diributkan temannya. Dan Casey tersenyum saat dilihatnya Matthew melambaikan tangan padanya. Matthew sedang bersama teman temannya yang Casey kenal. Ia bertemu teman teman model Matthew saat Matthew mau berangkat ke London sebulan yang lalu.

“Ya. Mereka model.” Ujar Casey langsung. “Yang baju biru yang kau suka Viola, namanya Matthew, yang pakai baju putih yang Goldie suka namanya Todd dan yang pakai kaos army yang Brenda suka namanya Keith.”

“Kau kenal?” teriak mereka tak percaya.

“Ya.” Casey mengangguk. “Nanti aku kenalkan mereka pada kalian, sekarang aku mau mengenalkan bos kita dulu pada mereka, sebentar.” Casey kemudian berdiri dan menghampiri Luke.

“Luke, aku mau memperkenalkan kau pada seseorang sebentar, bisa?”

“Siapa?” tanya Luke.

“Adik Sandra.”

“Adik Sandra?”

“Ya.”

“Oke, dimana dia?”

“Itu.” Casey menunjuk ke arah Matthew.

Luke berdiri dari duduknya lalu menghampiri Matthew dan teman temannya bareng Casey.

“Hai,” sapa Casey pada mereka. “Aku ingin memperkenalkan salah satu photographer handal di Hall of  City, siapa tahu nanti kalian bekerja sama dengannya, namanya Luke Lucas.”

“Aku pernah mendengar nama itu.” Ujar Todd.

“Aku juga,” komentar Keith.

“Senang bertemu kalian,” Luke menyalami mereka satu satu.

“Aku Todd.”

“Aku Keith.”

“Aku Matthew.”

“Casey tadi bilang kau adiknya Sandra.” Ujar Luke pada Matthew.

“Ya.” Matthew mengangguk.

“Aku cukup dekat dengan kakakmu,” Luke tersenyum “kami sering makan bareng, hobiku dan hobi Sandra sama, suka makan.”

“Aku juga,” teriak Casey.

“Ya, dia juga.” Luke setuju.

“Kalian sedang hangout biasa atau ada pekerjaan?”

“Ada pekerjaan,” jawab Todd. “Pembuatan video clip dari seorang penyanyi wanita terkenal di sini, tapi pengambilan gambar baru akan dilakukan sore nanti.”

“Bagaimana kalau kalian bergabung denganku dan teman temanku yang lain?” ujar Luke, “aku yang traktir.”

“Wow keren.” Teriak Keith.

“Bosku sedang berulang tahun,” Casey tersenyum.

“Selamat ulang tahun Mr. Lucas.” Seru Keith dan Todd berbarengan. Matthew diam saja.

“Terima kasih.” Ujar Luke. “Kalian sudah pesan makanannya?” tanya Luke lagi.

“Belum.” Jawab Keith.

“Oke, kalau begitu. Aku aku minta waiter di sini untuk menyiapkan meja yang lebih besar untuk kita semua dan kalian boleh memesan apa saja.”

~

“Aaron tolong bilang Sandra aku tak bisa datang ke tempat ibu.” Ujar Matthew di telepon.

Matthew memisahkan diri dari teman temannya yang sedang makan saat Aaron meneleponnya.

“Aku nanti sore sampai malam ada kerjaan, aku tidak bisa datang ke tempat ibu,” ujar Matthew lagi.

“Lalu apa yang harus aku bilang,” keluh Aaron. “Setahu Sandra kau tidak bekerja, aku harus bilang apa dong?”

“Ya, bilang saja sedang mengerjakan tugas dengan temanku karena sedang ada tugas.”

“Aku sudah tiga kali bilang kau ada tugas tiap kali Sandra ingin ketemu, dia lama lama akan curiga juga, sebaiknya kau cerita padanya Matt.”

“Aku akan cerita, tapi nanti, tidak sekarang. Oke? Udah dulu ya aku mau melanjutkan makanku.”

“Oke.”

“Adikmu?” Casey tiba tiba sudah duduk di hadapan Matthew.

“Astaga Casey, kau bikin kaget saja. Iya.”

“Kenapa?”

“Sandra mengajak aku dan Aaron ke tempat ibu nanti malam untuk makan malam bersama, tapi nanti malam aku ada pekerjaan.”

“Apa menurutmu lebih baik aku cerita ke Sandra bahwa kau sekarang bekerja?” tanya Casey.

“Jangan, biar aku saja. Nanti aku akan cerita ke Sandra.”

“Oke.”

~ ~



BAB SEBELAS



Lord Egar tersenyum ketika Sandra datang ke kantornya di kantor Governor Hall of City sambil membawakan makan siang.

“Wah, ada apa nih, tumben.” Komentar Lord Egar sambil mempersilahkan Sandra duduk di tempat duduk biasa ia menerima tamu, “pasti ada sesuatu. Kau sedang ulang tahun?”

“Tidak.”

“Lalu ada apa?”

“Bagaimana kalau kita makan dulu baru aku bercerita.”

“Oke,” Lord Egar mengambil makanan yang sudah disiapkan Sandra untuknya, mereka lalu makan dengan lahap.

“Ini minumnya,” Sandra menghidangkan sebotol air mineral di hadapan Lord Egar.

“Terima kasih,” ujar Lord Egar, “kau tidak sedang bekerja?”

“Baru pulang tadi pagi. Aku ada penerbangan malam dari Los Angeles.”

“Los Angeles,” Lord Egar tertawa, “aku jadi ingat matahari terbenam yang indah di sana.”

“Ya.” Sandra ikut tertawa, “sayang sekali aku tak bisa melihatnya kemarin karena harus istirahat.”

Mereka makan lagi dalam diam.

“Sudah selesai,” ujar Lord Egar ketika makanannya habis. “Kau mau cerita apa?”

“Aku belum selesai,” Sandra tertawa dan kembali melanjutkan makan.

Lord Egar memperhatikan Sandra sambil tersenyum. Ia senang Sandra mengunjunginya siang ini. Ini yang pertama Sandra datang mengunjunginya ke kantornya di kantor governor Hall of  City, biasanya Sandra berkunjung ke perusahaan konstruksinya.

“Aku juga sudah selesai,” Sandra akhirnya membereskan mangkuk mangkuk bekas makannya, dan menyusunnya dalam tas rotan yang ia bawa.

“Aku menunggu,” Lord Egar tersenyum menatapnya.

“Ehm.. begini, aku ingin minta bantuanmu untuk menyiapkan toko cokelat untuk ibuku. Maksudku kita menyiapkannya bersama sama.”

“Menyiapkan toko cokelat untuk ibumu?” tanya Lord Egar heran.

“Iya. Pada mulanya, aku ingin ibu punya restoran sendiri atau tempat usaha sendiri sehingga ibu tidak usah bekerja di restoran kepunyaan tanteku, aku sudah menyiapkan uang untuk usaha ibu itu. Saat aku bertanya pada ibu apa yang ingin ibu jual kalau ibu punya usaha sendiri ibu bilang ia ingin jualan cokelat karena dulu terkesan oleh tetangganya yang punya keahlian membuat permen permen cokelat. Nah untuk itulah aku ingin menyiapkan semua itu untuk ibu, tapi tanpa ibu tahu, aku ingin memberi kejutan padanya.”

“Wah, menarik sekali.”

“Iya, tapi permasalahannya, aku tidak mengerti apa apa tentang hal ini. Bagaimana bisnis ini dimulai dan lain lainnya, aku perlu bantuan seseorang dan untuk itulah aku datang ke sini, tapi itu juga kalau tidak mengganggu waktu kerjamu.”

“Tidak mengganggu, itu bisa diatur, kita bisa melakukannya di waktu luang kita, waktu luangku dan waktu luangmu, hanya saja mungkin toko cokelat ini akan siap dalam waktu yang agak lama.”

“Tidak masalah. Kita melakukannya dengan santai saja, sesempat kita.”

“Oke. Pertama tama kita harus mencari lokasi yang cocok dulu untuk usaha ini. Saranku sih ya kalau bisa ditempat keramaian, yang dekat taman hiburan, atau mall, karena ditempat seperti itu banyak orang yang berbelanja dan kemungkinan besar akan mampir ke toko cokelat ibumu.”

“Ya itu benar.”

“Kau akan membeli tokonya atau menyewa?”

“Mungkin menyewa dulu. Aku ingin lihat dalam beberapa tahun perkembangannya seperti apa. Kalau bagus tidak menutup kemungkinan untuk membeli tokonya.”
“Oke kalau begitu, langkah selanjutnya melengkapi toko itu dengan furniture, kursi, meja, etalase. Apakah kau ingin para pembeli bisa hangout di toko ibumu? Karena kalau ya, kau harus menyediakan meja dan kursi untuk mereka.”

“Kukira untuk sementara tidak. Aku tidak ingin ibuku merasa terlalu lelah melayani mereka, jadi ibu hanya membuat cokelat cokelat itu dan menjualnya, jadi yang dibutuhkan etalase yang besar untuk menaruh cokelat cokelat bikinan ibu.”

“Biar tidak terlalu lelah, ibumu harus dibantu dua atau tiga orang karyawan. Ibumu sebaiknya fokus di dapur saja untuk membuat cokelat, yang melayani pembeli biar orang lain saja. Mau tidak mau ibumu harus punya minimal dua orang karyawan untuk membantunya.”

“Ya, itu juga sudah kupikirkan.” Sandra tersenyum, “langkah selanjutnya apa?”

“Membuat dapur, melengkapi dapur dengan semua alat yang diperlukan, membeli berbagai alat cetak untuk cokelat, tapi khusus untuk hal ini nanti juga akan berkembang dengan sendirinya. Ibumu nanti pasti akan berbelanja sendiri alat alat cetak itu. Ibumu tahu apa yang diperlukan. Jadi yang dasarnya ya peralatan masak untuk di dapur itu tadi.”

“Anda benar.” Sandra kini mengeluarkan handphonenya dan membuat beberapa catatan di sana. “Langkah selanjutnya?”

“Mencari pasokan cokelat yang baik.”

“Kalau untuk pasokan cokelat aku ingin kita pergi ke petani cokelat langsung, disana harganya pasti lebih murah dari pasar tradisional atau supermarket karena belum terkena biaya transportasi dan distribusi.” Usul Sandra.

“Ya, aku setuju.”

Sandra tersenyum lebar, “terima kasih Mr. Maxmillian untuk masukannya. Aku tidak sabar untuk mengerjakan ini semua dengan Anda.”

“Sama sama Sandra, terima kasih juga untuk makan siangnya yang lezat.”

~

Breakfast at Kayonna’s Kitchen at The Grey Hall Mall - The Metropolis Sabtu pagi jam 8. KAU DAN AARON HARUS DATANG. AWAS KALAU TIDAK.

“Aaron, apa yang sudah kau lakukan?” Teriak Matthew pada Aaron saat membaca pesan dari Sandra, “kau bilang apa pada Sandra? Dia ingin bertemu kita di Kayonna’s. Lihat ini pesannya. Dia pasti ingin menginterogasiku.”

“Apa sih, ribut amat?” Aaron yang lagi tidur terpaksa membuka matanya dan melihat pesan dari Sandra di handphone Matthew dengan malas. “Aku tidak bilang apa apa padanya.”

“Bohong.”

“Aku tidak bohong. Mungkin dia tahu dari orang lain. Sudah sih, biarin saja Sandra tahu kau bekerja, pada akhirnya dia juga nanti akan tahu.”

Matthew termenung. Apa Casey yang memberitahu Sandra?

“Ya sudah kalau begitu, kau harus mengosongkan jadwalmu Sabtu pagi besok.” Ujar Matthew.

“Yang harus mengosongkan jadwal itu kau, bukan aku, aku pengangguran.”

“Ya, kau benar.” Matthew mondar mandir di dalam kamar, “sial, aku ada pemotretan untuk iklan di majalah Men’s Health Sabtu pagi. Aduh bisa agak siangan tidak ya pemotretannya.” Matthew cepat cepat menelepon photographer majalah Men’s Health dan untungnya dia tidak keberatan Matthew datang agak siang.

“Aku hanya bisa bertemu Sandra sebentar setelah itu aku harus kabur,” ujar Matthew.

“Berarti mau tidak mau besok kau harus cerita,” ujar Aaron sambil menguap.

“Ya, mau tidak mau aku harus memberitahu Sandra.”

~


Matthew sudah menghabiskan beberapa iris tartine dan dua cangkir kopi ketika akhirnya Sandra muncul juga dengan didampingi Lord Egar.

Matthew langsung mengerutkan kening, dengan kebersamaan Sandra dan Lord Egar yang kedua kali dihadapannya, Matthew merasa yakin bahwa diantara mereka benar benar terjalin hubungan yang istimewa.

“Hai, maaf telat. Jalanan agak macet, padahal tadi berangkat pagi pagi sekali.” Ujar Sandra sambil tersenyum.

“Tidak apa apa,” jawab Matthew, “silahkan duduk Sandra. Apa Kabar Mr. Maxmillian?” Matthew berdiri diikuti oleh Aaron dan menyalami Mr. Maxmillian.

“Kabar baik, terima kasih.” Lord Egar menjabat tangan Matthew dan kemudian tangan Aaron.

“Senang bisa bertemu anda lagi.” Ujar Aaron sopan.

“Aku juga senang bisa bertemu dengan kalian lagi.”

“Oke, karena kalian sudah memesan sarapan untuk kalian, aku pesan sarapan dulu.” Ujar Sandra, “Anda mau apa Mr. Maxmillian?”

“Kopi pahit saja, makanannya terserah, apa saja.”

Tartinenya enak Mr. Maxmillian.” Usul Matthew.

“Ya, tartine juga boleh.”

“Oke,” Sandra tersenyum dan berlalu untuk memberitahu pelayan.

“Kau kelihatan masih ngantuk,” Lord Egar tersenyum memperhatikan Aaron.

“Ya, aku tidur larut.” Ujar Aaron.

“Aaron tidak pernah bisa tidur dibawah jam satu malam.” Komentar Matthew. “Itu kebiasaannya sejak kecil.”

“Oh ya?”

“Ya.”

“Oke, sambil menunggu pesananku datang, kurasa aku harus langsung memberitahu kalian sesuatu,” Sandra datang kembali dan duduk diantara Matthew dan Lord Egar.

“Dan apakah sesuatu itu?” tanya Matthew.

“Aku ingin bikin toko cokelat untuk ibu.”

“Toko cokelat untuk ibu?

“Memang ibu bisa bikin cokelat?

Matthew dan Aaron bertanya berbarengan.

“Ya. Toko cokelat untuk ibu. Tidak, ibu tidak terlalu bisa bikin cokelat, tapi nanti bisa belajar. Ini keinginan ibu sendiri untuk mempunyai toko cokelat.”

“Lalu?” tanya Matthew.

“Lalu aku minta bantuan kalian untuk mewujudkan itu semua. Jangan khawatir, untuk masalah uang dan lain lain sudah aku siapkan.” Jelas Sandra.

“Oke, tidak masalah,” jawab Aaron.

“Apa yang bisa kubantu?” tanya Matthew.

“Pertama-tama, tolong cari lokasi toko yang strategis, yang dekat dengan mall atau yang dekat dengan taman hiburan. Aku tidak suka yang berada didalam Mall, aku lebih suka letaknya berada di pinggir jalan.”

“Oke, kukira aku sudah ada ide dimana,” ujar Aaron.

“Ya, pokoknya nanti Aaron memberi masukan letaknya dimana, Matthew juga, hari ini aku dan Mr. Maxmillian juga akan berkeliling kota untuk melihat lihat lokasi yang strategis, setelah kalian mendapatkannya laporkan padaku, nanti aku dan Mr. Maxmillian akan mendatangi tempat yang kalian usulkan.”

“Kau akan menyewa tempat itu?” tanya Matthew.

“Ya, aku mau menyewa kurang lebih untuk dua tahun dulu, setelah itu kita lihat bagaimana perkembangan tokonya.”

“Wow, kau punya banyak uang ya Sandra?” teriak Aaron kagum.

“Aku ada sedikit tabungan,” Sandra tertawa, sementara Matthew hanya tersenyum memperhatikan Sandra.

Sandra sudah bercerita padanya bahwa Mr. Maxmillian sudah memberikan uang yang sangat banyak padanya untuk kompensasi hak cipta boneka Princess Sabrina.

“Kukira itu saja yang ingin kusampaikan. Aku tidak punya waktu banyak, setelah sarapan aku dan Mr. Maxmillian akan langsung survey lokasi.”

“Syukurlah,” Matthew tiba tiba mendesah lega.

“Kenapa?” Sandra heran menatap Matthew, “kau ada acara atau apa?”

“Dia ada…”

“Diamlah Aaron.”

“Dia ada apa Aaron?” Sandra menatap Aaron.

Aaron jadi serba salah, “dia ada kencan.” Ujar Aaron akhirnya karena tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

Matthew langsung berteriak kaget, “aku ada apa?!”

“Sudah, tidak apa apa, itu hal yang bagus,” Sandra tersenyun, “kau memang harus sudah mulai kencan lagi setelah kencanmu dengan Casey kemarin tidak berhasil.”


~ ~

Sandra dan Lord Egar sudah mengelilingi sebagian kota The Metropolis tapi Sandra belum juga menemukan tempat yang cocok untuk toko cokelat ibunya.

“Kupikir yang didekat central park tadi cukup oke,” ujar Lord Egar.

“Tapi susah untuk parkir kendaraan.”

“Sandra, kalau tokonya di pinggir jalan, untuk parkir memang susah, mau tidak mau kendaraan itu diparkir di pinggir jalan kalau ingin berbelanja ke toko ibumu. Dan itu tidak bisa lama.”

“Tapi di Redwood ada. Tepatnya di dekat taman bunga nasional. Disana ada berjejer toko dan cafe yang menjual aneka macam makanan dan jajanan, tepat di pinggir jalan, tapi di sebrang jalannya ada pagar tanaman yang terbentang luas dan mobil mobil bisa parkir di belakang pagar itu. Parkirnya cukup luas.”

“O, ya?” tanya Lord Egar, “kau pernah ke sana?”

“Ya, aku pernah ke sana bersama temanku, saat itu kami makan siang di sana, dan tempatnya selalu ramai. Walau bukan akhir pekan, taman bunga nasional Redwood selalu saja menjadi tempat favorit untuk dikunjungi.”

“Bagaimana kalau toko cokelat ibumu di Redwood saja di dekat taman bunga nasional seperti yang kau ceritakan tadi?”

“Entahlah, ibu hampir tidak pernah kemana mana. Ia jarang sekali pergi dari The Metropolis. Ibu lahir dan besar di The Metropolis.”

“Kalau begitu ini saatnya buat ibumu bertualang. Keluar dari kota kelahirannya.”

“Iya juga sih, tapi pasti akan susah mendapatkan tempat di Redwood sana.”

“Kita coba dulu saja mencarinya.”

“Baiklah kalau begitu, aku setuju,” Sandra tersenyum.

“Kita ke Redwood sekarang?”

“Ya. Kita ke Redwood sekarang.”

~


Tempat penjual jajanan, makanan, minuman atau oleh oleh di sebelah timur Taman Bunga Nasional di Redwood yang dimaksud Sandra ternyata dalam kondisi penuh dan tidak ada satupun yang bisa disewa.

Sandra dan Lord Egar akhirnya mencari di sebelah Barat Taman Bunga. Berbeda dengan di sebelah Timur yang bentuknya café dan kebanyakan bentuk bangunannya tidak bertingkat, di sebelah Barat berjejer toko toko dengan bentuk bangunan tingkat dua atau tingkat tiga.

Sandra beruntung mendapatkan salah satu toko yang kosong tingkat tiga. Di depan pintu toko yang kosong itu dicantumkan nomor telepon pemiliknya, Sandra langsung menelepon pemiliknya.

Rumah pemilik toko itu ternyata tidak jauh dari toko yang ia sewakan sehingga ia bisa segera menemui Sandra dan Lord Egar dalam waktu singkat. Mereka lalu bernegosiasi tentang harga.

Bentuk Toko itu lumayan luas. Antara satu toko dengan toko lain halaman belakangnya disekat sekat, kecuali halaman depan yang dibiarkan terbuka.

Sandra sudah membayangkan bahwa halaman belakang toko tersebut bisa dibikin taman dan bisa menjadi tempat berkumpul keluarganya untuk berkumpul.

Sandra dan Lord Egar juga melihat lihat ke lantai atas. Di lantai dua terdiri dari ruangan yang besar juga. Sementara di lantai tiga bisa digunakan untuk jemuran dan gudang.

Sandra bisa menyekat nyekat ruangan besar di lantai dua untuk kamar tidur ibunya. Sandra benar benar jatuh cinta pada tempat itu karena balkon dari tempat itu langsung menuju ke keindahan taman bunga di depannya, sehingga aneka bunga yang berwarna warni dapat terlihat dari sana.

Sandrapun setuju untuk menyewa tempat itu selama dua tahun walau harga yang harus ia bayar sangat mahal.

Menurut pemiliknya, toko toko di wilayah tersebut selalu menjadi rebutan karena tidak pernah sepi oleh pembeli atau customer, karena yang berlibur ke taman bunga nasional di Redwood bukan hanya penduduk setempat tapi penduduk Fillmore Green dan dari Mancanegara.

“Aku tak sabar untuk merenovasi tempat ini,” teriak Sandra gembira ketika pemiliknya memberikan kunci kepada Sandra setelah pembayaran Sandra lakukan. Sandra mentransfer uang pembayaran sewa toko tersebut ke rekening pemiliknya lewat internet banking.

“Ya, banyak yang harus kita lakukan,” Lord Egar tersenyum.

“Aku akan mengambil beberapa foto dan mengirimkannya pada Matthew dan Aaron.” Sandra lalu mengeluarkan handphonenya dan mulai mengambil beberapa foto.

“Aku bahkan belum melakukan apapun!” teriak Matthew saat Sandra mengirim foto foto itu pada Matthew dan Aaron. Matthew langsung menelepon Sandra saat mendapat kiriman foto foto tersebut, “aku baru berencana mencarinya besok pagi.”

“Tidak usah, besok kau dan Aaron langsung ke sini saja ya, nanti aku beritahukan alamatnya padamu. Nanti aku juga akan menduplikat kuncinya untuk kalian agar kalian bisa datang ke sini kapanpun kalian bisa agar toko ini bisa cepat siap. Nanti kalau sudah siap, baru ibu dibawa kesini.”

“Oke.”

“Sampai besok Matt.”

“Sampai besok Sandra.”

Sandra baru selesai bicara dengan Matthew ketika handphonenya bunyi lagi, ternyata telepon dari John. Sandra segera berjalan ke balkon untuk menerima telepon dari John, sementara Lord Egar masih berbincang bincang dengan pemilik toko.

“Ya John, ada apa?”

“Aku sedang di Paris.” Ujar John.

“Wow, keren, sedang apa di Paris?”

“Sedang foto foto di menara Eiffel.”

“Wah asik sekali.”

“Aku cuma bercanda Miss. Ricardo, ya aku sedang bekerjalah di sini, masa sedang foto foto.”

“Lagi foto foto juga tidak masalah kok. Kau bisa mengirimkan foto fotomu padaku kalau kau mau.”

John tertawa, “Anda tidak berubah Miss. Ricardo, Anda masih lucu seperti dulu.”

“Oh, tentu saja. Tapi seingatku walau aku lucu, tapi kau  tidak mau aku ajak kencan. Dulu aku pernah mengajakmu nonton film di bioskop dan kau menolaknya.”

“Kau mengajak aku nonton film horor, aku tidak suka film horor.”

“Tidak suka? Pria pemberani sepertimu tidak suka film horor?”

“Memang aku terlihat pemberani?”

“Ya, pemberani, tangkas, sigap, suka mematai mataiku kalau aku sedang duduk di balkon.”

“Aku dulu tidak mematai matai Anda, aku dan timku memperhatikan Bianca dari kejauhan.”

“Bianca bahkan sedang tidak ada di sana saat kau terus terusan mengarahkan teropongmu padaku, memang aku tidak tahu.”

“Memang kelihatan dari balkon?”

“Ya kelihatanlah, balkon tinggi, kalian ada di pinggir jalan di bawah sana, ya kelihatan.”

“Oh, begitu ya.”

“Iya.”

“Miss Ricardo, aku tadi mau menyampaikan apa ya, kenapa kita jadi ngobrol begini.”

“Ya sudah kau pikirkan dulu mau menyampaikan apa nanti meneleponku lagi.” Sandra tersenyum sambil mematikan handphonenya.

“Siapa dia?” tanya Lord Egar membuat Sandra terkejut.

“Dia?” Sandra bingung.

“Yang meneleponmu barusan.”

“Dia.. dia temanku.”

“Teman pria?”

“Ya.” Sahut Sandra. Ya Tuhan jangan sampai Mr. Maxmillian tahu. Aku baru mau memberitahu hasil temuannya nanti kalau pekerjaan John sudah selesai.

“Kau kelihatan gembira ditelepon oleh teman priamu,” ujar Lord Egar lagi.

Tu..tunggu dulu, apa Mr. Maxmillian cemburu?

John tiba tiba menelepon Sandra lagi membuat Sandra berteriak kaget. “Nanti, memberitahunya nanti, oke.” Ujar Sandra langsung padahal John belum mengatakan apa apa.

“Tapi..”

“Sampai nanti.” Sandra kembali memutuskan hubungan teleponnya dengan John.

“Kau tidak mau menerima telepon dari teman priamu di hadapanku?” Lord Egar memperhatikan Sandra yang terlihat gugup.

“Tidak penting, itu tidak penting.” Sahut Sandra cepat, “ngomong ngomong aku lapar, sejak makan siang tadi kita belum makan apa apa lagi. Bagaimana kalau kita nyari kudapan atau semacam itu?”

~ ~

“Wow, ini keren sekali. Ini luas. Lantai atas dan lantai bawah sama sama luas.” Seru Aaron antusias.

“Ya,” Sandra tersenyum, “ibu bisa tidur di lantai dua. Nanti akan kusekat untuk bikin kamar ibu.”

“Pemiliknya setuju?” tanya Matthew.

“Setuju.” Jawab Sandra, “asal ketika pindah nanti, keadaan harus seperti semula. Sekat sekat itu harus dicopot lagi.”

“Kenapa harus pindah si Sandra?” Keluh Aaron, “tempat ini keren, lokasinya juga strategis, kenapa kau tidak membeli tempat ini saja kalau kau punya uang?”

“Tidak, nanti saja, aku lihat perkembangan dulu. Semua tergantung pada ibu, kalau ibu betah disini, tidak menutup kemungkinan aku akan membeli tempat ini walau aku harus mengumpulkan uang dulu.”

“Pacarmu yang orang kaya itu bisa memberi pinjaman padamu.” Usul Matt, “kau tinggal mencicil uangnya ke dia.”

“Mr. Maxmillian bukan pacarku Matt. Aku pernah mengatakan ini padamu.”

“Dan aku tetap tak percaya dengan kata katamu. Ngomong ngomong kenapa dia tidak bisa datang hari ini?”

“Dia sedang ada pertemuan keluarga. Kakak neneknya datang menemui dia juga saudara saudaranya yang lain, dia hari ini sedang banyak tamu.”

“Oh.”

“Baiklah, pertama tama apa yang harus kita lakukan?” ujar Sandra.

“Pastinya membersihkan tempat ini, menyapu dan mengepelnya.”

“Ya itu benar Aaron. Ayo kita ke supermarket untuk berbelanja alat alat yang kita perlukan.”

~ ~

Sandra merasa badannya segar. Ia baru selesai mandi. Ia dan adik adiknya tadi baru membersihkan toko. Setelah makan malam di sebuah restoran Perancis, Aaron dan Matthew pulang, sementara Sandra memutuskan untuk menginap di salah satu hotel di sekitar toko. Untung ia mendapat kamar kosong, padahal kalau akhir pekan begini kamar hotel selalu penuh.

Sandra memutuskan menginap di Redwood karena besok ia libur kerja. Lord Egar berjanji akan menemuinya di toko besok pagi sambil memperkenalkan beberapa anak buahnya yang bekerja di perusahaan konstruksi miliknya di Redwood.

Lord Egar akan memerintahkan anak buahnya untuk merenovasi toko. Tadinya Sandra menolak tawaran Lord Egar tapi Lord Egar memaksanya. Sandra juga tidak harus memikirkan berapa biaya renovasinya karena Lord Egar yang akan menanggung semunya.

Sandra hanya tinggal bilang tokonya maunya bentuknya seperti apa, lalu salah satu arsitek yang bekerja di perusahaan Lord Egar akan mendesain apa yang Sandra mau lalu renovasipun dilakukan.

Sandra benar benar merasa tidak enak. Ia merasa bahwa meminta bantuan pada Lord Egar adalah tindakan yang salah. Padahal bukan jenis bantuan seperti itu yang Sandra harapkan, karena Sandra punya uang sendiri, tapi bantuan moril yang Sandra harapkan. Sandra hanya ingin bersama sama Lord Egar sesering mungkin, jadi mempersiapkan toko untuk ibunya adalah salah satu cara Sandra untuk sering bertemu dengannya.

Tanpa bantuan Lord Egarpun sebenarnya Sandra bisa mempersiapkan toko itu bertiga dengan adiknya. Tapi karena Lord Egar terlanjur tahu, jadi ya mau tidak mau Sandra terpaksa menerima semua bantuan darinya.

Sandra sedang memikirkan Lord Egar ketika Lord Egar meneleponnya.

“Kau sudah tidur?” tanya Lord Egar.

“Baru mau tidur, aku capek sekali, seharian ini membersihkan toko berdua Matt dan Aaron.”

“Kau seharusnya tidak harus membersihkan sendiri, kau bisa menyuruh orang lain untuk melakukannya.”

“Tidak apa apa, ini kegiatan yang menyenangkan.” Sandra tertawa. “Bagaimana dengan Anda? Acara pertemuan keluarganya sukses?”

“Ya, mereka semua menginap di rumahku di Hall of City sini malam ini.”

“Siapa saja mereka?”

“Kakek nenekku, ayah, Abigail, sepupu sepupuku, keponakanku.”

“Kakek nenek dari ayah?”

“Ya.”

“Maaf, kalau boleh aku tahu hubungan Anda dengan kakek nenek dari Ibu bagaimana?”

“Tidak terlalu baik. Tapi sesekali mereka juga suka menengokku atau aku datang mengunjungi mereka.”

“Apakah mereka tahu ibumu ada dimana?”

“Tidak, mereka tidak tahu.”

“Jadi selain meninggalkan dirimu, ibumu juga meninggalkan orangtuanya dan saudara saudaranya?”

“Ya.”

“Ngomong ngomong tadi Aaron beli kasur, ia nekat mau tidur di toko,” Sandra tertawa, “tapi aku melarangnya, disana belum dipasang pemanas ruangan, Aaron bisa sakit karena kedinginan.”

“Ya, benar, cuaca dingin seperti ini bisa membuat Aaron sakit.

“Aku kepikiran untuk bikin kamar untuk Aaron juga dilantai dua. Sebentar lagi Matt lulus kuliah, setelah itu ia bekerja, ia akan keluar dari asrama, sementara Aaron masih dua tahun lulus, selama masa itu ia bisa pulang pergi dari asrama ke toko ibu dan menginap di sana.”

“Kau benar. Nanti kau beritahu saja arsitekku apa yang ingin kau buat. Berapa kamar yang ingin kau buat di lantai dua, lalu ruangan lainnya.”

“Ya, tentu. Terima kasih atas semua bantuannya Mr. Maxmillian.”

“Sama sama Sandra. Baiklah kalau begitu, selamat beristirahat.”

“Selamat beristirahat juga Mr. Maxmillian. Sampai bertemu besok.”

“Ya, sampai bertemu besok.”

Setelah ngobrol dengan Lord Egar, Sandra lalu menelepon John.

“Hallo,” sahut John dengan suara ngantuk.

“Kau sudah tidur John?”

“Sudah.”

“Ya, ampun, maaf membangunkan tidurmu.”

“Tidak apa apa.”

“Kau kemarin ingin menyampaikan apa?”

“Sejak pergi meninggalkan rumah, ibu Mr. Maxmillian ternyata pergi ke Paris. Untuk itulah aku disini sekarang. Aku sedang menyelidikinya. Sebenarnya itu saja yang ingin aku sampaikan kemarin, nanti kalau ada perkembangan berikutnya aku beritahu lagi.”

“Oke.” Sahut Sandra. “Terima kasih John.”

“Sama sama.”

~ ~


 “Wow ini hebat,” Aaron tersenyum memperhatikan lantai bawah toko cokelat ibunya yang kini sudah disekat sekat menjadi beberapa ruangan. Ada dapur yang luas untuk proses pembuatan cokelat, ada ruang display yang panjang, ada banyak meja dan rak yang ditata untuk menaruh cokelat cokelat, ada meja khusus untuk kasir.

“Bagaimana mungkin semua bisa selesai dalam waktu sepuluh hari Sandra?” tanya Matthew.

“Anak buah Mr. Maxmillian yang mengerjakannya.” Jawab Sandra, “mereka kerja hampir duapuluh empat jam secara bergantian.”

“Itu luar biasa,” komentar Matthew. “Biaya yang kau keluarkan pasti sangat banyak menyuruh para tukang itu bekerja selama dua puluh empat jam.”

“Tidak, aku tidak mengeluarkan biaya apapun. Mr. Maxmillian yang menanggungnya, ia malah akan marah kalau aku membayar jasa tukang tukangnya.”

“Ya, Tuhan, kau pasti sesuatu untuknya.” Teriak Matthew.

Sandra tertawa, istilah sesuatu adalah istilah yang sering diucapkan Bianca untuknya.

“Mr. Maxmillian pasti sangat menyayangimu.” Ujar Matthew.

“Ya, kurasa begitu,” ujar Sandra sambil tersenyum.

“Dia bekerja hari ini?”

“Ya, dia bekerja, tapi hari Jumat besok ia akan menemaniku mencari alat alat dapur. Dan kupikir, aku akan mengajak Ibu untuk berbelanja bersama. Karena mungkin ibu tahu apa yang ia butuhkan.”

“Jadi, ibu akan kau beritahu?” tanya Aaron.

“Ya.”

“Kapan?”

“Kurasa hari ini saja, kau yang menjemputnya ya Matt. Sementara itu aku akan menyiapkan makan siang untuk kita semua, Aaron, aku, Matt dan Ibu. Kita makan siang bersama di balkon atas.”

“Okey, tidak masalah,” ujar Matthew sambil berjalan ke arah pintu. “Bagaimana kalau ibu sedang bekerja?”

“Culik saja,” Sandra tertawa, ibu kan nanti tidak akan bekerja lagi di sana.”

“Baik, aku akan menculik ibu sekarang,” Matthew ikut tertawa.

“Kau punya kamar juga di atas Aaron.” Ujar Sandra pada Aaron setelah Matthew pergi.

“O, ya?”

“Iya. Ayo kita lihat.”

“Asik!” Aaron berseru gembira sambil berjalan mengikuti langkah Sandra ke lantai dua.

~

Ibu Sandra tak henti hentinya menangis sambil memeluk ketiga anaknya bergantian. Ia benar benar terharu dengan apa yang sudah dilakukan Sandra dan adik adiknya.

“Ibu tidak tahu harus bilang apa kecuali rasa terima kasih yang sangat besar pada kalian.” Ujar Ibu Sandra sambil menangis lagi.

“Ide ini semuanya dari Sandra,” Aaron menjelaskan.

“Terima kasih Sandra.”

“Sama sama Ibu,” Sandra tersenyum, “besok kita belanja bersama membeli perlengkapan apa yang ibu butuhkan. Ibu sudah bisa tidur di sini malam ini, karena kamar ibu sudah dipasangi pemanas kamar.”

“O, ya?” tanya ibunya. “Di atas ada kamar untuk Ibu?”

“Ya, juga kamar untuk Aaron. Aaron akan lebih sering menemani ibu dibandingkan aku dan Matt, tapi kita aku dan Matt akan sering datang ke sini juga.”

“Tentu,” ibu Sandra tersenyum, “boleh ibu melihat kamar ibu sekarang?”

“Tentu saja. Ayo, kita ke atas sama sama.”

Selain kamar untuk ibunya dan kamar untuk Aaron yang difasilitasinya kamar mandi di dalam kamar, di lantai dua juga terdapat dapur kecil lengkap dengan kitchen set-nya, ruang makan kecil, ruang santai dan beberapa kursi di depan balkon. Balkonnya terbilang cukup kecil sehingga hanya menampung beberapa kursi. Di sana Sandra sudah menyiapkan makan siang untuk mereka semua.

“Pemandangannya indah sekali,” komentar ibunya sambil memperhatikan taman bunga dihadapannya.”

“Ya. Untuk itulah kenapa aku sangat menyukai tempat ini.” Ujar Sandra. “Ibu nanti bisa menggantungkan beberapa tanaman hias di sini.”

“Ya, tentu, tanaman hias di balkon ini dan di depan toko kita. Aku ingin toko cokelat kita jadi terlihat cantik dan menarik.”

“Harus begitu,” Sandra setuju, “sekarang kita makan dulu, nanti kita data apa apa yang akan kita beli besok. Aku akan menginap bersama ibu di sini malam ini. Aaron juga, Matt, kau akan menginap?” tanya Sandra pada Matthew.

“Tidak, besok aku ada kuliah pagi.”

“Oke kalau begitu. Ayo kita makan sekarang.”

Mereka berempat duduk di kursi kursi yang ada di balkon dan makan siang bersama.

~


Sandra dan ibunya berbelanja barang barang yang sudah mereka susun daftarnya kemarin malam. Lord Egar mendampingi mereka berbelanja. Ia yang mendorong trolly untuk mereka.

Tidak setiap saat Lord Egar berbelanja seperti itu, bahkan bisa dibilang, ia hampir tak pernah berbelanja karena semua kebutuhannya sudah disediakan oleh para pembantunya. Baik di rumah masa kecilnya di Redwood atau dirumahnya sendiri sekarang di Hall of City.

Kehadiran Lord Egar di supermarket itu juga menarik banyak perhatian terutama kaum wanita. Sama seperti dengan Prince Larry, Lord Egar sudah seperti selebritis saking terkenalnya di negara mereka.

Maka tidak usah heran kalau banyak yang ingin foto dengannya atau sekedar menyalaminya.

“Pacarmu seperti seorang selebritis, banyak orang yang ingin berfoto bersamanya, terutama para wanita.”

“Ibu, dia bukan pacarku,” ujar Sandra sambil memilih beberapa stoples yang lucu dan imut.

“Ya, tentu saja, dan bumi kita bentuknya datar, bukan bulat. KAU PIKIR IBU PERCAYA?”

Sandra tertawa, “terserah ibu mau beranggapan apa, aku capek harus menjelaskan ini, karena semua orang berpendapat sama.”

“Dan pendapat semua orang itu benar.”

“Ibu, dia sudah punya pacar, namanya Faye.”

“Kalau ia sudah punya pacar, kenapa ia disini bersamamu? Mendorong dorong trollymu? Kenapa dia tidak bersama pacarnya?”

“Kan dia ingin membantuku. Dia sahabat yang baik.”

“Hah, sahabat!”

“Ibu bagaimana kalau ibu bikin cokelat cokelat kecil bentuk bulat atau pipih, lalu dimasukkan ke stoples imut ini, lalu kita jual dengan stoplesnya, lalu kita hias stoplesnya dengan pita, pasti cantik.”

“Ya, itu usul bagus.”

“Baiklah aku akan membeli stoples ini beberapa buah.” Sandra mengambil stoples stoples itu dan memasukkannya ke keranjang belanjaan mereka.

“Sepertinya keranjang kita sudah penuh Sandra, mungkin lain kali kita berbelanja lagi.”

Sandra memperhatikan keranjang belanjaannya. “Ya ibu benar.”

“Sekarang ibu mau membeli sayur, daging dan buah buahan untuk makan siang kita, ibu akan memasakkan masakan yang lezat untuk kau dan sahabatmu yang baik hati itu.”

“Asiik,” seru Sandra gembira, “aku juga sudah kangen dengan masakan ibu.”

~ ~

Berempat dengan Aaron; Sandra, Lord Egar dan ibu Sandra makan siang bersama di ruang makan di lantai dua toko ibu Sandra.

Ibu Sandra memasakkan mereka sup cream campuran jamur dan jagung manis yang dihidangkan dengan irisan roti, irisan daging panggang dengan saus barbekyu, salad sayur dan ayam goreng yang dihidangkan dengan saus tomat yang dicampur dengan irisan bawang bombay. Untuk cuci mulutnya ibu Sandra bikin pancake green tea.

“Semalam ibu sudah bicara dengan tantemu di telepon, dan sepertinya tantemu kurang suka ibu berhenti bekerja di restorannya,” ujar Ibu Sandra, di sela sela mereka makan.

“Tapi ibu memang harus berhenti.” Ujar Sandra “sekarang saatnya ibu punya usaha sendiri, jadi bos bagi diri ibu sendiri.”

“Kau benar, terima kasih untuk semuanya Sandra.”

“Sama sama, aku juga banyak dibantu Mr. Maxmillian.”

“Terima kasih Mr. Maxmillian, saya sangat menghargai bantuan Anda.”

“Sama sama, Miss. Martin, aku senang bisa membantu.”

“Kapan ibu pindah dari kamar di restoran aunty Donna? Biar nanti kubantu.” Ujar Aaron.

“Mungkin secepatnya.”

“Baiklah, nanti hubungi aku saja,” ujar Aaron lagi. “Nanti biar aku membereskan kamar ibu dan membawa barang barangnya ke sini dengan mobilku.”

“Ya, Aaron, terima kasih,” ibu Sandra tersenyum, “ibu masih tak percaya kau dan Matthew punya mobil. Saat kau dulu memberitahu ibu, ibu seperti sedang bermimpi.”

“Ya, mobil itu dari…”

“Itu mobil kredit bu,” potong Sandra cepat. Sandra tak mau ibunya banyak bertanya tentang sumber keuangan mobil itu jika Aaron bilang mobil itu dibeli secara cash. Sandra hanya ingin bercerita pada Matthew saja tidak pada yang lainnya.

“Mudah mudahan pembayaran mobilnya lancar.” Ujar ibunya.

“Amin.” Sahut Sandra dan Aaron berbarengan.

Sandra baru mau mencicipi pancake bikinan ibunya ketika John meneleponnya. Sandra langsung bangkit dari tempat duduk dan pergi ke balkon. Sekarang ia menerima telepon sambil menghadap ke arah pintu, takut kalau kalau Lord Egar mendengar percakapannya.

“Bagaimana John?”

“Sudah komplit laporannya Miss. Ricardo. Aku sudah memegang laporan lengkapnya ditanganku.”

“Kau ada di Hall of City sekarang?”

“Ya. Aku sudah kembali. Kau ingin kuberitahu secara singkat hasil penemuanku?”

“Tidak, mungkin lusa aku ke kantormu, kita bicara di sana saja. Aku sedang ada keperluan sekarang. Terima kasih untuk bantuanmu John.”

“Sama sama Miss. Ricardo.”

“Sampai bertemu lusa.”

“Ya, sampai bertemu lusa.”

Sandra tersenyum, ia merasa tak sabar untuk mengetahui keberadaan ibu Lord Egar, dan lusa besok ia bisa menemukan jawabannya.

~ ~

BAB DUA BELAS



Casey memperhatikan kesibukan Matthew. Sore ini Matthew sedang syuting iklan minuman kesehatan pria.

Sejak tampil di London dalam pagelaran busana pertamanya, Matthew selalu mendapat pekerjaan, apakah itu pemotretan untuk model di majalah, jadi model iklan video klip, dan sekarang model iklan. Minggu depan Matthew juga ada pekerjaan di Paris untuk acara pagelaran busana.

Casey senang karena sejauh ini Matthew bisa membagi waktunya dengan baik antara bekerja dan belajar. Terkadang di beberapa kesempatan ia mendapat pekerjaan saat ada jam kuliah, sehingga Matthew menolak pekerjaan itu dan menawarkan pada temannya yang waktunya luang. Bagi Matthew, kuliah tetap jadi prioritasnya.

Mendampingi Matthew dalam iklan itu adalah beberapa teman model Matthew yang sudah Casey kenal seperti Todd dan Keith, dan masih ada tiga model lainnya.

Casey merasa betah berada di sana, menyaksikan pria pria tampan itu berseliweran diseklilingnya. Tadinya Casey tidak mau datang ke tempat ini tapi Matthew memaksanya untuk ikut.

Setelah selesai syuting untuk iklan tersebut, Matthew mengajak Casey makan disuatu restoran vegetarian. Matthew benar benar bertekad menjadi seorang vegetarian, terutama sejak ia jadi model. Ia juga sudah tidak minum minuman bersoda lagi dan mengurangi minuman yang beralkohol. Yang lebih sering ia minum adalah air putih atau jus dengan campuran madu. Matthew akan berusaha untuk tidak tergoda dengan burger bikinan ibunya yang enak.

Matthew memesan peanut pasta salad untuk menu makan siangnya, sementara Casey memilih egg and mushrooms with peanut sauce untuk menu makan siangnya, dan minuman mereka berdua adalah jus buah kiwi.

“Ada yang ingin kusampaikan padamu,” ujar Matthew setelah makanan mereka habis.

“Apa?” tanya Casey, “kau ingin menyampaikan apa?”

“Ehm, aku merasa nyaman dengan pertemanan kita Casey, tapi bisakah kita lebih dari teman? Aku menyukaimu, aku ingin kau jadi pacarku.”

Casey terperangah mendengar kata kata Matthew. Ia merasa biasa biasa saja. Ia merasa ia tak punya keistimewaan apa apa. Teman teman wanita Matthew di kampusnya pasti banyak yang lebih menarik dari dirinya, tapi bagaimana mungkin Matthew ingin ia jadi pacarnya?

“Aku tahu kau mungkin menganggap hubungan diantara kita biasa saja,” ujar Matthew lagi, “dan mungkin ada pria lain yang kau sukai, tapi aku ingin kau memberi kita kesempatan dan…”

“Ya, Matthew, aku mau jadi pacarmu.” Casey tersenyum menatap Matthew.

“Apa?”

“Aku bilang aku bersedia jadi pacarmu.”

“Benarkah?”

“Ya, Matthew, Ya. Mari kita beri diri kita berdua kesempatan.”

“Ya Tuhan Casey, aku gembira sekali mendengarnya, terima kasih.”

“Tentu,” Casey masih tersenyum menatap Matthew. Ia sudah mulai bisa melupakan Luke sekarang. Dan ia akan belajar mencintai Matthew dengan sungguh sungguh.

~ ~


Sandra memperhatikan Matthew di ruang tamu rumah kontrakannya dengan heran.

“Seingatku, baru dua hari lalu kita ketemu di toko cokelat ibu untuk menghias toko cokelat ibu dengan bunga bunga yang cantik, sekarang kau datang menemuiku lagi, kau kangen padaku lagi Matt?” tanya Sandra sambil duduk dihadapan Matthew.

“Jangan seyakin itu Sandra, aku ke sini tidak untuk mencarimu.”

“Tidak?”

“Tidak. Aku kesini untuk menjemput pacarku.”

“Pacar?” Sandra kaget. “Sebentar,” ujar Sandra. Ia lalu menunjuk kamar Philip dengan menunjjukan jari telunjuknya ke atas, “Philip tidak mungkin jadi pacarmu kecuali kalian gay.” Sandra lalu menunjuk kamar Ivanka, “Ivanka juga tidak mungkin, karena Ivanka sudah punya pacar.” Sandra lalu menunjuk kamar Casey, “CASEY SEKARANG JADI PACARMU?” Teriak Sandra kaget.

“Sss.. kecilkan suaramu, nanti tetangga berdatangan disangka ada apa.”

“Ini tidak mungkin.” Sandra berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kamar Casey.

“Casey, kata Matthew kau pacarnya, benarkah?”

“Ya.” Teriak Casey dari dalam kamar.

“Sejak kapan?”

“Seminggu yang lalu.”

“Seminggu yang lalu dan kau tak bercerita padaku?”
“Kita hampir tak pernah bertemu Sandra, kita sama sama sibuk.”

“Kau bisa meneleponku.”

“Aku takut mengganggumu kalau meneleponmu.”

“Casey, bisakah kau buka dulu pintu kamarmu?”

“Tidak, aku belum siap.”

“Kalian mau pergi kemana?”

“Tidak tahu, aku tidak tahu Matthew akan membawaku kemana.”

Sandra kembali ke tempat Matthew berada. “Jadi usahaku berhasil menjodohkan kalian hah?”

Matthew tertawa, “Ya, terima kasih padamu.”

“Aku senang mendengarnya,” Sandra tersenyum, “kalian adalah orang orang yang aku sayangi.”

“Kami juga menyayangimu Sandra,” Casey tiba tiba muncul dengan memakai baju yang feminin. Padahal biasanya Casey tampil casual.

“Wah, kau cantik sekali.” Komentar Sandra.

“Terima kasih.” Casey tersenyum.

“Kami pergi dulu,” Matthew bangun dari tempat duduknya. “Kami hanya akan makan malam, tapi mungkin tidak di sekitar sini, agak jauh dari sini.”

“Oke, bersenang senanglah.” Sandra memeluk Matthew lalu memeluk Casey. “Hati hati mengemudi Matt.”

“Oke,” Matt melambaikan tangannya pada Sandra sambil mengulurkan tangannya pada Casey dan menggenggam tangan Casey erat.

~ ~

BAB TIGA BELAS


Sandra memperhatikan rumah Lord Egar yang terletak di salah satu perumahan mewah dan eksklusif di sebelah utara Hall of City. Sandra belum pernah berkunjung ke rumah Lord Egar di Hall of City sebelumnya. Ini adalah kunjungan Sandra yang pertama.

Dan Sandra tidak memberitahu Lord Egar bahwa ia akan datang. Sandra sudah mendapat kabar tentang keberadaan ibu Lord Egar dari John satu bulan yang lalu. John juga sudah memberikan catatan lengkap tentang hasil penemuannya padanya. Tapi Sandra memutuskan memberitahu Lord Egar sekarang karena ia tidak mau merusak moment moment kebersamaan mereka selama mereka menyiapkan toko cokelat untuk ibu Sandra.

Sekarang toko cokelat ibu Sandra sudah beroperasi. Ibu Sandra sudah belajar membuat cokelat dalam bentuk beraneka macam. Sandra menyewa seorang koki yang pintar membuat cokelat untuk membantu ibunya. Ibunya akan belajar pelan pelan dalam membuat cokelat pada koki tersebut. Sandra juga menyewa seorang karyawan untuk melayani pembeli, sementara ibunya bertugas di bagian kasir.

Setelah toko cokelat ibu Sandra beroperasi, Sandra baru fokus pada penemuan diri ibu Lord Egar lagi.

Sandra akhirnya melangkah masuk ke halaman rumah. Di pintu gerbang tadi security yang bertugas disana bilang bahwa Lord Egar ada dirumahnya.

Sandra tidak harus mengetuk pintu karena pelayan tiba tiba membukakan pintu untuknya dan meminta Sandra menunggu di ruang tamu sementara Lord Egar akan menemuinya sebentar lagi. Security sudah memberitahu kedatangan Sandra pada Lord Egar melalui intercom.

Sandra menunggu kurang lebih limabelas menit ketika Lord Egar muncul di hadapannya.

“Ada apa Sandra?” tanya Lord Egar heran. “Tumben kau datang ke rumahku.”

“Ya.” Sandra tersenyum, “ada yang ingin kusampaikan pada Anda.”

“Apa yang ingin kau sampaikan?”

Sandra terdiam sebentar, “sebelumnya aku minta maaf terlebih dahulu, aku tidak bermaksud untuk berbuat lancang atau apa, tapi aku benar benar merasa penasaran, dan…”

“Sandra, ada apa?”

“Ini berhubungan dengan ibu Anda Mr. Maxmillian.”

“Ibuku?”

“Ya, aku melakukan penyelidikan tentang keberadaannya. Aku dibantu oleh detektif. Dan ini hasil penemuannya.” Sandra menyerahkan hasil temuan John dalam amplop cokelat pada Lord Egar.

Lord Egar langsung menerima amplop itu, mengeluarkan kertas kertas yang ada didalamnya dan langsung membacanya.

“Ini tidak mungkin,” gumamnya, “ini pasti bohong, ini tidak mungkin.”

“Tapi itu benar Mr. Maxmillian. Aku benar benar minta maaf, tapi ibu Anda sudah meninggal dunia setahun setelah ia meninggalkan Anda dan ayah Anda. Ia sakit keras, ia menderita kanker payudara stadium lanjut.”

“Ini bohong, kau mengada ada. Ibuku belum meninggal.”

“Mr. Maxmillian, Anda harus menerima kenyataan ini. Itu alasan ibu Anda ingin bercerai dengan ayah Anda dan meninggalkan kalian. Ia sangat mencintai Anda dan ayah Anda sehingga tidak ingin kalian bersedih. Ayah anda tidak tahu tentang penyakitnya. Dari rumah Anda di Redwood ia pergi ke Paris ke rumah tantenya dan berobat di sana, tapi ia hanya bisa bertahan selama setahun sebelum kanker itu pada akhirnya merenggut nyawanya.”

“Sandra, aku tidak memintamu untuk.. untuk..” Lord Egar tiba tiba menangis membuat Sandra ikut menangis juga.

“Anda masih terlalu kecil saat itu untuk mencari tahu tentang keberadaan ibu Anda, ayah Anda terlalu marah pada ibu Anda karena berpikiran ibu Anda meninggalkannya karena ada pria lain dalam kehidupan ibu Anda sehingga ayah Anda tak mencarinya. Itulah kenapa ibu Anda tak pernah datang menemui Anda karena beliau sudah tidak ada di dunia ini sejak puluhan tahun yang lalu. Makamnya ada di The Valley, di pemakaman umum di sana.”

“Aku tetap beranggapan ini semua bohong. Ibuku masih hidup. Ia berada di suatu tempat entah dimana.”

“Mr. Maxmillian, Anda harus…”

“Aku ingin sendiri.” Mr. Maxmillian pergi meninggalkan Sandra tanpa membawa berkas berkas yang diberikan Sandra padanya.

Sandra menyusun berkas berkas itu, memasukkannya lagi ke dalam amplop dan meletakkannya di atas meja.

Sandra kemudian pergi meninggalkan rumah Lord Egar sambil menangis. Sandra mengerti kesedihan Lord Egar, ia ingin sekali memeluknya, tapi Lord Egar tidak mempercayai penemuannya dan menganggap itu semua bohong.

Di dalam taksi Sandra masih menangis. Ia minta supir taksi pergi ke Redwood, ke toko cokelat ibunya.

Ibunya heran melihat Sandra datang dalam keadaan menangis. Ia langsung memeluk Sandra.

“Jangan bertanya apa apa Bu, aku hanya ingin menangis di pelukan Ibu.” Ujar Sandra sambil terus menangis.

Pulang ke rumah, mood Sandra tidak berubah. Ia terus terusan sedih. Dirumah ia hanya berdua dengan Casey. Philip sedang bekerja, dapat shift malam, dan Ivanka sedang mengunjungi keluarganya di Giltown City.

Casey hanya memberikan Sandra tisu tanpa bertanya apa apa. Sudah banyak tisu bekas airmata Sandra bertebaran di ruang tivi di lantai atas tempat Sandra dan Casey duduk.

“Aku dulu pernah bilang padamu bahwa aku akan bercerita tentang pria yang aku cintai padamu.” Ujar Sandra disela sela tangisnya.

“Ya,” ujar Casey, “kau pernah bilang begitu padaku.”

“Kurasa sekarang saatnya aku menceritakan semuanya.”

“Tentu.”

“Casey, aku merasa sedih sekali.” Sandra memeluk Casey erat dan menangis lagi.

~


Lord Egar datang ke kantor detektif tempat John bekerja untuk meminta keterangan langsung dari John tentang hasil penemuannya. Ia mendapatkan nama dan alamat John di amplop cokelat yang diberikan Sandra padanya semalam.

Tapi resepsionis disana memberitahu bahwa John baru saja keluar dari kantor, kurang lebih sepuluh menit yang lalu.

“Coba saja Anda kejar dia Mr. Maxmillian, dia memakai jaket cokelat dan menggunakan mobil Volkswagen. Mobilnya biasanya diparkir di depan kantor.”

“Baik,” ujar Lord Egar. Ia segera keluar dan ia melihat John baru masuk ke mobilnya lalu mobil John mulai berjalan perlahan. Lord Egar langsung berlari ke mobilnya dan mulai mengikuti mobil John.

Lord Egar merasa heran ketika mobil yang ia ikuti mengarah ke rumah kontrakan Sandra.

John ternyata memarkir mobilnya dipinggir jalan. Ia lalu masuk kerumah kontrakan Sandra.

Lord Egar memarkir mobilnya agak jauh dari rumah kontrakan Sandra. Beberapa saat kemudian ia melihat Sandra dan John sedang berbincang bincang di balkon atas.

Lord Egar ingin menemui mereka. Tapi ia masih merasa marah pada Sandra karena apa yang sudah dilakukan Sandra.

Sandra mencari keberadaan ibunya tanpa sepengetahuan atau ijin darinya. Lord Egar lebih baik tidak mengetahui apa apa. Ia lebih baik berpikir bahwa ibunya ada di suatu tempat dan masih hidup daripada menerima kenyataan bahwa ibunya sudah meninggal dunia.

Tidak lama kemudian John turun lagi ke mobilnya diikuti Sandra. Mereka lalu masuk ke mobil John dan pergi meninggalkan rumah kontrakan Sandra. Kening Lord Egar berkerut. Sandra pergi dengan John? Mereka mau kemana?

Tapi Lord Egar memutuskan untuk tidak mengikuti mereka dan kembali ke kantornya.

~

Sandra berdiri di samping makam Lady Giselle Wesley, ibu kandung Lord Egar setelah meletakkan  setangkai bunga mawar di atas makam tersebut.

Sandra sudah terlalu banyak menangis semalam sehingga ia tak menangis lagi sekarang.

Sementara Sandra berdiri di  samping makam ibu Lord Egar, John mengawasinya dari kejauhan. Semalam secara mendadak Sandra meneleponnya dan minta John menemaninya ke makam ibu Lord Egar di The Valley.

“Aku tahu Anda sangat mencintai putera Anda.” Ujar Sandra sambil memandang makam Lady Gisella Wesley. “Kalau putera Anda mau membuka hatinya untukku dan membiarkan aku masuk dalam kehidupannya lebih jauh dari sekarang, aku akan menjaga putera Anda dengan baik dan tidak akan membuatnya bersedih sehingga Anda tidak perlu khawatir padanya. Tapi ia terus membatasi dirinya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Sandra mendesah pelan. “Beristirahtlah dengan tenang, semoga kedamaian selalu menyertaimu.” Sandra akhirnya meninggalkan makam Lady Gisella dan menghampiri John.

“Sudah selesai?” tanya John.

“Ya.” Sandra mengangguk, “terima kasih sudah menemaniku.”

“Sama sama Miss. Ricardo, ngomong ngomong apa aku boleh memanggilmu Sandra?”

“Boleh.”

“Kau tidak mengajak aku kencan lagi Sandra?”

“Tidak, aku tidak menyukaimu lagi sekarang.”

“O, ya? Sayang sekali.”

“Ya, sayang sekali.”

“Lalu siapa pria beruntung yang kau sukai sekarang?”

“Putera dari Lady Gisella Wesley.”

Untuk sejenak John terdiam, tapi kemudian ia berseru keras, “Oh.. aku jadi mengerti sekarang. Kupikir kau tidak mungkin menghabiskan uang banyak untuk seseorang kalau kau tak perduli padanya.”

“Ya, tapi putera dari Lady Gisella Wesley sedang marah padaku sekarang.”

“Mudah mudahan marahnya cuma sebentar.”

“Mudah mudahan.”

Mereka lalu naik ke mobil John lagi dan pergi ke Hall of City.

John mengantar Sandra hingga rumah kontrakannya dan tidak mau mampir karena harus melanjutkan pekerjaannya. John kembali ke kantor, tapi langsung disambut  Hannah, -resepsionis di kantornya,- dengan panik.

Governor  Hall of City bolak balik mencari kau ke sini John. Untung kau datang juga.”

“Siapa? Mr.Maxmillian?”

“Ya iyalah Mr. Maxmillian. Memang Governor Hall of City siapa lagi kalau bukan dia!”

“Baiklah,” John segera berjalan ke ruang tamu kantornya dan melihat Lord Egar sedang duduk menunggunya. “Selamat siang Mr. Maxmillian, Hannah bilang, Anda mencari aku.”

“Ya, aku ingin menanyakan sesuatu pada Anda.”

“Tentu, silahkan, aku akan menjawab pertanyaan Anda sebisaku.” John tersenyum dan duduk di hadapan Lord Egar.

~ ~

“Jadi Mr. Maxmillian tidak pernah menghubungimu selama sebulan ini?” tanya Casey.

Casey dan Sandra sedang berada di ruang televisi di lantai atas. Sandra sedang memakai kutek di kakinya sementara Casey makan kacang goreng.

“Tidak.’

“Marahnya lama amat.”

“Ya, begitulah.”

“Kenapa bukan kau saja yang menghubunginya Sandra?”

“Aku tak berani. Laporan yang aku bawa padanya membuatnya sangat terpukul. Kurasa Mr. Maxmillian belum bisa menerima kabar duka tentang kematian ibunya. Ia selalu punya harapan untuk bertemu ibunya, itu yang membuatnya sangat terpukul. Seandainya aku tidak mencari masalah dengan melakukan penyelidikan ini. Ia tidak akan semarah ini padaku.”

“Tapi kupikir apa yang sudah kau lakukan benar, Sandra. Harus ada kejelasan dari semuanya. Dan sekarang jelas bahwa ibu Mr. Maxmillian sudah meninggal dunia. Dan yang lebih jelas lainnya yang cukup menggembirakan adalah ibu Mr. Maxmillian sangat mencintai puteranya, bukan tak perduli padanya seperti dugaan Mr. Maxmillian selama ini, karena selama ini Mr. Maxmillian menduga ibunya pergi meninggalkannya karena tak perduli padanya dan tidak mencintainya. Itu yang harus dicermati oleh Mr. Maxmillian.”

“Bagaimana mungkin Mr. Maxmillian mencermati hal itu Casey? Dia sedang bersedih.”

“Ya, baiklah.” Casey masih terus mengunyah kacang. “Tapi yang tidak aku mengerti, bagaimana mungkin orangtua atau keluarga dari Lady Gisella Wesley juga tidak tahu kalau Laldy Gisella sudah meninggal?”

“Begini, Tantenya Lady Gisella yang tinggal di Paris, namanya kalau tidak salah adalah Lady Evelyn, merupakan adik dari ayah Lady Gisella. Keluarga Lady Gisella adalah keluarga bangsawan sama dengan keluarga Maxmillian yang bangsawan. Tapi, Lady Evelyn jatuh cinta pada salah satu pelayan pria dirumah itu yang biasa mengurusi kuda ayah mereka. Keluarga Wesley tidak menyetujui hubungan Lady Evelyn lalu memberi ultimatum padanya, kalau Lady Evelyn masih ngotot memilih pelayan itu sebagai kekasihnya, ia dipersilahkan keluar dari rumah. Lady Evelyn memilih cintanya dan pergi dari rumah, sejak saat itu keluarganya tidak pernah perduli pada Lady Evelyn lagi. Ia berada di mana dan  sedang apa, mereka tak perduli. Hal inilah yang dimanfaatkan Lady Gisella untuk melarikan diri setelah bercerai dengan ayah Mr. Maxmillian. Lady Gisella minta bantuan dan perlindungan pada tantenya yang kebetulan sudah menikah dan bermukim di Paris. Lady Evelyn kemudian menolong keponakannya dan merahasiakan keberadaan keponakannya dari keluarga mereka.”

“Tapi menurutku seharusnya ibu Mr. Maxmillian tidak harus melarikan diri dari keluarganya seperti itu, siapa tahu ia bisa sembuh dan bisa berkumpul dengan orang orang yang disayanginya lebih lama lagi.”

“Tapi menurut Lady Evelyn keadaannya saat itu memang sudah memprihatinkan. Bertahan hidup satu tahun termasuk hebat bagi Lady Gissela, orang lain dengan sakit yang sama paling cuma bertahan paling lama enam bulan.”

“Lady Evelyn masih hidup?”

“Masih, dia hidup bahagia dengan anak cucunya, hanya saja suaminya sudah meninggal karena sakit.”

“Jadi John mendapat kabar tentang kematian Lady Gisella dari Lady Evelyn?”

“Ya, Lady Evelyn dan suaminya yang dulu membawa jasad Lady Gisella kembali ke The Valley, ke tanah kelahiran Lady Gisella. Tapi karena tidak mungkin dimakamkan di makam keluarga, Lady Gisella akhirnya dimakamkan di pemakaman umum.”

Sedang asik ngobrol dengan Casey, handphone Sandra tiba tiba berbunyi, ternyata telepon dari ibunya.

“Ya bu, ada apa?”

“Berita tentang pacarmu ada di Channel 8 sekarang, cepat nyalakan televisinya Sandra.”

“Ibu, aku sudah bilang Mr. Maxmillian bukan pacarku.”

“Cepat nyalakan televisi Sandra atau kau akan ketinggalan berita.” Ujar ibunya lagi.

“Baiklah,” Sandra akhirnya mengambil remote dan menyalakan Channel 8. Ternyata breaking news siaran langsung.

“Bertahun tahun tidak mengetahui keberadaan ibunya ternyata baru diketahui kalau ibunda dari Lord Egar Maxmillian, Governor dari district Hall of City sudah meninggal dunia. Ia meninggal karena sakit kanker payudara kurang lebih 25 tahun yang lalu.” Ujar penyiar berita laki laki, yang kemudian dilanjutkan oleh penyiar berita perempuan.

“Ya, dan hari ini Lord Egar Maxmillian beserta ayahnya, mantan Perdana Menteri Fillmore Green serta ibu tirinya, Abigail Maxmillian, mengunjungi makam ibu Lord Egar Maxmillian; Lady Gisella Wesley di The Green Hills Cemetery district The Valley yang bukan merupakan pemakaman keluarga.”

“Ini cukup menarik,” Ujar penyiar berita laki laki, “karena agak kurang umum bagi keluarga bangsawan di Fillmore Green dimakamkan di tempat pemakaman umum biasa. Mereka rata rata punya pemakaman keluarga sendiri.”

Kembali penyiar perempuan yang membawakan berita.

“Lord Egar Maxmillian tampak berdoa disamping makam ibunya sambil membawa karangan bunga. Ia nampak enggan diwawancara, tapi salah satu wartawan kami berhasil mewawancarainya saat ia baru datang ke pemakaman kurang lebih dua puluh menit yang lalu. Berikut petikan wawancaranya.”

Wartawan :

“Apa reaksi Anda tentang kabar kematian ibu Anda yang baru Anda ketahui sekarang setelah puluhan tahun berlalu Mr. Maxmillian?”

Lord Egar :

“Terus terang, ini berita yang sangat menyedihkan untukku. Ini sangat memukulku. Hingga detik ini aku belum bisa menerima kenyataan ini. Tapi berbeda dengan yang lalu lalu, sekarang, kalau aku rindu pada ibuku, aku tahu harus mencarinya kemana. Terima kasih.”

Wartawan :

“Apakah ada niat dari Anda untuk memindahkan makam ibu Anda ke makam keluarga?”

Lord Egar :

“Aku tidak tahu, aku belum memikirkan hal itu sekarang.”

Para wartawan masih mengejar Lord Egar dengan berbagai pertanyaan tapi Lord Egar tidak memberikan jawaban apa apa lagi. Ia langsung masuk ke komplek pemakaman untuk mendatangi makam ibunya.

“Aku ingin memeluknya,” Sandra menangis lagi.

“Peluk aku saja,” Philip berteriak dari dalam kamarnya. Philip baru pulang kerja dan sedang beristirahat di kamarnya.

“Diamlah Philip.”

Casey tertawa mendengar usulan Philip, “kurasa usul Philip oke juga.”

“Diamlah Casey, kau sama sekali tidak membantu.”

“Sini, peluk aku saja,” Casey akhirnya memeluk Sandra dan membiarkan Sandra menangis lagi.

~

Lord Egar masuk kembali ke limousinenya setelah berpamitan dengan ayahnya dan ibu tirinya. Ia akan langsung kembali ke Hall of City setelah mengunjungi makam ibunya yang baru ia lakukan beberapa saat yang lalu, sementara ayah dan ibu tirinya langsung pulang ke mansion mereka di Redwood.

Lord Egar memutuskan untuk tidur selama perjalanan ke Hall of City. Akhir akhir ini ia agak susah tidur. Tapi baru saja Lord Egar memejamkan mata untuk tidur handphonenya bunyi. Ternyata panggilan dari Prince Larry.

“Aku turut berduka Egar, aku benar benar sedih sepertimu,” ujar Prince Larry langsung ketika Lord Egar menjawab panggilannya.

“Ya, terima kasih Larry.”

“Aku masih ingat wajah cantik ibumu, senyumnya yang menawan, padahal waktu itu aku masih kecil.”

“Ya, ibuku sangat cantik.”

“Kenapa baru diketahui sekarang Egar, setelah bertahun tahun, apa kau yang menyelidikinya?”

“Bukan aku, tapi Sandra. Sandra menyewa detektif untuk menyelidikinya.”

“Sandra?”

“Ya.”

“Bagaimana mungkin Sandra melakukan itu? Tu.. tunggu dulu kurasa ia mencintaimu. Ia sangat perduli padamu.”

Lord Egar diam, dia masih kecewa dengan apa yang dilakukan Sandra padanya.

“Tolong maafkan dia Egar,” suara Bianca tiba tiba terdengar, menggantikan suara Prince Larry, “kadang Sandra bertindak tanpa berpikir panjang, tapi ia sangat menyayangimu.”

“Ya, aku tahu dia menyayangiku, tapi…”

“Sekarang, kau ambil sisi positifnya saja oke? Seperti kau bilang di televisi tadi, kalau kau rindu pada ibumu, kau jadi tahu harus mencarinya kemana.”

“Kau benar Bianca.”

“Aku selalu mendukungmu. Kami selalu ada untukmu, jangan bersedih berlarut larut, kau harus kuat.”

“Masalahnya, aku membayangkan bahwa aku punya kesempatan untuk bertemu dengan ibuku lagi, tapi kenyataan yang kuhadapi begitu menyakitkan.”

“Aku mengerti perasaanmu, tidak apa apa, menangislah, keluarkan semua kesedihanmu dan amarahmu. Tapi setelah itu kau harus bangkit lagi.”

“Ya.”

“Aku belum berkesempatan ngobrol dengan Sandra,” ujar Bianca, “bukan aku tidak mau meneleponnya, tapi Sandra akan meneleponku jika ingin membicarakan sesuatu, kukira sama sepertimu, Sandra juga mungkin sedang menenangkan diri sekarang, kurasa ia sama kagetnya denganmu dengan hasil penyelidikan yang dilakukannya.”

“Mungkin. Ehm, Bianca, apa kau mengenal John?”

“John?”

“John adalah detektif yang disewa Sandra.”

“Oh, kurasa aku kenal, dia dan teman temannya dulu diberi tugas oleh Permaisuri untuk mengawasiku.”

“Apakah John dan Sandra cukup dekat?”

“Kurasa dulu begitu. Sandra kan orangnya aneh. Tindakannya selalu diluar dugaanku. Sandra dulu sering memberikan John dan teman temannya pizza atau membelikan mereka minum atau donat untuk sarapan atau masakan cina untuk makan siang saat John dan teman temannya mengawasiku di sebrang jalan di rumah kontrakan kami dulu.”

“O, ya?”

“Ya. Dan Sandra juga pernah mengajak John kencan. Sandra begitu menyukai John. Sayang John menolak ajakan Sandra saat itu karena menurut John padaku,- hal ini baru kuketahui belakangan - kalau John juga sebenarnya suka pada Sandra hanya saja dia tidak bisa bersenang senang saat bekerja, itu yang pernah John bilang padaku. John bilang ia harus disiplin. Huh, disiplin, benar benar pemikiran yang aneh.”

~


 BAB EMPAT BELAS



“Kau yakin tidak punya kasus lain untukku Sandra?” tanya John sambil memperhatikan Sandra yang sedang memilih menu.

Sandra mengajak John makan siang di suatu restoran eksklusif sebagai ucapan terimakasihnya. Sebenarnya bukan John saja yang Sandra undang untuk makan siang, tapi teman teman John yang biasa bekerja sebagai tim John juga Sandra undang, tapi menurut John, teman temannya sedang ada tugas sehingga tidak bisa hadir memenuhi undangan Sandra.

“Kasus apa?” tanya Sandra masih terus memilih menu.

“Ya, apa saja. Mencari kucing yang hilang misalnya.”

“Aku tidak punya peliharaan kucing.”

“Huh, ini benar benar tidak asik.” John menggerutu.

“Apa kau kekurangan uang sampai kau meminta minta pekerjaan padaku seperti ini?” tanya Sandra sambil menatap John. “Uang dariku yang sangat banyak kemarin sudah habis?”

“Tidak, belum, aku punya uang, tenang saja, aku punya tabungan. Cuma aku senang sibuk, aku suka bekerja, dan sekarang aku sedang tidak ada pekerjaan apa apa.”

“Teman temanmu katamu sedang menangani kasus, bagaimana mungkin mereka bekerja dan kau tidak?”

“Kasus yang mereka tangani sepele. Mudah. Aku tidak perlu turun tangan.” Ujar John.

“Kau tidak turun tangan dalam kasus sepele tapi kau tidak keberatan mencari kucing yang hilang? Bukankah itu sangat mudah?”

“Siapa bilang? Mencari kucing itu susah loh.”

“O, ya?”

“Ya. Oh God, salah satu orang terkaya di Fillmore Green baru masuk ke restoran ini juga. Ini tidak adil, kenapa orang orang kaya selalu didampingi wanita yang sangat cantik.”

“Siapa?”

“Jangan menengok Sandra, nanti dia tahu kalau kau tahu dia ada disini. Kau pura pura ngobrol saja denganku seperti ini. Posisi dia ada dibelakangmu.”

“Aku tidak sedang pura pura ngobrol. Aku memang sedang ngobrol denganmu.”

“Ya, kau benar.”

“Siapa dia John?”

“Oh, sial, dia melihat kita.”

“John, dia siapa? Aku nengok sekarang!”

“Jangan. Ini baik untukmu, aku bilang jangan.” John tiba tiba mengeluarkan dompetnya. “Dua ratus euro kalau ia pasti mendatangi kita.”

“Kita mau ngapain?” Sandra heran.

“Taruhan. Dua ratus euro, ayo keluarkan uangmu Sandra. Menurutku Mr. Maxmillian akan datang ke meja ini walau ia datang ke sini dengan wanita yang sangat cantik disampingnya.”

“MR. MAXMILLIAN?” teriak Sandra.

“Demi Tuhan, kecilkan suaramu.”

“Mr. Maxmillian ada disini?” Sandra berbisik.

“Ya, dan mana uang dua ratus euromu?”

Sandra mengeluarkan dompetnya. “Aku taruhan lima ratus euro.”

“Itu terlalu banyak Sandra.”

“Tidak, itu tidak banyak. Lima ratus euro dia tidak akan datang kesini. Dia terlalu marah padaku.”

“Baiklah,” John mengambil dompetnya lagi dan mengeluarkan tiga ratus euro lagi. “Kesinikan tanganmu,” ujar John sambil meraih tangan Sandra.

“Kau mau apakan tanganku?” Sandra protes.

“Menggenggamnya dengan mesra Sayang, kau pikir apa yang akan kau lakukan. Aku akan membuat Mr. Maxmillian cemburu.”

“Kau curang!”

“Diamlah, aku tidak curang, aku hanya berusaha, kalau kau yakin bahwa dia tidak akan kesini, lebih baik kau tetap dengan keyakinanmu. Dan masalah menggenggam tangan ini masalah sepele.”

Sandra akhirnya pasrah dan membiarkan tangannya digenggam oleh John.

“Kau baru pakai kutek ya? Warna kuteknya cerah juga.” John memperhatikan kutek ditangan Sandra.

“Lepaskan tanganmu dari tangannya sekarang juga.” Lord Egar tiba tiba sudah berdiri disamping meja Sandra dan John.

John segera melepaskan tangan Sandra sambil tersenyum, dengan gerak bibirnya ia bilang pada Sandra, “aku bilang juga apa.” John lalu meraup seluruh uang yang ada di atas meja.

“Oh, hai Mr. Maxmillian, apa kabar?” John pura pura terkejut, tapi Lord Egar tak memperdulikan sapaannya.

“Mr. Maxmillian? Kau ada disini?” Kalau John pura pura terkejut, Sandra terkejut benaran. Ia merasa yakin kalau Lord Egar akan mengacuhkan dirinya dan tidak akan datang ke meja mereka. “Perkenalkan dia John, dia yang…”

“Aku tahu dia siapa,” potong Lord Egar. “Ayo, kita pergi dari sini.” Lord Egar tiba tiba menarik tangan Sandra.

Sandra terkejut, ia terpaksa bangun dari duduknya, “kita akan pergi kemana?”

Lord Egar tidak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus menarik tangan Sandra membuat Sandra terpaksa mengikuti langkahnya.

Sandra sempat melihat Faye duduk di salah satu kursi tidak jauh dari kursi Sandra tadi. Faye nampak memperhatikan mereka dengan bingung.

“Anda tidak sopan meninggalkan Faye sendirian seperti itu Mr. Maxmillian.”

“Tidak masalah, sebentar lagi juga pacarnya datang.”

“Pacarnya datang? Bukankah Anda pacarnya?”

“Bukan, tidak lagi, aku sudah putus dengannya, Faye sudah punya pacar baru sekarang.”

“Putus?” teriak Sandra kaget, “kapan Anda putus dengannya?”

“Saat pulang dari rumah peristirahatan Lotus Village.”

“Apa?!” teriak Sandra. “Itu sudah lama.”

“Ya.” Ujar Lord Egar sambil terus menarik tangan Sandra.

“Kita mau kemana Mr. Maxmillian?”

“Ke rumah ayahku lalu ke rumah ayahmu, lalu ke toko cokelat ibumu, kita akan minta restu pada orangtua kita bahwa kita akan menikah.”

“Menikah? Anda akan minta restu pada orangtua kita tanpa bertanya padaku apakah aku mau menikah denganmu?”

“Kau tidak akan menolak menikah dengan salah satu pria yang jadi incaran gadis gadis di Fillmore Green, Sandra.”

“O ya? Anda percaya diri sekali.”

“Ya Tuhan, dimana sih?”

“Apanya yang dimana? Kita sebenarnya mau apa sih?” Sandra memperhatikan suasana di sekitarnya dengan bingung. Ia sekarang sedang berada di pelataran parkir.

“Mobilku, aku lupa parkir mobilku di sebelah mana.”

~

“Ayo silahkan masuk ke kamarku,” Sandra tersenyum pada Ivanka dan Casey. “Aku sudah menyiapkan gaun pengantin perempuan untuk kalian karena hanya kalian berdua yang akan jadi pendamping pengantinku. Tadinya aku juga meminta Bianca untuk jadi pendamping pengantinku, tapi Princess Sabrina hampir tidak bisa lepas dari ibunya sehingga aku batalkan, kasihan Princess Sabrina.”

“Kau sudah menyiapkan baju pendamping pengantin perempuan tanpa bertanya ukuran bajuku berapa?” tanya Casey.

“Ah, Casey, aku sudah melihat ukuran bajumu di jemuran, kau juga Ivanka, aku sudah tahu ukuran bajumu.”

“Oke,” Ivanka tersenyum, “bagiku tidak masalah. Kalau nanti kebesaran akan aku kecilkan.”

“Kuharap sih pas.” Komentar Sandra. “Oke, ini untuk Casey,” Sandra menyerahkan sebuah kotak kertas yang berisi baju, “dan ini untuk Ivanka.” Sandra menyerahkan kotak satunya pada Ivanka, “untuk sepatu nanti kalian berdua harus belanja denganku beli sepatu apa. Sekarang, dicoba dulu bajunya.”

Casey membuka kotak baju yang diberikan Sandra dan langsung menjerit histeris, membuat Sandra langsung menutup telinganya.

“Annamarie!” Jerit Casey, “aku akan memakai baju rancangan Annamarie! Ya Tuhan aku tak percaya ini!”

Ivanka langsung memeluk Sandra saking senangnya, “gila, berapa uang yang kau keluarkan untuk ini Sandra. Kau gila.” Ivanka tertawa tawa sambil mulai melepaskan baju yang dipakainya untuk mencoba baju yang diberikan Sandra padanya.

“Jangan khawatir soal uang, aku minta Mr. Maxmillian yang membelikan baju ini untuk kalian.”

“Kurasa, kalau kau ingin dibelikan pulau juga ia belikan,” komentar Casey sambil berputar putar di depan cermin di kamar Sandra setelah mengganti bajunya dengan baju yang diberikan Sandra padanya. “Mr. Maxmillian kan tergila gila padamu.”

“Pulau.” Sandra tertawa, “ya, itu ide bagus, nanti aku akan minta dibelikan sebuah pulau.”

“Punyaku pas,” seru Ivanka, “punyamu Casey?”

“Pas juga.” Casey tersenyum, “kenapa baju dari perancang mahal tidak pernah mengecewakan? Detailnya benar benar terjaga. Jahitannya rapi, bahannya halus, tidak panas. Ini benar benar keren. Terima kasih Sandra.”

“Sama sama Casey.”

“Terima kasih Sandra.” Ivanka tersenyum ke arah Sandra.

“Sama sama Ivanka, terima kasih juga sudah mau jadi pendamping pengantinku.”

~ ~


BAB LIMA BELAS


Pernikahan Sandra dan Lord Egar dilakukan di mansion keluarga Maxmillian di Redwood. Undangan kehormatan seperti King Theodore dan isterinya, Prince Larry dan Isterinya, Lord Andreas dan isterinya, Perdana Menteri, para pejabat pemerintahan dan para bangsawan lainnya turut hadir di sana.

Semua teman teman Sandra dari tempat Sandra bekerja termasuk bosnya ikut hadir di sana karena Sandra mengundang semuanya.

Sandra akan langsung berhenti bekerja setelah menikah nanti dan memilih mendampingi Lord Egar dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang governor.

Dawn, teman pramugari Sandra terus terusan menangis saat tahu Sandra akan menikah dengan pria yang ia idolakan. Dawn patah hati, ia benci dengan keberuntungan Sandra. Tapi ia tetap datang ke pernikahan Sandra. Ia tak akan melewatkan moment menakjubkan itu karena tidak setiap hari ia bisa hadir dalam pernikahan bangsawan.

Ibu Sandra tampak cantik dan anggun dengan gaun rancangan Annamarrie. Ayah Sandra, Matthew dan Aaron tampak tampan dengan baju tuxedo mereka. Ibu tiri Sandra beserta keluargany hadir juga di pernikahan Sandra.

Aaron datang bersama teman kencannya. Sementara Matthew harus puas tidak bisa didampingi Casey karena Casey nanti akan menjadi pendamping perempuan kakaknya. Setelah upacara pernikahan selesai, Casey baru bisa mendampingi Matthew.

Luke datang dengan tunangannya, Philip datang dengan teman kencannya yang merupakan teman dari tempat ia bekerja. Ayah Philip ikut hadir di sana. Ayah Philip datang dengan keluarga Chen. Keluarga Changyi tidak bisa hadir karena ada suatu keperluan.

Ayah Belinda, Mr. Alex Travis yang pernah ditolong oleh Lord Egar untuk mendapatkan pekerjaan di Santa Monica, juga hadir disana. Ayah Belinda hadir bersama dengan Mr. Benjamin Fred, bosnya dan beberapa orang temannya sebagai perwakilan dari kantor pemasaran boneka Princess Sabrina di California. Isteri Mr. Travis tidak bisa ikut karena harus mengurusi anak mereka yang sedang sekolah.

Semua karyawan di perusahaan Lord Egar di kota kota besar di Fillmore Green juga turut di undang dalam pernikahan tersebut, bukan hanya dari perusahaan konstruksi saja tapi juga dari perusahaan distributor dan pemasaran boneka princess Sabrina.

Sandra tampil dalam gaun pengantin rancangan Annamarie. Semua terpukau dengan gaun pengantin Sandra yang cantik.

Banyak gadis yang tiba tiba mengidolakan Sandra, sehingga follower Sandra di media sosial bertambah drastis, tapi banyak juga yang membencinya. Sandra menjadi trendingtopic di media massa Fillmore Green.

Ada banyak gadis yang patah hati dengan pernikahan Lord Egar, tapi banyak juga yang mendoakan agar pernikahan Lord Egar dan Sandra bisa bertahan hingga maut memisahkan mereka.

Prince Larry dan Lord Andreas menjadi pendamping pengantin laki laki. Dengan menikahnya Lord Egar hari ini berarti lengkap ketiga sahabat yang menjadi idola di Fillmore Green sudah menikah semuanya. Sehingga para gadis akan mulai mencari idola baru yang akan mereka gandrungi. Dan saat ini yang mulai menjadi incaran para gadis itu adalah Prince Leonard.

Prince Leonard adalah keponakan laki laki satu satunya dari King Theodore alias adik sepupu dari Prince Larry.

Upacara pernikahan dilakukan dengan khidmat. Sandra didampingi ayahnya berjalan menuju altar. Di altar itu Lord Egar menunggu kedatangan Sandra. Lord Egar tampak tampan dengan baju tuxedo yang dikenakannya.

~ ~

“Akhirnya kau menikah juga,” Lord Andreas tertawa memperhatikan Lord Egar, “Ya Tuhan, setelah sekian lama. Aku sudah cukup bersemangat ketika kau memperkenalkan beberapa teman wanitamu padaku tapi tak ada yang berakhir bahagia. Apa yang sudah kau lakukan padanya Sandra?” tanya Lord Andreas pada Sandra.

“Aku tidak melakukan apa apa.” Sandra tersenyum.

Lord Andreas dan isterinya. Raquel datang ke rumah Lord Egar di Hall of City atas undangan Lord Egar dan Sandra. Selain Lord Andreas, yang juga hadir dalam undangan itu adalah Prince Larry dan Bianca.

“Kau harus tahan dengan kecerewetanku, Sandra,” komentar Raquel, “Bianca sekarang sudah tahan.”

“Wah, kau belum tahu Sandra saja,” Bianca tertawa, “dia lebih gila dari dirimu Raquel, percaya padaku.”

“Tidak, aku tidak akan bersikap gila gilaan lagi, aku akan bersikap manis sekarang.” Ujar Sandra.

“Kau? Bersikap manis? Kau pikir aku percaya?” seru Bianca.

“Jadi kalian akan berbulan madu kemana?” tanya Prince Larry.

Lord Egar dan Sandra saling bertatapan dan tersenyum, “Los Angeles.” Ujar mereka berbarengan.

~ ~

“Kau yakin bulan madunya ke Los Angeles saja? Tidak ke tempat yang lainnya?” tanya Lord Egar pada Sandra saat tamu tamu mereka sudah pulang.

Lord Egar masih tak percaya Sandra sekarang berada di halaman belakang rumahnya yang luas dan indah yang dipenuhi aneka tanaman bunga, dan menjadi nyonya rumah di sana.

Sandra yang sedang merapikan gelas dan piring yang kotor dengan dibantu beberapa pelayan langsung menghentikan kegiatannya.

“Ehm, sebenarnya aku ingin ke Planet Mars, tapi Planet Mars belum dibuka untuk umum untuk berbulan madu ke sana.” Sandra tertawa. “Aku bercanda. Ya, Los Angeles cukup. Disana sangat menyenangkan.”

“Baiklah, kalau begitu.”

“Mr. Maxmillian, bisakah aku mewujudkan satu keinginan yang selama ini belum pernah berhasil aku wujudkan?”

“Apa itu?”

“Memelukmu.”

Lord Egar tersenyum lalu membentangkan tangannya. Sandra langsung berlari ke arah Lord Egar dan memeluknya erat. “Philip sering menawarkan diri menggantikan dirimu untuk kupeluk.” Ujar Sandra setelah berhasil memeluk Lord Egar.

“Berani sekali dia.”

“Iya. Waktu di pinggir kolam di Lotus Village, aku bilang pada Philip ingin memelukmu, tiba tiba dia memelukku dan bilang anggap saja dirinya adalah dirimu.”

“Di lotus Village?”

“Ya. Dan saat itu aku cemburu setengah mati pada Faye.”

Lord Egar tertawa, “dan aku cemburu setengah mati pada Philip.”

Sandra tersenyum sambil menatap Lord Egar,  “I love you, Mr. Maxmillian.”

I Love you more Mrs. Maxmillian.” Lord Egar ikut tersenyum sambil mempererat pelukan mereka.




EPILOG


John baru tidur selama sepuluh menit ketika handphone-nya tiba tiba bunyi. Ia menatap jam di handphone-nya. Jam dua pagi. Demi Tuhan, siapa yang meneleponnya jam dua pagi begini?

“Hallo,” dengan suara ngantuk John menjawab juga.

“John, kau sudah tidur?”

“Ya, ini siapa?”

“Ini Sandra.”

“Mrs. Maxmillian, disini jam dua pagi, kenapa Anda punya hobi meneleponku saat aku sedang tidur? Di tempat Anda jam berapa sekarang?”

“Jam sembilan malam, aku sedang di berada di Santa Monica. Aku sedang berbulan madu.”

“Wah, asik. Pasti menyenangkan di sana Mrs. Maxmillian, tapi kurasa aku harus melanjutkan tidurku.”

“Kau ingin pekerjaan tidak?”

John langsung duduk di tempat tidur, berharap rasa kantuknya akan hilang, tapi rasa kantuknya tidak hilang juga, kepalanya malah sekarang terasa pusing.

“Pekerjaan apa Mrs. Maxmillian?” Sambil tidur John bertanya.

“Begini, adikku, Matt, berpacaran dengan temanku Casey.”
“Lalu?”

“Lalu aku ingin suatu saat nanti Casey jadi adik iparku. Aku ingin suatu saat nanti Casey dan Matt menikah. Ya walaupun katakanlah masih lama, mereka nanti bisa menikah.”

“Lalu?”

“Lalu saat menikah nanti, aku ingin Casey diantar oleh ayahnya ke depan altar.”

“Itu hal yang mudah Mrs. Maxmillian. Telepon saja ayahnya untuk mendampingi Casey menikah nanti.”

“Tapi permasalahannya tidak sesederhana itu John. Permasalahannya, aku tidak tahu siapa ayah Casey, dan dimana dia.”

“Tidak tahu?”

“Tidak tahu. Dan jangankan aku, Casey sendiri juga tidak tahu siapa ayahnya. Jadi tugasmulah untuk mencari tahu, aku harap ayah Casey bisa ditemukan secepatnya olehmu.”

“Kalau ternyata sudah meninggal seperti ibu kandung suami Anda bagaimana?”

“Ya tidak masalah juga, yang penting kita tahu dia siapa dan ada dimana.”

“Baiklah, nanti kita lanjutkan perbincangan kita, aku akan melanjutkan tidurku.”

“Oke, selamat tidur lagi John.”

“Terima kasih Mrs. Maxmillian, selamat berbulan madu untukmu.”

“Terima kasih. Sampai bertemu lagi di Hall of City.”

“Sampai bertemu.”



Next : Be with you the series (Casey)

No comments:

Post a Comment